NESSIE - BAB VIII

713 5 0
                                    

Setelah pergi ke makam, aku berganti baju lebih dulu sebelum melanjutkan perbincanganku dengan David di gajebo. Aku memakai baju terusan yang panjangnya sampai lutut berwarna pink, aku rasa jika David sudah pulang, rasanya ingin langsung beristirahat.

David tidak langsung pulang, melainkan dia ingin menunggu hingga matahari terbenam, dia mengatakan bahwa ingin memastikan Rey tidak kembali menyusup ke dalam rumah. Aku bersama David duduk di halaman rumah. Aku menyandarkan kepalaku ke pundak David sambil menggenggam erat kedua kakiku yang terlipat.

"Dev, entah apa yang gue rasain, tapi gue merasa nggak mau lo menyerah," ujarku.

"Menyerah dalam hal, apa?" Tanyanya.

"Semua hal tentang gue," aku menghela napas. "Gue nyaman, lo ada di sini," lanjutku.

"Good!" Jawabnya singkat.

"Kok good, doang?" Aku membangkitkan kepalaku dan menoleh ke arahnya.

"Karena gue juga merasakan hal yang sama," jelasnya.

Aku menepuk pergelangan tangannya dan tersipu malu.

"Cielah, GR lagi niye," ejeknya dengan tawa.

Tamu yang tidak terduga tiba-tiba datang. Rey masuk ke dalam rumah tanpa salam atau apa pun yang menandakan dia datang. Aku dan David sontak langsung berdiri melihat kedatangannya.

"Ohh, jadi kamu nggak mau ketemu sama aku, lalu kamu bilang butuh waktu, jadi waktunya buat selingkuh sama, dia?" Teriak Rey di hadapanku.

"Hah? Gimana? Selingkuh? Letak selingkuhnya tuh, dimana?" Tanyaku lantang.

"Kamu selalu mengumpat di balik kata sahabat ya, Nessie!" Teriaknya kembali.

"Memang itu kenyataannya, kan?" Tegasku.

"Sekarang aku minta bukti dari kamu, kamu cium aku di hadapan dia, bisa? Hah? Ayo dong, buktikan! Katanya kan cuman sahabat?" Tanyanya dengan nada tinggi.

Aku diam seribu bahasa, permintaannya sangat di luar ekspektasiku. Aku tidak bisa menyakiti David lagi dan lagi, tetapi aku tidak bisa ditinggalkan oleh Rey karena hubunganku sudah terlanjur jauh dan keluar dari batas yang seharusnya. Aku sangat bimbang saat ini. David memperhatikan wajahku tidak berpaling sedikit pun.

"Kamu diam? Berarti benar, Nessie? Kamu cinta sama dia kan, Nessie?" Tegas Rey.

Aku meneteskan air mata dan langsung mencium bibir Rey setelah itu. Aku terpaksa memilih mengecewakan David kembali karena keadaan yang mengharuskannya.

Rey menyudahinya, "Sekarang lo bisa lihat, David? Nessie milik gue, mending lo pergi sekarang!" Tegas Rey.

David menghampiriku dan menyematkan rambutku ke belakang daun telinga, "I know, gue nggak apa-apa kok," dia menghapus air mataku. "Gue pulang ya, Ness, jaga diri lo," dia menepuk-nepuk pundakku.

"Dev," panggilku gemetar.

"Gue nggak ke mana-mana kok," dia menepuk-nepuk bahu kiriku. "Bye, Ness," dia memberikan senyum ragu dan berjalan menghampiri Rey. "Kalau lo berani nyakitin, Nessie, gue nggak segan-segan ikut campur urusan, lo!" David langsung berjalan menuju motornya dan segera pergi dari rumah ini.

Air mataku semakin deras mengalir melihat kepergian David dari rumahku. Aku merasa kecewa dengan diri sendiri yang tidak bisa mengambil keputusan sesuai kata hati, melainkan mengikuti keadaan yang sudah terjadi. "Tuhan, aku mengakuinya, aku mencintai, David!" Ujarku dalam hati.

Rey memanggilku untuk masuk ke dalam rumah, aku menoleh dengan raut wajah sangat kesal. "Bisa nggak, sehari aja kamu nggak bikin ulah, Rey!" Jengkelku.

"Ulah apa lagi? Ada yang salah sekarang sama, aku? Bukannya kamu yang ketahuan lagi berdua-dua-an sama, David? Sahabat kesayangan, kamu?" Ujarnya dengan senyum mengucilkan.

"Pergi dari sini sekarang, Rey," aku mengusirnya dengan nada rendah.

Dia menghampiriku dan langsung mencekik leherku kuat. Dia menyudutkanku ke dinding teras rumah yang berada di belakangku saat ini. Aku berusaha keras untuk melepaskan cengkramannya. Aku kesulitan bernapas dibuatnya.

"Kamu punya aku, Nessie! Kenapa kamu menolak kehadiran aku terus!" Teriaknya dan menjatuhkanku ke lantai.

Dia mengangkatku dan memikul tubuhku seperti mengangkat beras. Aku berusaha berontak, tetapi tenaga dia lebih kuat dibandingkanku. Tubuhku sekecil ini sudah pasti kalah dengannya yang bertubuh tinggi dan juga berotot.

"Rey, lepasin!" Teriakku berulang kali.

Dia membawaku ke dalam kamar tamu dan melempar tubuhku ke kasur yang ada di dalamnya. Dia mengunci pintu kamar, aku berlari ke sudut kamar dengan tubuh gemetar hebat. Aku menangis karena merasa terancam berada di situasi seperti ini. Dia menghampiriku dengan wajah layaknya predator yang ingin memangsa santapan empuk di depannya.

"Please, Rey, aku nggak mau lagi, aku mohon!" Ucapku dalam tangisan.

Dia mencekikku kembali sampai aku sulit bernapas. Dia membalikkan tubuhku dan melipat kedua tanganku ke belakang. Aku berusaha keras untuk melepas cengkraman tangannya yang melipat kedua tanganku ke belakang. Dia menyudutkanku ke dinding yang berada di depanku saat ini. Dia menurunkan celana dalamku dan langsung memasukan penisnya ke dalam vaginaku secara paksa.

Dia membalikan tubuhku untuk menghadapnya. Dia mengangkat kakiku satu dan memasukan penisnya kembali ke dalam vaginaku. Aku hanya bisa menangis sepanjang dia melakukannya. Tenagaku seperti sudah habis untuk melawan.

Dia melempar tubuhku ke kasur untuk menelungkup. Dia memasukan penisnya kembali dan menarik rambutku dari belakang. Dia menahan rasa sakit yang aku rasakan saat ini. Tangisanku semakin histeris dibuat olehnya. Dia mempercepat gerakannya dengan begitu kuat dan terdengar sangat bergairah.

"Ahh, Nessie, tubuhmu membuat aku terobsesi akan segalanya," rintihannya.

Dia membalikkan tubuhku kembali, aku berusaha untuk tidak disetubuhi lagi olehnya. Aku memundurkan tubuh dan berusaha mengambil vas bunga yang berada di atas laci kamar ini. Vas bunga ini akhirnya aku dapat. Aku melemparkan vas ini tepat kea rah wajahnya hingga pecah. Aku bangkit dan membuka kunci pintu kamar ini. Aku berlari sekuat tenaga untuk pergi dari rumah ini. Rey berkali-kali memanggil namaku, aku berusaha berlari tanpa menoleh ke arahnya. Dia tidak mengejarku, nampaknya dia dapat luka serius di wajahnya. Aku berlari sambil menangisi keadaan yang benar-benar di luar ekspektasi akan menjadi kehidupanku sekarang. Hujan mulai turun, aku tetap berjalan, dan tidak mempedulikan orang-orang sekitar perjalanan memperhatikanku dengan tatapan aneh.

***********************************************************************************************

Semakin seru gak nih? :p 

Vote nya bisa dong setelah membaca hehehhee, biar makin semangat untuk lanjut ceritanya

Kalau rame, pasti lanjooottt teroooss pantang munduuuurrrr


Salam hangat,

Wings Of Alexandra

NESSIE (18+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang