NESSIE - BAB XXXIV

184 6 0
                                    

Sudah berhari-hari Tiffany, Kinan, dan David sibuk pengurusan berkas laporan ke kepolisian. Aku sudah pasrah dengan bagaimana nanti aku memberikan kesaksian di pengadilan. Aku sangat takut akan segalanya.

Pagi ini, pengacara yang dipercayakan Tiffany untuk memegang kasusku datang ke rumah untuk mendapatkan segala informasi yang dibutuhkan. Aku ditemani David untuk menceritakan segalanya di ruang tamu. Aku tidak henti menggenggam kuat pergelangan tangannya saat menceritakan segala kronologis semua yang dilakukan Rey kepadaku. Tubuhku gemetar hebat dan air mata keluar dengan sendirinya tanpa bisa aku tahan.

"Eee, Pak. Apakah bisa lanjut besok, lagi? Saya rasa, isteri saya butuh waktu. Dia nampaknya belum bisa menceritakan semuanya sekarang. Saya takut, isteri saya jadi drop kembali," jelas David yang merasakan ketakutanku.

"Baik, saya akan lanjutkan besok. Semoga kita mendapatkan kemenangan yang seharusnya dari kasus ini ya, Pak David," jelas Pak Yoga pengacaraku.

"Terima kasih atas kunjungannya, Pak," ujar David sambil mengantar ke gerbang untuk pulang.

Aku langsung berjalan ke kamar untuk mengistirahatkan tubuh. Aku membaringkan tubuh, beberapa kali aku menghela napas panjang, dan meremas bantal yang ada di dekatku. Aku meneteskan air mata dengan sendirinya. Aku tidak menyangka efek ketakutanku sampai berlebih seperti ini.

David menghampiriku dan memelukku di atas kasur, "I'm here."

"Pertanyaannya banyak menyudutkanku, di pengadilan nanti apakah akan lebih buruk dari ini?" Tanyaku di dekapannya.

"Kamu nggak sendiri kok, Ness. Ada kita semua yang dukung kamu sepenuhnya," jelas David.

"Aku takut," jawabku singkat.

"I know, it's okay," jawab David mencium keningku.

****

Satu minggu telah berlalu, setiap hari pengacaraku selalu datang untuk menanyakan sedikit demi sedikit informasi yang ingin dia ketahui. Setiap mengulas kejadian yang terjadi, aku menangis, jantungku berdebar kuat, dan keringat dingin selalu menghampiri. Aku merasa salah berada di posisi ini, aku sangat takut jika semuanya berputar menjadi menyudutkanku nantinya. Aku bingung di segala situasi yang hadir. Aku sangat tahu orang-orang di kehidupanku mendukung sepenuhnya, tetapi aku tetap merasa sendiri melewatinya.

Hari ini adalah hari terakhir pengacara datang sebelum persidangan. Aku sangat stres memikirkan bagaimana nanti aku bertemu dengan Rey secara langsung. Akhir-akhir ini, aku lebih banyak diam di mana pun berada. Aku menjadi tidak banyak bicara kepada siapa pun. Aku selalu memikirkan, "Apakah tindakanku benar kali ini?" Aku hanya ingin lepas dari Rey, bukan berarti aku ingin dia merasakan hal yang sama dengan apa yang aku rasa sekarang.

"Ness," panggil David saat aku terdiam menatap makanan dengan tatapan kosong.

Aku tersontak, "Hmm? Iya?" Tanyaku kebingungan.

"Apa yang kamu lagi pikirin, Ness?" Tanyanya sambil menyatap makanan.

"Banyak hal, sankin banyaknya, aku sampai bingung untuk memilahnya," jelasku dengan senyum ragu.

"Ya sudah, dimakan dulu ya, makanannya, nanti kalau sudah nggak hangat, takutnya kurang enak," jelasnya.

"Dev, aku salah nggak ya, mengambil jalan ini? Rasanya memberikan efek jera dengan memilih jalan ini terlalu berlebihan," ujarku ragu.

David menghentikan makannya dan menatapku tajam, "Bukannya yang dilakukan sama dia juga udah berlebihan?" Jengkelnya.

Aku menghela napas panjang, "Iya paham, Dev, tapi ada rasa mengganjal aja," jelasku ragu.

NESSIE (18+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang