NESSIE - BAB XXVII

191 4 0
                                    

David melepaskan dekapan dan berdiri di hadapanku dengan wajah penuh makna yang tersirat. Aku menjadi bingung dengan tingkah lakunya kali ini. Aku memeriksa kiri dan kanan, lalu atas ke bawah sekujur tubuhku, tetapi tidak ada yang aneh.

"Kenapa, Dev?" Tanyaku heran.

Dia tertawa kecil dan langsung menggendongku ke dalam rumah. Aku menjadi ikut tertawa akan tingkahnya yang lucu ini. Dia menurunkanku di kamar yang berada di lantai 1. Dia langsung mencumbu leherku lembut sambil mengendur aroma tubuhku. Seketika aku menjadi bergairah karenanya. Dia menyudutkanku ke dinding yang berada di belakangku perlahan. Dia melumat bibirku setelah itu, aku memejamkan mata untuk benar-benar menikmatinya. Dia meraba bagian intimku dan memainkan jemarinya di sana.

"Ahhh," aku merintih nikmat dibuatnya.

David menurunkan celana yang aku kenakan, aku hanya bisa menggigit jemari untuk menahan rasa gairahku yang memuncak. Dia mulai membuka baju dan dalaman yang aku kenakan. Dia juga membuka segala atribut yang dia kenakan. Dia kembali memainkan bagian intimku sambil mencumbu leherku. Napasku terengah karena sensasi yang diberikan.

Dia mengangkat kakiku satu untuk melingkar di pahanya. Dia mulai memasukan kelaminnya perlahan. Dia benar-benar sangat hati-hati untuk melakukannya.

"I love you, Nessie," ucapnya dengan napas yang terengah. Dia mulai mendorong kelaminnya dan mengayunkannya. Aku langsung memeluknya dan mencengkram pundaknya karena sensasi yang diberikan sangat nikmat.

Dia merebahkan tubuhku di atas kasur dan mengayunkan kelaminnya kembali. Aku hanya bisa memejamkan mata dan menikmati segalanya. Dia mempercepat gerakannya yang membuat aku benar-benar merasakannya.

"Ahh, Nessie!" Dia mencapai klimaksnya. Dia melumat bibirku setelah itu, "I love you," ujarnya terengah.

"Love you more!" Ujarku terengah.

"Kalau sakit bilang ya, Sayang, aku takut kamu nggak nyaman," ujarnya yang masih di atasku dengan napas terengah.

Aku mengelus pipinya didampingi senyuman, "I'm okay, it's okay, aku nyaman, Dev," ujarku.

Dia langsung mendekapku di atas kasur. Aroma tubuhnya adalah aroma yang sangat aku suka. Jujur, aku sangat nyaman bersamanya. Rasa cintaku semakin besar setiap harinya. David memang pintar dalam memilih jalan yang harus diambil.

****

Keesokkan harinya, aku menjalani perkuliahan. Hari ini, aku diantar David karena jam mata kuliah sangat pagi yaitu pukul 08:00 WIB, sementara David berangkat bekerja pukul 10:00 WIB, jadi dia meminta untuk mengantarku.

Sesampainya di kelas, baru beberapa orang saja yang hadir. Fajar, salah satu teman sekelasku tiba-tiba menghampiriku sambil membawa seikat bunga mawar berwarna merah. Fajar menjulurkan seikat bunga mawar tersebut kepadaku, "Tadi ada di atas meja Dosen, gue lihat ini ada nama lo, sepertinya ini buat lo deh, Ness," jelasnya.

Aku menerima bunga ini dengan banyak pertanyaan dalam pikiranku saat ini. "Lho, dari siapa? Ada namanya?" Tanyaku heran.

"Nggak ada sepertinya," ujarnya.

"Ohh, ya sudah, thank you ya, Jar," ujarku.

"Sama-sama, Ness," Fajar kembali ke tempat duduknya. Aku berjalan perlahan ke kursi belakang sambil memperhatikan bunga ini.

Aku duduk di kursi belakang dan diam sejenak untuk berpikir apa yang harus aku lakukan setelah ini. "Sepertinya aku harus tanya, David," gumamku.

Aku mengfoto bunga ini dan mencoba mengirimkan pesan untuknya, "Dev, kamu ngirim bunga buat, aku?" Tanyaku dalam pesan.

NESSIE (18+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang