Di Rumah Sakit
Aku langsung masuk ke dalam ruang IGD untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Hanya satu orang yang dapat menemaniku di dalam, ibu memutuskan untuk menunggu di luar ruangan, sementara David menemaniku di dalam.
Setelah melakukan pemeriksaan, David diajak Dokter ke ruangannya untuk diberikan penjelasan tentang keadaanku. Aku semakin khawatir melihat kepergiannya, aku cemas memikirkan keadaan anakku saat ini.
Beberapa menit kemudian, David kembali dari ruang Dokter. Aku langsung menanyakan keadaanku dan juga anakku, "Gimana, Dev?" Tanyaku cemas.
"Nggak apa-apa kok, kamu diminta istirahat lebih setelah ini. Lalu, kamu juga nggak boleh stres kata Dokter," jelas David mengelus kepalaku berkala.
"Please, Dev, alihkan pikiranku, aku nggak mau stres," ujarku memejamkan mata.
David tertawa mendengar penjelasanku, "Hmm, kamu tahu nggak, tuyul sama babi suka kerja bareng pas lagi nyari duit?" Tanyanya.
"Nggak, emang iya? Caranya gimana?" Tanyaku penasaran.
"Iya, tuyulnya naik babi biar nggak capek," guraunya didampingi tawa.
Aku tertawa terbahak-bahak mendengar guraunya, "Kok bisa, kepikiran tuyul sama babi kerja bareng," ujarku dalam tawa.
"Katanya tadi suruh alihin, ya udah aku alihin," guraunya.
"Terima kasih, lho! Sangat teralihkan," ujarku.
Aku tidak dirawat, beberapa jam setelah pemeriksaan aku diizinkan pulang oleh Dokter. Pihak Rumah Sakit meminjamkanku kursi roda untuk alat bantuku berjalan hingga parkir mobil berada. Aku tidak berhenti berterima kasih kepada mereka yang benar-benar mengurusku dengan sangat baik.
Di Rumah
Sesampainya di rumah, David membopongku hingga kamar. Aku sangat tersanjung selalu diperhatikan seperti ini, dia benar-benar memperlakukanku bagai Ratu. Ibu melanjutkan mencuci piring, sementara David memulangkan mobil yang dia pinjam.
David kembali dan menemaniku di kamar, "Kamu nggak lanjut cuci motornya, Dev?" Tanyaku.
"Nanti saja, sepertinya kamu lebih membutuhkanku ketimbang Bleki kali ini," guraunya.
Aku tertawa mendengar penjelasannya, "Aku jadi nggak enak banyak merepotkan, Dev," lanjutku.
"Nggak sama sekali kok, Ness," ujarnya mencium tanganku.
"Ibu nggak apa-apa kan, ya? Aku takut jadi menambah beban," ujarku memelankan suara.
"Ibu nggak kenapa-kenapa kok, Ness. Ingat, kamu nggak boleh stres, lho!" Dia memperingatiku.
"Harus ingat babi dan tuyul kerja bareng," ucapku spontan.
David tertawa terbahak-bahak setelah itu mendengar ucapanku.
****
Malam tiba, aku berinisiatif untuk menghubungi ayah melalui pesan. Rasanya David dan ibu membutuhkan uang lebih untuk menopang beban kehidupan. Aku memiliki pemikiran untuk menjual rumahku. Rasanya uang yang didapat nanti bisa dipergunakan untuk membeli mobil dan menambah perekonomian setiap bulannya. Aku yakin, beberapa bulan ke depan akan sering mengunjungi rumah sakit untuk memeriksa kehamilanku.
"Ayah," isi pesanku. Aku sangat bersyukur ayah langsung membalas pesanku.
"Iya, kenapa, Nessie?" Balasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NESSIE (18+) [END]
RomanceCERITA KHUSUS (18+) Banyak kata-kata Vulgar dan Kasar. #1 HubunganToxic (20.01.23) #1 AnakKuliah (20.09.23) Sipnosis: Hidup penuh kebebasan, siapa yang tidak menginginkannya? Layaknya manusia biasa, kesepian pasti datang menyelimuti kehidupan. Nessi...