NESSIE - BAB XXXX

116 4 0
                                    

Beberapa hari kemudian, nafsu makanku sedikit demi sedikit mulai kembali. Aku mulai bisa tertawa mendengar candaan yang dilontarkan David. Walaupun aku masih menangisi keadaan yang sudah terjadi, tetapi tangisanku sudah tidak histeris seperti sebelumnya. Aku tidak tahu jika hidupku tanpa sosok David. Aku sangat yakin sudah tidak ada di muka bumi ini sejak lama. David penolong hidupku, dia membantuku untuk menompang segala beban yang aku dapatkan.

Hari ini, Tiffany dan Kinan datang untuk menemaniku karena tidak ada mata kuliah yang harus didatangi. David juga ada meeting yang tidak dapat diwakili hari ini sehingga tidak dapat berkumpul bersama di rumah sakit.

"Bagaimana, Ness?" Tanya Tiffany.

"Apa yang bagaimana?" Tanyaku penuh heran.

"Perasaan lo sekarang," ujarnya dengan senyuman semeringah.

Aku menggelengkan kepala pelan, "I don't know, masih belum bisa terprediksi," jelasku dengan senyum ragu.

"Eh, eh, Ness! Kita bawa buah-buahan, lo mau nggak?" Tanya Kinan penuh semangat.

"Bawa apa saja?" Tanyaku heran.

"Ada apel, pir, anggur, jeruk, lo mau yang mana?" Lanjut Kinan.

"Apel saja," jawabku singkat.

"Okay!" Kinan membantuku untuk mengupas dan memotongnya agar aku mudah memakannya.

Kehadiran mereka membuatku tambah semangat untuk bangkit dari keterpurukan. Betapa beruntungnya aku, mendapatkan orang-orang yang sangat mengerti dan peduli kepadaku. Seharian penuh aku hanya berbincang dan bercanda gurau dengan mereka. Sedikit terlupa akan penderitaan yang telah aku lalui sebelumnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 16:00 WIB, David sudah meneleponku sedang di perjalanan menuju ke sini. Kinan dan Tiffany memerhatikanku sejak awal David menelepon hingga telepon ditutup.

"Aaaa, sweet banget, sih!" Ujar teman-temanku secara bersamaan.

"Ih, jangan gitu! Kan gue jadi malu," aku tersipu malu.

"Eh, David gimana sih, orangnya kalau di kehidupan seriusnya, Ness?" Tanya Kinan.

"Emang selama ini David hidupnya nggak serius?" Tanyaku didampingi tawa kecil.

"Yaaa, lo tahu sendiri, kalau di kampus paling nggak bisa diam kayak cacing dikasih garem," gurau Kinan.

Aku tertawa lepas mendengar perkataan Kinan, "Iya sih, tapi dia benar-benar dewasa menyikapi apa pun," jelasku.

"Jangan-jangan, dia punya kepribadian ganda lagi, Ness," Kinan dengan wajah cemasnya.

"Nggak gitu konsepnya," Tiffany memoles pundak Kinan.

"Ya udah, iya maaf," Kinan dengan segala kepolosannya.

Setengah jam kemudian, David akhirnya sampai di kamar rawatku. Aku memberikan senyuman hangat kepadanya. Dia menghampiri dan memberikan kecupan di keningku.

"Aaaa, jomlo mah bisa apa ya, Nan," gurau Tiffany.

Kinan menghela napas panjang, "Hmm, bisa nelen ludah doang, Fan," balas Kinan.

Aku tertawa terbahak-bahak mendengar gurauan mereka.

"Makanya jangan jomlo!" Ejek David.

NESSIE (18+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang