NESSIE - BAB XXXXI

92 4 0
                                    

David membuka pembicaraan ketika dirasa aku sudah lebih tenang dari sebelumnya, "Rey ke sini mau pamit dan minta maaf sama kamu secara langsung," jelas David.

"Pamit?" Tanyaku singkat.

"Dia mau pergi keluar negeri dan menetap di sana," jelas David kembali. "Boleh dia masuk, Ness?" Lanjut David.

Aku bangkit dari tidurku dan berdiam diri sejenak untuk memutuskan keputusan yang akan aku ambil, "Tapi kamu tetap di sini, aku mohon!" Aku menggenggam erat pergelangan tangannya.

David memastikan bahwa dia akan selalu didekatku. Dia berpindah tempat duduk tepat di samping kananku. Aku tidak henti menggenggam erat pergelangan tangannya. David memberi isyarat kepada Rey agar masuk ke dalam ruang rawat. Rey terlihat mengangguk dan tersenyum ragu dari luar pintu kamar ini. Rey mulai membuka pintu perlahan, jantungku berdebar kencang saat melihatnya sedekat ini.

"Nessie," sapanya dengan senyum ragu. Dia duduk di kursi yang berada di samping kiriku saat ini. Aku memalingkan wajah dan air mata mulai deras mengalir karena semua rasa campur aduk saat ini. Aku mencengkram pergelangan tangan David untuk mengurangi rasa takutku, "Nessie, aku minta maaf atas semua perlakuanku selama ini," lanjutnya.

Aku tidak berani menatapnya sama sekali, "Kamu sudah ambil semua kebahagiaanku, Rey. Kamu bunuh anak aku! Kamu bukan manusia, kamu melebihi iblis!" Jelasku gemetar hebat.

"Aku salah, Nessie. Aku minta maaf. Aku nggak ada niat ke sana, aku hanya ingin menghilangkan sosok David dari hidup kamu dan sangat ingin menggantikan posisinya. Aku sadar, aku sudah rusak, Nessie. Aku melihat kamu terkapar saat itu, aku tersadar, perbuatanku sudah sangat berlebihan. Aku baru tersadar ego dan emosi sudah menguasai sepenuhnya. Aku cinta sama kamu, Nessie, tetapi aku sadar bahwa kebahagiaanmu sekarang bukan bersamaku lagi melainkan sudah ada bersama David. Mungkin sekarang aku akan belajar merelakan kamu sama orang lain dengan pergi jauh dari kamu," jelasnya dengan suara seperti menahan isak tangis.

Aku mempererat genggamanku di pergelangan tangan David dan air mata semakin deras mengalir sejak kedatangan dia di sini serta ditambah penjelasan dia yang begitu menyesal atas segalanya.

Rey berdiri, "For the last time, can I hug you, Nessie? Aku janji nggak akan kembali lagi, aku akan menahan diri untuk tidak bertemu kamu secara langsung," ujarnya lembut.

Aku hanya bisa menangis sejak tadi, aku tidak menanggapi apa pun atas permintaannya kepadaku. Aku melirik ke arahnya, dia tersenyum dalam tangisan. Dia mulai melangkah untuk pergi dari kamar rawat ini. Aku perlahan melepas genggamanku kepada David dan menarik napas panjang.

Aku memejamkan mata, "Ya, you can," ujarku gemetar dalam tangisan.

Rey membalikkan tubuh dan memeluku erat setelah itu. "I'm so sorry, Nessie," Tubuhnya terasa gemetar. "Hidupmu akan bahagia setelah ini, I still love you, I'm sorry, I'm sorry, I'm sorry!" Dia melepaskan dekapannya setelah itu.

Aku memegang pipinya dan menghapus air matanya dengan tangan yang gemetar hebat, "Kamu pasti bisa jadi orang yang lebih baik lagi setelah ini. Jika kamu bertemu dengan wanita idamanmu nanti, kamu harus janji, perlakukan dia dengan sebaik-baiknya, jangan ulang kesalahan yang sama," aku melihat wajahnya yang sangat tulus. Senyuman dalam tangisannya membuat aku sangat iba melihatnya.

Dia menggenggam jemariku, "Ya, aku janji. Goodbye, Nessie!" Dia memberikan senyuman bahagianya.

Rey menghampiri David dan memeluknya sebagai keakraban, "Jaga Nessie," ujarnya.

David melepas dekapan, "Pasti, jaga diri lo juga di negeri orang," ujar David menepuk-nepuk pundak Rey.

"Pasti, mungkin kalau lo nggak mencintai orang yang gue cintai juga, kita bisa jadi sahabat dari dulu, hahaha," gurau Rey.

"Bisa saja lo," ujar David.

"Ya sudah, David, Nessie, gue pamit, ya!" Ujarnya melambaikan tangan dan meninggalkan tempat ini bersama semua kenangan yang ada.

****

Beberapa hari kemudian, aku sudah diizinkan pulang oleh Dokter dan diminta rawat jalan saja untuk kedepannya. David hari ini izin kerja kembali hanya untuk menemaniku pulang. Hari ini kami menggunakan transportasi taksi untuk pulang ke rumah. Aku merasa sangat lega ketika Rey dengan penuh kesungguhan meminta maaf kepadaku dan berjanji untuk pergi dari hidupku. Sepertinya hal ini yang sebenarnya aku butuhkan. Melihatnya kembali menemukan kehidupan normal, membuat aku merasa tenang dan yakin dia akan menemukan jati dirinya kembali.

Aku tidak menyalahkan sepenuhnya atas sikapnya yang menggila. Aku sangat yakin ada peran paling dominan yang menyebabkan dia bertindak di luar batas seperti itu. Aku yakin itu sangat sulit untuk dilewati sehingga dia berusaha melampiaskannya kepadaku. Semua yang telah terjadi membuat banyak pembelajaran penting bagi kehidupanku dan dia selanjutnya.

Aku memerhatikan lalu lalang ibu kota saat berada di dalam taksi. Duduk tanpa kehadiran anakku di dalam perut, terasa sangat aneh hingga saat ini. Jujur, aku masih belum bisa menerima takdir atas kepergiannya. Harapanku untuk menimangnya, mendengar tangisannya, dan menjadi sosok ibu yang sesungguhnya masih tinggi hingga detik ini. Aku meneteskan air mata dan mengelus perutku secara berkala. David tiba-tiba meraih tubuhku dan mendekapku erat.

"Kenapa, Ness?" Tanyanya dengan senyuman hangat.

"Ada banyak hal yang aku pikirkan," aku kembali meneteskan air mata.

David menghapus air mataku, "Semangat ya, Ness, aku yakin kamu bisa melewatinya," ujarnya sangat lembut.

"Apa yang kamu bicarakan sama Rey saat itu di Rumah Sakit, Dev?" Tanyaku menatap wajahnya.

"Dia memohon untuk ketemu kamu untuk terakhir kalinya, dia ingin minta maaf sama kamu secara langsung," jelasnya.

"Lalu, kenapa kamu berusaha keras agar dia dapat bertemu denganku?" Tanyaku penasaran.

"Aku juga laki-laki, aku tahu bagaimana perasaannya. Aku juga manusia, jadi aku tahu bagaimana rasanya sulit untuk meminta maaf atas sebuah kesalahan fatal. Aku belajar banyak dari kamu ketika di persidangan. Aku rasa memberikan efek jera tidak menyelesaikan masalah melainkan hanya menambah masalah baru. Jika kamu dapat memaafkannya, tidak ada alasan aku harus membencinya bukan?" Jelasnya.

Aku meneteskan air mata bahagia, "Terima kasih, Dev," ujarku.

"Sama-sama, Sayang," dia mengelus pipiku.

Aku hanya bisa tersenyum menatapnya penuh makna. "Ya Tuhan! Aku sangat takut dia akan meninggalkanku. Bagaimana jika hidupku tanpanya? Apakah aku akan bisa bertahan menjalaninya sampai garis terakhir? Aku sangat mencintainya!" Ujarku dalam hati.

***********************************************************************************************

Kenapa part ini jadi mengandung bawang, tolong! :''''))) Reyhan memang jahat, tetapi ketika sudah sadar seperti ini kenapa jadi Iba juga, ya? Huhuhu :(( By the way, gimana part ini? Semakin seru, kan? Xoxoxo..

Follow aku dulu yuk, agar kalian dapat notifikasi untuk cerita barunya. Jangan lupa vote dan berikan komentarnya ya, agar semakin semangat untuk lanjut cerita Nessie-nya xixixixi

See you and thank you, Bestie!


Warm Regards,

WINGS OF ALEXANDRA

NESSIE (18+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang