NESSIE - BAB XXXXX

56 3 0
                                    

3 bulan kemudian..

Sejak kemarin, David belum pulang karena ada kunjungan dinas keluar kota. Pagi ini, aku terasa tidak enak badan. Kepalaku terasa sangat sakit ketika bangun tidur tadi. Tidak ada persediaan obat-obatan di rumah. Siang nanti aku berniat pergi ke supermarket untuk belanja bulanan dan persediaan obat di rumah.

Aku berdiam diri di meja makan, tidak ada selera untuk makan semua yang sudah aku masak. Sepertinya rasa pusing ini semakin parah sehingga membuat aku sangat mual. Aku berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutku. Aku membersihkan muntahanku dan bergegas pergi ke kamar untuk beristirahat. Aku berinisiatif untuk menelepon David, aku berusaha untuk mendistraksi rasa sakit ini.

"Halo, kenapa, Ness?" tanyanya di telepon.

"Sepertinya aku sakit, kepalaku pusing banget, Dev, tadi aku juga muntah-muntah. Kamu pulang kapan ya, Dev?" tanyaku lemas.

"Ini lagi jalan pulang. Kamu masih bisa tahan sakitnya, Ness?" Dia terdengar cemas.

"Masih kok, Dev, cuman aku lemas saja sekarang. Kamu bisa mampir saja ke apotek, nggak? Tolong belikan paracetamol yang tablet."

"Kamu nggak mau ke klinik saja?" Dia meyakinkan.

"Nggak, Dev, ini muntah juga karena rasa pusingnya."

"Ya sudah, tunggu ya."

"Iya, Dev." Aku langsung mematikan telepon setelah itu. Aku berusaha untuk tidur agar rasa sakit tidak semakin parah dan terasa.

****

Ada yang memanggil namaku dengan lembut. Aku membuka mata perlahan, ternyata David sudah datang. Dia memberikanku obat dan segelas air putih untuk aku minum. Aku membangkitkan tubuh dan meminum obat yang diberikan David.

"Nggak ada aku sehari, langsung sakit," ujarnya dengan nada bergurau.

"Kangen," lirihku, meneteskan air mata.

Dia duduk disampingku dan langsung memelukku. "Uluuhhh, ada yang kangen sampai sakit," ejeknya.

"Kalau kamu keluar kota lagi, aku mau ikut, boleh nggak, Dev?" tanyaku dalam dekapannya.

"Boleh, nanti ya! Ya ampun, istri-nya David lagi manja banget." Dia mencium keningku.

"Bingung kalau sendirian," ujarku dalam tangisan.

Dia mengelus punggungku yang berada di dekapannya. "Ssshhh, ssshhh, kok jadi nangis."

"Jangan dielus-elus, makin sedih," protesku.

David langsung tertawa mendengar perkataanku. Dia melepaskan dekapan dan menghapus air mataku. "Kan aku udah pulang, jangan nangis lagi dong."

Aku menganggukan kepala dan menghapus air mata. "Kamu dua hari lagi ulang tahun, kamu bisa cuti?"

"Bisa, besok aku ajuin ke HRD ya." Dia merapihkan rambutku.

Aku tersenyum semringah. "Yeay, senang deh," ucapku pelan.

"Nah, gitu dong, senyum, kan cantik jadinya." Dia mencubit daguku. "Ada makanan, apa? Apa belum ada?"

"Aku udah masak kok."

"Kamu udah makan?" Aku menggelengkan kepala dengan senyum ragu. "Ayo, makan bareng aku," ajaknya menjulurkan tangannya. Aku mengangguk dan memberikan senyuman kepadanya.

NESSIE (18+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang