Aku melepaskan dekapannya dan menghapus air mata yang berlinang sejak tadi. David tidak henti merangkulku hingga sampai ke mobil. Di dalam mobil, kami tidak langsung jalan, melainkan membahas segalanya di sini.
"Aku semalam bermalam di Hotel, aku merenungkan segalanya. Aku rasa menjerumuskan Rey ke dalam penjara membuat dia semakin dendam kepada kamu, semakin ambisi untuk memilikiku, dan semakin menyiksanya. Menjerumuskan dia ke penjara tidak dapat mengubah apa pun, aku masih takut kepadanya, aku masih bisa terlintas segala kenangan buruk yang terjadi, dan semua-semuanya dapat terlihat jelas. Sepertinya, aku harus memutuskan semuanya di sini. Aku nggak mau merasa bersalah atas penderitaannya nanti. Keputusan akhirku hanya ingin hidup bahagia dan tenang sama kamu, menerima diri dikit demi sedikit akan masa laluku, dan Rey juga bisa melanjutkan kehidupannya," air mataku tidak berhenti mengalir saat menjelaskannya kepada David.
David langsung memelukku, "Kamu orang baik, Nessie. Maaf kalau aku menyiksa batinmu untuk memikirkan semua ini," jelasnya. David melepaskan dekapan setelah itu dan langsung menancap gas untuk pergi dari sini.
Di perjalanan, aku mencoba membuka pembicaraan dengannya. Aku masih memikirkan tentang pendapat ayah dan juga ibu akan masalah ini. "Dev, Ibumu sama Ayahku tahu masalah ini?" Tanyaku ragu.
"Nggak sama sekali. Aku tahu, kamu pasti akan mengkhawatirkan masalah ini. Jadi aku nggak cerita apa pun ke mereka. Beruntungnya Ibu lagi di luar kota dan Ayahmu sudah balik ke Australia, Ness," jelasnya.
Aku menghela napas lega mendengar penjelasan David. Perutku tiba-tiba mengeras dengan sendirinya yang menyebabkan sedikit rasa nyeri yang tidak terlalu hebat seperti sebelum-sebelumnya. "Dev, bisa cepat nggak, ya? Perutku mengeras, sepertinya aku butuh rehat di rumah," ujarku sambil mengatur napas.
"Nggak mau ke Rumah Sakit saja?" Tanyanya cemas.
"Nggak, Dev, masih bisa ke-handle kok rasanya," jelasku.
David meminggirkan mobil, lalu dia membantuku untuk setel kursi mobil agar aku bisa merebahkan tubuh di dalam mobil.
"Thank you, Dev," aku merebahkan tubuh perlahan.
David membantuku untuk merebahkan tubuh dan mengecup keningku setelah itu, "Dibawa tidur aja ya, Ness, bentar lagi sampai rumah," jelasnya.
****
Aku terbangun dari tidur. Aku sudah berada di kamar. Sepertinya, David membopongku ke sini tanpa aku sadar. Aku memanggil namanya secara berkala. Dia menghampiriku dengan senyuman hangat.
David duduk di pinggir kasur dan mengelus-elus pergelangan tangan kananku, "Kenapa, Ness?" Tanyanya.
Aku menggelengkan kepala dan tersenyum kepadanya, "Nggak apa-apa, cuman bingung aja, bangun-bangun udah di sini," jelasku.
"Iya, tadi aku langsung gendong ke sini, kamu tidur pulas banget, jadi aku nggak tega ngebanguninnya," jelasnya. "Gimana perasaanmu, Ness?" Lanjutnya.
"Feel better," ujarku singkat dan tersenyum ragu.
"Good, aku berharap semakin lebih baik setiap harinya nanti," jelasnya.
Aku membangkitkan tubuh, "Dev, can I hug you?" Tanyaku meneteskan air mata. Rasanya sangat aneh di dalam situasi saat ini. Aku masih belum bisa menyesuaikan efek dari kejadian tadi di persidangan.
"Sure," David langsung mendekapku erat. "Kenapa kamu nangis, Ness?" Tanyanya di dalam dekapan.
"Nggak tahu, aku merasa sedih saja tiba-tiba," ujarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
NESSIE (18+) [END]
RomansaCERITA KHUSUS (18+) Banyak kata-kata Vulgar dan Kasar. #1 HubunganToxic (20.01.23) #1 AnakKuliah (20.09.23) Sipnosis: Hidup penuh kebebasan, siapa yang tidak menginginkannya? Layaknya manusia biasa, kesepian pasti datang menyelimuti kehidupan. Nessi...