Selang dari kepergian Rey, David tiba-tiba berada di depan rumahku. Dia langsung menghampiriku yang terkapar di depan pintu, "Ya ampun, Nessie! Kamu kenapa, lagi? Itu kenapa dia datang lagi?" Dia membantuku untuk berdiri agar dapat berpindah ke ruang tamu.
"Aku lelah banget, Dev!" Aku semakin histeris menangis di hadapan David.
David memelukku erat, "Pasti bajingan itu lagi!" David tidak melepas dekapannya, "Perasaan aku tadi nggak enak, makanya aku berpikir untuk balik lagi ke sini, Ness," ujarnya mengelus-elus punggungku yang berada di dekapannya saat ini.
"Kenapa hidup aku hancur banget ya, Dev?" Tangisanku pecah di dekapannya.
"Ssshhh, ssshhh, udah Ness, aku di sini kok," ujarnya mencoba menenangkanku.
"Aku stres banget, Dev," ujarku kembali.
"Coba diatur napasnya, Ness, biar lebih tenang," ujarnya. Dia melepaskan dekapannya, "Kalau jalan-jalan ngilangin stres mau, nggak?" Tanyanya.
Aku menghapus air mataku, "Mau ke mana?" Tanyaku penasaran.
"Keliling-keliling aja ngukur jalan. Gimana? Mau nggak?" Tanyanya dengan senyum hangat.
"Mau," jawabku singkat.
David berdiri dan memberikan tangannya. Aku meraih tangannya dan berusaha tersenyum menatap wajahnya. David benar-benar orang baik. Kalau boleh jujur, aku sangat nyaman ketika bersamanya, aku merasakan cinta, dan aku tidak ingin kehilangannya, tetapi aku berkaca kembali terhadap diriku sendiri. Aku bukan orang baik, aku sudah tidak perawan bahkan aku sudah hamil sekarang, hidupku sangat berantakan, dan aku hanya bisa menyusahkan orang lain selama ini.
David mencoba menghiburku semaksimal yang dia bisa di perjalanan. Aku tahu tujuan dia membuatku tidak bersedih lagi dan lupa akan kejadian tadi. Usahanya kali ini, membuat aku menangis terharu melihatnya. Aku memeluknya erat dari belakang, kebersamaanku dengannya rasanya tidak ingin berakhir sampai di sini. Dalam hati, aku hanya berharap kecil untuk menjadi milik David dengan segala kekuranganku ini. Aku selalu mematahkan pikiranku itu ketika terlintas dengan berpikir bahwa David pasti bisa mendapatkan yang lebih baik dariku, aku tidak ingin dia memiliki masa depan yang buruk nantinya jika bersamaku.
Kami berkeliling jalan Ibu Kota yang sedang tidak memberikan kemacetan hari ini. Aku terlupa sedikit dengan beban hidupku, aku bahagia ketika bersamanya. Saat di pertengahan perjalanan, David mengajakku berhenti di Taman Kota untuk sekedar menghirup udara segar. Siang hari seperti ini, Taman Kota sangat sepi, membuat aku semakin bisa mengistirahatkan segalanya di sini. Aku sangat menikmati kebersamaan dengannya, aku menghirup udara segar yang dikeluarkan oleh tumbuhan-tumbuhan sekitar taman ini. Rasanya bisa rehat beberapa menit, aku sangat bersyukur akan hal ini.
"Nessie," David memanggilku lembut yang berada tepat di samping kananku.
"Iya, kenapa, Dev?" Aaat menoleh ke arahnya, wajah David sudah sangat dekat dengan wajahku.
David memegang pipi kiriku dan sontak dia langsung mencium bibirku. Saat ciuman ini terjadi, aku teringat bahwa aku sedang hamil. Seketika aku menjauhkan wajahku dari wajahnya, "Dev," aku menghentikan ciuman ini dengan memanggilnya dan menunduk dengan wajah bingung.
Dia menghela napas, "Maafin aku, Ness, aku pengen ngejagain kamu sampai kapan pun, Ness, tolong kasih aku kesempatan," David mengatakannya begitu tulus kepadaku.
"Nggak bisa, Dev, kamu masih bisa mendapatkan yang jauh lebih baik dari aku, kamu orang yang sangat-sangat baik, aku nggak mau ngecewain kamu dengan keadaan aku saat ini, I'm sorry!" Jelasku dengan air mata yang sudah terbendung.
"Emang kamu kenapa, Ness? Aku tahu kamu gimana, kita kenal nggak sehari dua hari. Kasih aku kesempatan, Nessie, aku mohon! Aku mau menerima kamu apa adanya," dia menggenggam kedua tanganku.
"Aku hamil, Dev, tolong pahami keadaan ini," aku terdiam sejenak menahan isak tangis. "Maafin aku, Dev. aku nggak tahu harus berbuat apa, Rey tadi datang, dia bilang ini bukan anaknya, tanganku dicengkram sangat kuat karena dia nggak mau bertanggung jawab, aku sama sekali nggak pantas buat kamu, Dev, kamu bisa mendapatkan yang lebih baik dari aku yang dikatakan oleh Rey kalau aku nggak ada bedanya dengan pecun," tangisanku pecah.
"Rey, lo benar-benar, bangsat! Bajingan!" Teriak David yang langsung berdiri mengusap-usap kepalanya.
Aku hanya bisa terdiam dan menangis mendengarnya. Rasa sedih menghantam begitu kuat sampai tangisan pun tidak bisa tertahan lagi. Dia kembali duduk dan menggenggam erat jemariku, "Kamu tahu, Ness, betapa berharganya kamu di hidup, aku? Ingat kenapa tiba-tiba aku udah pinjam mobil? Dari malam sebelumnya aku udah meminjamnya, karena aku diberitahu sama salah satu tetangga kamu yang dengar kamu teriak dari rumah. Kenapa aku nggak langsung menolong, kamu? Aku bukan siapa-siapa, Ness, aku belum berhak atas kamu. Aku nggak mandang kamu bagaikan, Rey!" Dia meneteskan air mata saat menjelaskannya.
"Dev, aku minta maaf kalau selama ini selalu membuat kamu susah," Aku memeluk David erat.
Dia melepaskan dekapannya, "Kamu tenang, aku yang akan tanggung jawab atas anak ini ya, Ness. Kamu nggak usah khawatir lagi, aku juga nggak mau kalau kamu dan anak kamu bersama Rey, aku nggak rela, Ness!" David meyakinkan dengan memegang kedua pipiku untuk menghadapnya.
Aku menggelengkan kepala cepat, "Nggak, Dev, nggak! Ini bukan masalah kamu. Ini seharusnya memang Rey, yang bertanggung jawab, dia yang udah berbuat. Aku nggak mau kamu kena masalah, aku nggak mau nambah beban kamu lagi, Dev," aku menggenggam kedua tangannya yang sedang memeggang kedua pipiku.
"Nggak, aku harus tanggung jawab. Aku nggak mau menyesal dikemudian hari," David kembali meyakinkan.
Dia langsung pergi tergesa-gesa meninggalkanku, dia berjalan tidak hati-hati. Saat menyebrang untuk mengambil motor, David tertabrak mobil, kemungkinan orang dalam mobil ini juga terkejut melihat David yang tiba-tiba lewat. Sontak aku berteriak dan langsung segera menolongnya dengan menelepon rumah sakit agar dapat dijemput segera menggunakan ambulance. Mobil yang menabrak David kabur, dia tidak bertanggung jawab sama sekali.
"Dev, bertahan ya, Dev," tangisanku histeris.
Warga di daerah ini mulai berdatangan untukmenolong. Aku sangat bersyukur, ambulancedatang tepat pada waktunya. Aku ikut masuk ke dalam ambulance untuk menemani David di sana. Motor David dibawa olehsalah satu pihak rumah sakit untuk dibawa bersama. Aku tidak henti menangissambil menggenggam jemarinya.
***********************************************************************************************
Gimana? Kali ini tidak hot ya, melainkan mengandung bawang bombaayyy huuuuu
Jadi gimana? Makin penasaran dong ya, sama kelanjutan ceritanya???
Ayo, bantu aku ramaikan cerita ini dengan vote dan berikan komentar setelah membaca yaaaaaa, biar makin semangat bagikan kisah Nessie, David, dan Rey xoxo
Terima kaseeehhhh muaaahhh
Warm Regards
WINGS OF ALEXANDRA

KAMU SEDANG MEMBACA
NESSIE (18+) [END]
RomanceCERITA KHUSUS (18+) Banyak kata-kata Vulgar dan Kasar. #1 HubunganToxic (20.01.23) #1 AnakKuliah (20.09.23) Sipnosis: Hidup penuh kebebasan, siapa yang tidak menginginkannya? Layaknya manusia biasa, kesepian pasti datang menyelimuti kehidupan. Nessi...