NESSIE - BAB XXX

143 3 0
                                    

1 Minggu kemudian

Hari ini aku sudah mulai perkuliahan kembali. Tubuhku sudah mulai kuat kembali dan nafsu makanku sudah normal lagi. Rasanya hari ini adalah waktu yang tepat untuk kembali beraktivitas. Aku memasuki kelas, seperti biasa aku menghampiri Tiffany di kursinya untuk duduk bersebelahan dengannya. Aku menyapanya dan dia hanya tersenyum ragu. Aku menjadi canggung atas sikapnya kali ini, sepertinya diam adalah emas untuk saat ini.

Pak Danny sudah datang dan pelajaran langsung dimulai. Aku memperhatikan Pak Danny yang sedang menjelaskan di depan. Hari ini, Tiffany bersikap sangat aneh. Biasanya ada saja yang dia ceritakan kepadaku saat matakuliah berlangsung, tetapi hari ini dia hanya terdiam tanpa kata yang dilontarkan. Aku menjadi bertanya-tanya dalam pikiran akan sikapnya.

Mata kuliah Pak Danny sudah berakhir, Tiffany langsung beranjak keluar tanpa berpamitan sedikit pun denganku. Aku berjalan perlahan keluar kelas, aku berniat untuk mengurus administrasi perkuliah untuk semester depan sebelum pulang ke rumah.

"Ting," ada bunyi notifikasi handphone-ku yang menandakan ada pesan masuk. Pesan ini dari David yang mengatakan bahwa dia sudah menjemputku dan menunggu di parkiran kampus. Aku bergegas untuk ke loket administrasi agar cepat selesai pengurusan ini.

Setelah selesai, aku bergegas menuju parkiran mobil untuk menemui David di sana. Aku berjalan menyusuri parkiran yang berada di gedung belakang kampus. Betapa terkejutnya, pandangan kali ini benar-benar di luar ekspektasi. Tiffany memeluk David saat aku baru saja tiba di sini. Aku tercengang melihat pemandangan yang tidak menguntungkanku sama sekali. Jantung berdebar sangat kencang karena cemas melihat kemesraan mereka.

"David," panggilku pelan.

David menoleh cepat dan melepaskan dekapan Tiffany, "Nessie!" Dia menghampiri dan menggenggam kedua tanganku. "Aku bisa jelasin, Ness," Dia memohon dengan wajah sangat cemas.

Aku mencoba memberikan senyuman kepadanya walaupun terasa sangat sakit melihat mereka seperti ini. "Pulang sekarang?" Tanyaku singkat dengan air mata yang terbendung.

Tiffany hanya menunduk dan memalingkan wajah sejak tadi. Aku tidak menyangka teman baikku akan berperilaku seperti itu kepadaku. David berjalan membukakan pintu mobil untukku dengan raut wajah masih cemas. Aku memasuki mobil dan meneteskan air mata di dalam mobil. Aku menghapus air mata dan berusaha tetap tegar menjalaninya. David memasuki mobil dan langsung menjalani mobil ini. David menghentikan mobil di tepi jalan, sepertinya dia ingin langsung membicarakan masalah ini.

David melepas sabuk pengaman dan duduk menghadapku, "Ness, tadi nggak seperti apa yang kamu lihat," jelasnya cemas.

"Aku yang salah sudah masuk ke kehidupan kalian, jadi seharusnya aku bisa terima melihat kejadian yang di luar ekspektasiku tadi. Tapi—" tangisanku terisak, dadaku seperti sangat sakit menjelaskan semua ini kepadanya. "Tapi ternyata rasanya sangat sakit melihat kejadian tadi, aku nggak bisa mengendalikan rasa takut kehilangan," air mata mulai mengalir dengan sendirinya.

David langsung memelukku, "Aku minta maaf. Nggak ada apa-apa diantara aku sama Tiffany, tadi dia katanya mau cerita, tetapi tiba-tiba dia meluk aku, aku juga kaget, tolong maafin aku, Nessie! Aku sayang banget sama, kamu! Please, forgive me!" Jelasnya di dalam dekapan.

"Aku terlalu sayang sama kamu, Dev," tangisanku pecah di dekapannya.

David melepas dekapannya dan menghapus air mataku, "Maafin aku, Nessie, aku mohon!" Ujarnya penuh kesungguhan.

Aku mengangguk pelan dan mencoba tersenyum kepadanya, "Sure," jawabku singkat.

"Terima kasih, Sayang, terima kasih!" David menciumi tanganku secara berkala.

NESSIE (18+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang