NESSIE - BAB XII

454 8 0
                                    

Aku teringat dengan ibu David, aku harus mengabarinya segera.

"Halo, Tante! David kecelakaan, Tante. Sekarang lagi jalan ke rumah sakit Mitra ya, Tante," ujarku saat menelepon Ibu David.

"Ya Allah! Tante ke sana sekarang, Nessie!" Dia menutup telepon dalam keadaan teriak histeris.

Sesampainya di rumah sakit, David langsung masuk ruang ICU karena luka yang diderita cukup berat. Ibu David menghampiriku di depan ruang ICU saat baru saja tiba, dia sudah mengenalku semasa aku masih duduk di bangku SMP, karena aku dan David selalu bermain bersama sejak masa itu.

"Nessie, Sayang, gimana keadaan anak Tante, Nessie? Tante kaget dengar telepon dari kamu, Nak," dengan raut wajah cemas mengkhawatirkan anaknya.

"Kata Dokter, David akan melaksanakan operasi untuk menutup luka robek dibagian dahi akibat kecelakaan tadi. David juga akan diperiksa bagian kepalanya, apakah ada gelaja trauma atau tidak. Aku takut, David kenapa-kenapa, Tante," aku memeluk Ibu David.

Ibu David melepas dekapan ini dan mencoba memberiku nasehat agar aku lebih tenang. Operasi sedang berlangsung, aku berdiri di depan ruangan operasi yang hanya bisa melihat alat untuk mengetahui denyut nadi dari luar pintu. Betapa terkejutnya ketika aku melihat dan mendengar suara "tiiiiiiiitttt" yang menandakan detak jantung David tiada. Aku langsung memeluk Ibu David.

"Tante, David, Tante!" Aku yang menangis histeris di pelukan Ibu David.

Aku menghampiri pintu operasi untuk melihat David yang berada di dalam sana, "David, jangan tinggalin aku, David! Aku sama siapa nanti kalau bukan sama kamu! Aku nggak mau sendiri lagi, David! Aku di depan sini, aku mohon kembali!" Aku menangis histeris di depan pintu ruang operasi.

"Titt, Titt, Titt," betapa terkejutnya, setelah perkataanku, David kembali. Detak jantungnya berdenyut normal kembali. Aku langsung memeluk Ibu David setelah itu.

Beberapa jam setelah operasi, David di bawa ke ruang rawat. David kembali akan perkataanku kepadanya, aku tidak mau mengingkarinya. Aku meminta kepada Ibu David agar aku yang akan selalu menjaga dan merawat David di rumah sakit. Ibunya mengizinkanku tanpa paksaan sedikit pun.

Malam pertamaku di rumah sakit tiba, David belum tersadar juga sejak tadi. Aku merebahkan diri di atas sofa sambil memandangi David dari sini. Sejak kejadian tadi di rumahku, Rey sudah tidak menggangguku. Benar-benar tipe lelaki pengecut yang tidak berani menerima kenyataan. Sekarang aku sudah mengetahui, di mana posisiku berada pada pandangan Rey selama ini. Mulai sekarang, aku akan fokus untuk menjaga David di sini. Setidaknya aku dapat berguna dalam hidup David walaupun tidak seberapa.

Jam sudah menunjukkan pukul 00:00 WIB, tetapi aku sama sekali tidak bisa tertidur di sini. Tidak biasanya aku seperti ini, ternyata hamil bisa mengubah segalanya. Aku mencoba bangkit dan duduk di samping ranjang David.

Aku merebahkan kepalaku di atas ranjang David sambil menatapnya iba, "Dev, cepat sadar ya, ternyata benar menunggu itu bikin ngantuk! Maafin aku ya, Dev, selama ini udah ngaret kalau datang ke kampus, hmm," ujarku.

Aku menyandarkan diri ke kursi sambil melipat tangan, "Hmm, kira-kira habis ini ngapain lagi ya, Dev? Ternyata gini ya, Dev, hidup penuh kegabutan, tapi tenang ya, Dev, aku akan tetap di sini kok, kamu jangan khawatirin apa-apa, mending kamu cari cara biar cepat pulih ya, Dev," lanjutku.

"Tinung, Tinung, Tinung," handphone-ku berbunyi yang menandakan ada telepon masuk.

Aku memeriksa handphone-ku, ternyata ayahku yang menelepon. Aku langsung mengangkatnya. "Halo, ada apa, Yah?" Sahutku.

"Kamu di mana? Ayah udah sampai rumah kamu, tapi dikunci," Tanyanya.

"Lagi di rumah sakit, David masuk dirawat, Yah, ada apa?" Tanyaku kembali.

NESSIE (18+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang