NESSIE - BAB XXXXIX

58 3 0
                                    

Di perjalanan, aku hanya bisa menangisi atas kepergian ayah yang sangat tidak terprediksi. Aku merasa semua cobaan datang bertubi-tubi ke dalam hidupku. Baru saja aku pulih atas rasa kehilangan anakku, sekarang aku diberikan cobaan lagi untuk kehilangan ayah. Aku tidak menyangka akan seberat ini menjalani hidup sebagai seorang Nessie.

Sesampainya di Bandara, kami langsung berlari untuk menemui petugas. "Pak, saya keluarga dari korban kecelakaan pesawat, Pak," ujarku dalam tangisan.

"Nessie!" Ada suara laki-laki yang memanggilku dari belakang. Aku menoleh, ternyata ayah yang memanggil namaku.

"Ayah!" Aku langsung memeluknya dengan linangan air mata.

"Nessie pikir, Nessie udah kehilangan ayah," ujarku dalam dekapannya.

"Ayah beruntung tadi terlambat naik pesawat, ayah ke sini karena berpikir kamu pasti akan ke sini," jelasnya.

Pandanganku tiba-tiba menggelap dengan sendirinya. Tubuhku sudah tidak terkontrol lagi. Aku terkapar lemas di lantai Bandara. Pendengaranku mulai menghilang dengan sendirinya.

****

Aku terbangun perlahan. Aku tidak tahu sudah berapa lama tidak sadarkan diri. Aku mencari keberadaan ayah dan juga David. Aku memanggil berulang kali nama mereka berdua.

David menghampiriku. "Ness, aku di sini."

"Ayah mana, Dev?"

"Lagi ke toilet."

"Aku lagi nggak bermimpi kan, ayah masih hidup?" Tanyaku.

"Nggak kok." David merapihkan rambutku.

Ayah memasuki ruang kesehatan yang berada di Bandara. Dia tersenyum lepas saat melihatku. Dia menghampiri dan mengecup keningku.

"Ayah, stay di Jakarta dulu ya, aku mohon!" Aku memohon kepadanya.

"Iya, Ayah akan stay di Jakarta dulu sampai kamu tenang." Dia menenangkanku.

Aku berusaha bangkit, aku mengajak ayah dan David untuk bergegas pergi dari Bandara. David meyakinkan keadaanku, apakah sudah benar-benar kuat untuk berjalan. Aku meyakinkan semuanya bahwa aku benar-benar kuat untuk berjalan menuju parkiran.

"Ayah tadi ke sini diantar siapa?" tanya David.

"Diantar supir kantor tadi."

"Bagaimana kalau ayah kami antar saja untuk ke apartemen?" tanya David kembali.

"Iya, boleh, ayah ikut kalian."

Di Apartemen.

Aku dan David baru pertama kali mengunjungi apartemen ayah yang berada di daerah Jakarta Pusat. Apartemen ini memiliki dua kamar tidur, dua kamar mandi yang berada di setiap kamarnya, satu dapur, satu ruang TV, dan terakhir balkon apartemen yang cukup nyaman untuk menikmati pemandangan Jakarta dari ketinggian.

Aku masuk ke kamar ayah, di sini lebih luas dibandingkan kamar yang satunya. Di meja televisi kamar, terdapat fotoku pada saat SD. Aku masih mengingat foto ini adalah fotoku saat pertama kali masuk sekolah. Di sebelah foto ini, ada foto yang membuat aku tercengang melihatnya. Ayah memajang fotoku bersama David ketika masih SMP. Aku masih ingat foto ini diambil pada saat kita liburan bersama ke taman safari.

"Dev." Aku memanggil David yang berada di ruang TV saat ini.

"Iya?" suaranya mendekat. "Ada apa, Ness?" tanyanya saat memasuki kamar.

NESSIE (18+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang