NESSIE - BAB XXXI

166 2 0
                                    

1 Bulan kemudian

Rey belum melaksanakan ancamannya kepadaku, tetapi rasa khawatirku sangat tinggi setiap memasuki arena kampus. Dia berulang mengancam Tiffany dan beberapa kali juga mengirim pesan ke Kinan. Mereka menghiraukan pesan tersebut dan selalu mendukungku semampu mereka.

Hari ini aku ke kampus seorang diri, aku memasuki kelas dengan penuh kegaduhan. Semua mata tertuju kepadaku dengan tatapan penuh makna. Tiffany dan Kinan menghampiriku agar aku dapat keluar dari kelas.

"Ohh, jadi sebelum sama David, lo cewek bayaran, Ness? Sayang, gue nggak dapat giliran!" Ejek Bastian dari belakang kelas sambil tertawa terbahak-bahak bersama teman-temannya.

Aku langsung menghampiri dan memakinya, "Maksud lo apaan sih, hah? Lo gila apa, gimana? Bangsat!" Teriakku.

Bastian langsung menunjukkan foto-fotoku tanpa busana yang terdapat di handphone-nya, "Lumayanlah, buat bahan nanti malam ini!"

"Anjing! Sini nggak handphone, lo!" Teriakku berusaha mengambil handphone-nya.

"Udah, Ness, kita pergi sekarang!" Tiffany dan Kinan berusaha menarik tanganku agar keluar dari kelas. Mereka mengajakku ke mobil Tiffany untuk membicarakan semuanya. Di dalam mobil, Tiffany langsung membuka pembicaraan denganku.

"Foto lo udah kesebar di anak-anak kelas, Ness!" Ujar Tiffany.

"Rey yang sebar, dia juga ngirim ke gue," lanjut Kinan sambil menunjukkan handphone-nya

Aku menangis histeris saat mendengar penjelasan dari mereka, "Kenapa hidup gue gini banget, ya?" Mereka langsung memelukku erat.

Mereka melepas dekapan ini. "Sepertinya lo harus berhenti kuliah untuk beberapa waktu deh, Ness. Rey masih tahu ini sasaran utama buat dia di sini, mumpung foto lo hanya kesebar di anak-anak kelas saja, gue takut dia akan semakin gila di kemudian hari," jelas Kinan.

"Kali ini gue setuju sama Kinan, gue rasa itu jalan terbaik," lanjut Tiffany.

"Gue takut David marah, dia udah kerja susah payah untuk biayain gue di sini," ujarku sambil menghapus air mata.

"David pasti akan ngerti nantinya, dia nggak sekeras itu, Ness, gue yakin," jelas Tiffany.

Aku menganggukkan kepala dan memeluk mereka kembali, "Kalian benar-benar sahabat terbaik gue!" Ujarku di dalam dekapan.

Tiffany dan Kinan langsung membantuku mengurus berkas pengunduran diri dari kampus ini. Masalah David dan juga Ayahku akan aku pikirkan nanti bagaimana cara memberitahu mereka. Mereka sudah dewasa, aku sangat yakin mereka akan mengerti pada akhirnya.

****

Malam tiba, David sepertinya sedang lelah menjalani pekerjaan hari ini. Aku sempat ragu untuk bercerita kepadanya, tetapi aku mencoba semampuku untuk jujur dalam segala hal walaupun hasilnya akan buruk sekali pun.

"Dev," sapaku ragu di atas kasur.

"Hmm?" Sahutnya.

"Aku tadi ke kampus ngurus pengunduran diri dari kampus," jelasku ragu.

"Lho! Kamu kenapa keluar?" Tanyanya dengan nada tidak senang atas berita ini dan langsung berdiri dari kasur. "Memangnya aku kurang dalam biayain kamu, Ness? Aku nggak ngerti lagi, kenapa kamu memutuskan semua itu hanya sepihak!" Ujarnya dengan nada cukup tinggi.

NESSIE (18+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang