NESSIE - BAB VII

1K 10 0
                                    

"Tinung, tinung, tinung," David meneleponku, sepertinya dia baru melihat handphone-nya saat ini.

"Kenapa nelepon, Ness?" Tanyanya.

"Bisa, ke sini?" Tanyaku gemetar.

"Bisa, gue jalan sekarang. Tunggu ya, Ness," jelasnya dan menutup telepon setelah itu.

David tiba dalam beberapa menit setelah meneleponku, jarak rumahnya untuk ke rumahku hanya memakan waktu 15 menit saja. Dia menghampiriku yang menunggu di ruang tamu.

"Lo nggak apa-apa, Ness? Ada apa gue suruh datang, ke sini?" Tanyanya menggenggam pundakku.

"Rey, datang. Entah bagaimana dia bisa masuk dan nulis 'Miss me?' di cermin kamar mandi gue yang ada di dalam kamar," jelasku sambil menyematkan rambut ke belakang daun telinga. Aku sangat cemas melihat kedatangan Rey lagi. Napasku menjadi tidak beraturan saat menjelaskan semuanya ke David.

David berlari ke atas untuk memeriksa kamar mandi kamarku. Tidak lama, dia turun kembali dengan wajah cemasnya. Dia berkeliling rumahku untuk memeriksa pintu atau jendela mana yang sudah dirusak oleh Rey. Aku menyusul langkah David, aku juga penasaran bagaimana Rey dapat masuk ke rumah ini kembali.

Aku menggelengkan kepala, ternyata dia mendobrak pintu belakang rumahku. David mencoba membenarkan pintu yang dirusak oleh Rey. Aku kembali duduk terdiam di ruang tamu, aku tidak habis pikir mengapa Rey akan senekat itu. Aku menjadi cemas dia akan datang kembali sewaktu-waktu.

Setengah jam telah berlalu, David sudah selesai membenarkan pintu belakang rumahku. Dia berjalan menghampiriku dan duduk di sampingku. Dia menyandarkan tubuhnya di sofa, terlihat sekali dia sangat lelah saat ini.

"Dev, maaf ya, gara-gara gue, lo jadi kelelahan gini," aku menggenggam pergelangan tangannya.

"Santai, Ness, yaelah, kayak baru kenal sama gue aja, lo!" Dia memoles pipiku dengan senyuman manisnya.

"Ya karena gue udah kenal lama, jadi gue terlalu banyak ngerepotin lo, Dev," jelasku.

"Gue nggak apa-apa kok, Ness, udah sih, santai saja!" Dia menepuk-nepuk pundakku.

"Dev, besok kan nggak ada mata kuliah, mau temenin gue ke makam nyokap, nggak?" Tanyaku ragu.

"Kenapa nggak sekarang, saja? Kenapa harus besok?" David mengangkat tubuhnya dan menatapku serius.

"Dih! Capek-lah, lo-nya! Abis jadi kuli bangunan, terus masa merambah ke Tukang Ojek?" Gurauku dengan tawa.

"Sialan, lo! Serius gue, aman gue mah, mau sekarang?" Tanyanya kembali.

"Hmm, ayo, deh!" Sahutku.

"Ya sudah, lo ganti pakaian dulu sana. Masa mau ke makam, pakaian kayak ke diskotik, gini?" Ejeknya.

"Sial, gue dicengin balik, ya sudah, gue ke atas dulu," ujarku beranjak ke kamarku.

Setelah bersiap, aku mencarikan baju koko milik ayahku untuk diberikan kepada David. Baju yang dia kenakan, aku rasa sudah sangat kotor karena membenarkan pintu rumah tadi. Aku turun ke lantai 1 dan memberikan baju ayahku kepadanya.

"Nih," aku memberikan baju ayah yang aku bawa. "Ganti, Dev," lanjutku.

David tiba-tiba membuka bajunya, aku seketika langsung menutup mata dengan tanganku, "Nggak di sini juga kali, Dev, kan kamar mandi di sini banyak!" Protesku.

Tidak ada suara dari David merespon protesku. Aku perlahan membuka mata untuk melihat keberadaannya dan untuk menjawab rasa penasaran mengapa dia tidak merespon protesku. Aku tersentak, ternyata David berada di hadapanku saat ini.

"Memangnya kenapa, Ness?" Tanyanya menaikan daguku.

Jantungku berdegub sangat kencang, aku sangat gugup diperlakukan seperti ini. Sekarang sepertinya aku bisa mengakui bahwa aku menaruh rasa kepadanya. Aku menelan ludah menatap matanya yang benar-benar menyorot ke mataku saat ini. Aku mengelus pipinya perlahan, dia mencium jemariku lembut. Aku mendekatkan wajahku dengan wajahnya. Kami memejamkan mata bersama. Dia mencium bibirku lembut. Dia mulai menjalar ke leherku.

"Ahh," aku merasakan kenikmatan dari ciumannya.

Dia kembali mencium bibirku lembut dan menggendongku menuju kamarku yang berada di lantai 2. Dia masih berlanjut menciumi leherku. Aku tidak tahan merasakan sensasi ini dan meremas lehernya dengan mata yang masih terpejam.

Sesampainya di kamar, dia merebahkan tubuhku di atas kasur. Dia masih tetap di posisi atas saat ini. Aku menatapnya dan dia benar-benar tidak berpaling sama sekali. Dia kembali mencium bibirku dan menjamah leherku.

Kali ini, aku berusaha berada di posisi atas. Aku mencium bibirnya lebih dulu dengan penuh agresif. Beberapa kali aku menggigit kecil bibir bawahnya. Aku mulai menjamah lehernya, aku ingin memberikan sensasi yang aku rasakan kepadanya.

"Ahh," dia merintih pelan.

Aku semakin bergairah mendengar suaranya. Dia membangkitkan tubuhnya untuk dapat memangku tubuhku. Dia kembali mencium bibir dan menjamah leherku. Aku mencakar pelan punggungnya yang tidak mengenakan sehelai baju itu.

"Dev," rintihku.

David langsung terengah. Napasnya tidak beraturan. Aku memeluknya, aku benar-benar lemah tidak berdaya dibuatnya.

"I'm sorry," ujarnya yang masih terengah.

"Untuk apa?" Tanyaku yang masih terengah di dalam dekapannya.

"Tidak melanjutkannya, aku ingin semua jadi spesial nantinya," jelasnya terbatah-batah.

Aku berusaha membangkitkan diri untuk menatapnya, "Sudah yakin?" Tanyaku.

"Aku yakin 1000 persen, kamu akan jadi milikku, Ness," jelasnya menatapku penuh cinta.

Aku langsung memeluknya erat, "Bantu aku lepas dari Reyhan," ujarku dalam dekapan.

"Pasti," jawabnya singkat.

***********************************************************************************************

Gimana nih, part kali ini? Lumayan gerah lah ya :p

Jangan lupa kasih vote ya setelah membaca, biar semangat lanjut ceritanya xiixixi

Jadi kalian team Nessie dan Rey atau Nessie dan David, nih??? :p

Tunggu kelanjutan ceritanya. See ya!


Best Regards,

WINGS OF ALEXANDRA

NESSIE (18+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang