NESSIE - BAB XXXIII

151 3 0
                                    

1 Minggu telah berlalu

Aku masih merasa terganggu dengan pikiran yang selalu terlintas mengenai Rey dan segala perbuatannya. Setelah melakukan tindakannya yang mempermalukanku di kampus, dia tidak ada kabar lagi atau menggangguku. Aku berpikir dia sudah puas dengan apa yang dilakukan kepadaku. Dia sudah menghancurkan segalanya. Aku mungkin bisa memaafkannya jika rasa luka ini sudah sembuh, tetapi untuk melupakannya rasanya sangat sulit.

Tiffany dan Kinan secara bergantian sering mengunjungiku di rumah. Mereka teman terbaikku, bahkan ketika aku sudah tidak berkuliah kembali dia masih memberikan empatinya kepadaku. Sedikit terlupa akan semua masalah ketika mereka datang menemaniku di rumah.

David terkadang pulang untuk menyempatkan makan siang ketika Tiffany atau Kinan tidak berkunjung ke rumah. Aku menjadi merasa disayangi oleh mereka. Aku bukanlah berlian bahkan bisa disebut sampah, tetapi ketika bersama mereka aku merasa bagaikan berlian yang harus dijaga. Aku berhutang budi kepada mereka, kalau bukan karena mereka, mungkin aku sudah tidak ada di dunia ini lagi.

Hari ini David merencanakan untuk makan malam bersama dengan Tiffany dan juga Kinan di salah satu restoran yang tidak jauh dari kampus. Aku mengikuti saja rencana yang mereka buat, aku juga sudah merasa lebih sehat dari sebelumnya.

Aku memilih memakai gaun berwarna hitam yang membentuk badan dan berlengan pendek. Aku melihat tubuhku di kaca toilet yang berada di kamarku. Perutku sudah sangat terlihat, sebentar lagi usia kandunganku ingin memasuki 5 bulan. Aku tersenyum kecil, sangat tidak sabar ingin bertemu dengan anakku nanti. Aku belum mengetahui jenis kelaminnya, aku rasa itu sebagai kejutan saja ketika dia lahir.

David tiba-tiba memelukku dari belakang, "Cantik," ucapnya manja.

Aku tersenyum lepas mendengar ucapannya, "Thank you!"

"Gimana? Udah siap berangkat?" Tanyanya mengecup pipi kananku dari belakang. Dia mengendus aroma tubuhku dan mencumbu leherku perlahan. Aku membalikkan tubuh untuk menghadapnya. Dia melanjutkan untuk mencium bibirku dan menjalar ke leherku. Aku semakin bergairah dibuatnya.

"Katanya mau berangkat?" Aku memegang kedua pipinya.

Dia mencubit daguku dan mengecup bibirku, "Emang nggak boleh kalau jalannya nanti?" Tanyanya dengan nada menggoda. Aku tertawa kecil mendengar pertanyaannya. Dia menggendongku dan membawaku ke dalam kamar.

David menaruhku untuk berdiri di pinggir tempat tidur. Dia membuka resleting bajuku yang berada di punggungku. Dia mulai menurunkan bajuku perlahan. Dia memeluk tubuhku dari belakang, menciumi leherku, dan meremas lembut payudaraku. Aku hanya bisa memejamkan mata dan menggigit jemari karena tidak tahan dengan sensasinya.

Dia membuka segala atribut pakaian dalamku dan disusul dengan membuka pakaiannya yang dia kenakan setelah itu. Dia mencumbu bibirku kembali dengan lembut. Dia merebahkan tubuhku di atas kasur dan mulai memainkan kelaminku.

Dia mendekatkan kepalanya dengan kepalaku, "Udah basah, ya?" Bisiknya. Aku hanya tertawa kecil mendengar pertanyaannya.

David mulai memasukkan kelaminnya perlahan, "Ahh," aku mendesah karena sangat terasa. Dia mulai menggerakkannya perlahan. Dia terlihat menikmati sama halnya denganku. Dia memintaku untuk berdiri dan duduk di pangkuannya setelah itu. Aku mulai menaik turunkan tubuhku dengan didampingi desahan nikmat.

"Ahh, Nessie!" Ujarnya dengan napas terengah. Dia begitu menikmati senggama kali ini.

Dia memintaku untuk telungkup dan memasukkan kelaminnya kembali setelah itu, "Ness, aku mau agak cepat, boleh?" Tanyanya dengan napas terengah.

NESSIE (18+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang