NESSIE - BAB XXV

196 3 0
                                    

Beberapa menit setelah kepergian Rey dan Mba Dinda, David datang menemuiku. Dia terlihat sangat cemas saat baru saja tiba di sini. Dia langsung memelukku dan aku menangis di dalam dekapannya.

"Maafin aku baru sampai, kamu nggak apa-apa kan, Ness?" Tanyanya sambil mengelus-elus punggungku yang berada di dekapannya.

"Aku takut!" Ujarku gemetar.

"Ssshh, ssshhh, aku udah di sini," ujarnya berusaha menenangkanku. "Kita pulang atau mau obrolin di sini?" Lanjut David melepas dekapan dan menghapus air mataku setelah itu.

"Mau obrolin di sini aja," jawabku.

"Ya sudah, tadi bagaimana ceritanya?" Tanyanya dengan senyum hangat.

"Tadi aku ketemu calon pembeli rumah ini dan ternyata dia Tantenya Rey. Aku juga nggak paham bagaimana semua ini bisa terjadi. Rey masih dalam ambisinya untuk memilikiku, Dev! Aku takut dia akan nekat menghalalkan segala cara, aku takut, Dev!" Tangisanku pecah di hadapan David.

"Nggak akan ada apa-apa kok, Ness, udah ya, jangan dipikirkan lagi, nanti kamu jadi stres, gimana?" David merapihkan rambutku.

"Aku pengen lepas dari segala hal yang berbau Rey, aku takut!" Aku mulai mengatur napas saat menjelaskannya.

"Iya, pasti bisa kok, aku dampingin, tenang saja, ya!" David meyakinkanku.

Aku menganggukkan kepala dan mulai tenang mendengar penjelasan David. "Kamu izin pulang cepat? Kerjaan kamu, bagaimana?" Tanyaku berusaha mengubah topik pembicaraan.

"Aman kok, Ness," ujarnya dengan senyum semeringah.

"Hmm, hari Minggu aku mau serah terima dengan Mba Dinda, Tantenya Rey. Temani aku, Dev! Aku yakin, Rey akan datang kembali," jelasku.

"Pasti aku temani kok. Jadi, mau pulang sekarang atau nggak?" Tanyanya. Aku menganggukkan kepala dan memberikan senyum semeringah untuknya setelah itu.

****

Malam tiba, jam sudah menunjukkan pukul 23:00 WIB. David sudah terlelap sejak tadi, aku sama sekali tidak bisa terlelap karena masih memikirkan kejadian tadi. Semua tentang Rey, menghantui pikiranku. Aku sangat cemas memikirkan semuanya.

Perutku tiba-tiba mengeras dengan sendirinya. Aku membangkitkan tubuh untuk mengubah posisi menjadi duduk. Rasa nyeri semakin terasa di perutku. Aku mengeluarkan keringat dingin karena menahan rasa sakit yang aku rasa. Rasa nyeri semakin hebat yang aku rasakan saat ini. Darah tiba-tiba mengalir yang terlihat mengalir di paha kananku.

"Dev, Dev! Keluar darah, Dev!" Teriakku membangunkan yang sedang tertidur.

David langsung terbangun dari tidurnya, "Ya Allah! Kita ke rumah sakit sekarang! Tunggu ya, aku pinjam mobil Bu Endah dulu," David langsung berlari keluar kamar.

"Kenapa, Nessie? Ibu kaget dengar teriakkanmu," Ibu menghampiriku dengan raut wajah sangat cemas.

"Bu, keluar darah lagi, Bu! Nessie, takut!" Tangisanku histeris. Ibu langsung mendekap tubuhku untuk menenangkan. "Nggak apa-apa ya, Nak, pasti nggak akan kenapa-kenapa," ujar ibu.

David masuk ke kamar dan langsung membopongku untuk bergegas ke rumah sakit. Ibu tidak ikut kali ini, aku duduk di bangku depan bersama David.

"Hati-hati ya, Nak, kabarin ibu kalau sudah dilakukan pemeriksaan ya, David!" Ujar Ibu kepada David.

"Iya, Bu. David sama Nessie berangkat dulu, Assalamuallaikum!" David langsung menancap gas untuk bergegas pergi ke Rumah Sakit.

Di Rumah Sakit

Aku langsung dilakukan pemeriksaan di IGD. Aku dipasang infus. Aku sangat lemas karena sejak tadi menangis histeris melihat keadaanku yang tiba-tiba memburuk. Aku sangat takut jika terjadi hal yang tidak diinginkan terhadap anakku. Aku takut kehilangannya.

David tidak beranjak kemana pun, dia menemaniku saat dilakukan pemeriksaan. Tidak henti dia menggenggam jemariku. Dokter melakukan pemeriksaan untuk memeriksa kandunganku saat ini.

"Untuk ketuban masih aman ya, Bu, Pak! Detak jantung janin juga masih aman, ya! Kalau bisa ibu perbanyak istirahat dan hindari stres ya, agar tidak terjadi seperti ini lagi. Konsumsi vitamin dan makanan yang bergizi untuk asupan janin juga ya, Bu," jelas Dokter.

"Tapi janin tidak apa-apa ya, Dok?" Tanya David cemas.

"Nggak apa-apa, bantu ibu untuk mengkelola stres-nya ya," ujar Dokter menepuk-nepuk pundak David. "Setelah saya berikan obat dan ibu sudah merasa lebih sehat dari sebelumnya, ibu diizinkan pulang, ya!" Lanjut Dokter.

"Baik, Dok, terima kasih," sahut David. Dokter meninggalkan kami setelah itu.

David merapihkan rambutku, "Tuh, Ness, nggak boleh stres, perbanyak istirahat," dia mengecup keningku.

"Maaf ya, Dev, jadi ganggu istirahat kamu," ujarku lemas.

"Udah jadi tanggung jawabku kok, Ness, nggak apa-apa. Kamu sehat, aku juga yang senang," jelasnya didampingi senyuman hangat.

Aku hanya bisa tersenyum mendengar penjelasannya.

"Kamu sedang mikirin apa sih, Ness, kalau boleh tahu?" Lanjut David.

"Aku masih mencemaskan kehadiran Rey," aku meneteskan air mata di hadapannya dan tidak berani menatapnya.

"Hmm, kalau aku tanya kamu lebih milih, Rey atau anakmu, kamu pilih mana?" Tanyanya lembut.

"Anakku dan akan tetap anakku sampai kapan pun," tegasku.

"Ya sudah, berarti kamu nggak boleh stres mikirin Rey, anakmu sehat butuh kebahagiaanmu yang dukung," jelasnya sambil mengusap-usap kepalaku.

Aku mencoba tersenyum di dalam tangisan, "Thank you!" Aku mengelus pipinya.

David menganggukkan kepala dengan senyuman, "You will be the best mother!"

***********************************************************************************************

Semakin ke sini, kok semakin tegang ya baca cerita Nessie? Ada yang sama nggak? :( Habis ini aku jamin semakin seru dan semakin panas seperti cuaca siang hari sekarang xoxoxo..

Jangan lupa follow aku dulu yuk, agar cepat dapat notifikasi cerita baru, bestie :p

Jangan lupa vote dan berikan komentar setelah membaca ya, karena support kalian sangatlah berharga :") tunggu kelanjutan cerita Nessie ya, see you <3


Warm Regards,

WINGS OF ALEXANDRA

NESSIE (18+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang