Malam pertamaku begitu indah dengannya. Setelah usai, kami tidak melanjutkan tidur. Kami berbincang banyak hal di atas kasur sambil menunggu rasa kantuk tiba.
Aku mengelus pipinya secara berkala, "Dev, apa yang membuat kamu cinta sama, aku?" Tanyaku membuka pembicaraan.
Dia merapihkan rambutku, "Banyak hal, sampai aku nggak bisa sebutin satu persatu," ujarnya dengan senyuman.
"Aku banyak kekurangan, Dev, sempat terlintas rasa tidak percaya diri bersanding sama kamu yang baiknya luar biasa," jelasku.
"Aku juga banyak kekurangan kok, aku hanya pintar saja menyembunyikannya," dia mengecup keningku.
Aku tersenyum bahagia, "Hmm, Dev," sapaku setelah itu.
"Iya?" Sahutnya.
"Aku lapar lagi, masih boleh makan?" Tanyaku ragu.
"Ya boleh dong, masa nggak boleh. Mau makan, apa?" Tanyanya.
"Pengen rujak deh, Dev," ujarku ragu.
David menepuk keningnya, "Udah jam 10 malam, Ness, kamu tahu yang jual rujak di mana, malam-malam, gini?" Tanyanya didampingi tawa.
"Nggak tahu, Dev, tapi nggak ada, nggak apa-apa kok, Dev," jelasku ragu.
Dia langsung berdiri, "Ya udah, ayuk, kita cari!" Dia menjulurkan tangannya.
"Ih, pakai baju dulu kamu!" Aku memperingatinya.
"Oh, iya!" Dia langsung berlari ke kamar mandi dan aku hanya bisa tertawa melihat tingkahnya.
Setelah bersiap, akhirnya kami pergi menggunakan Bleki mencari penjual rujak malam ini. Kami menyusuri jalan ibu kota perlahan untuk mencari penjual rujak.
"Kalau tukang rujaknya nggak ada, nggak apa-apa, Ness?" Tanyanya sambil membelokkan spion motornya untuk dapat melihat wajahku.
"Hmm, tapi cari dulu ya, kalau nggak dapat, ya nggak apa-apa," jelasku.
"Okay, siap, Tuan Puteri," ujarnya.
Aku melihat ada penjual es buah, sepertinya es buah akan sama nikmatnya dengan rujak, "Dev, melimpir dong, itu ada tukang es buah, makan situ aja, mau nggak?" Tanyaku.
"Siap dilaksanakan!" Dia memberhentikan motornya di depan penjual es buah. "Bang, es buah, dua, ya!" David memesan es buah dan menghampiriku setelah itu. "Oh iya, kamu besok ada jam kuliah, lho!" Lanjutnya membuka pembicaraan.
"Terus kamu, gimana?" Tanyaku.
"Gimana apanya?" Tanyanya heran.
"Iya, kuliah kamu, Dev," lanjutku.
"Ya besok aku urus cuti aja. Senin depan, aku udah mulai kerja di tempat ayahmu," jelasnya.
"Maaf ya, Dev, kuliah kamu jadi berantakan karena aku," ujarku ragu.
"Nggak apa-apa, Ness, masih bisa mengejar lain waktu kok," ujarnya didampingi senyum hangat.
"Kamu akan jadi apa, di perusahaan Ayah?" Tanyaku.
"Belum tahu sih, tapi ayah bilang aku megang tender-tender project, dia mungkin mempertimbangkan karena aku ikut BEM di kampus, jadi katanya aku sudah terbiasa bertemu dengan orang-orang baru dan menangani masalah-masalah baru," jelasnya.
"Semoga kamu nyaman dengan kerjaan baru nanti ya, Dev," aku mengelus pundaknya.
"Aamiin, doain yang terbaik, ya!" Dia mengelus pipiku.
Penjual Es Buah akhirnya datang menyajikan pesanan dan kami langsung menyantap es buah yang dihidangkan.
****
Keesokan harinya, David mengantarku kuliah di pagi hari. Dia juga mengisi perkuliahan terakhir sambil mengurus pengajuan cutinya. Dia tidak henti merangkulku saat menuju kelas, saat menyusuri koridor, ada yang tiba-tiba menarik tanganku dari belakang.
"Rey!" Aku menarik tanganku segera saat melihatnya.
"Mau ngapain, lagi? Kurang hantaman, gue?" Tegas David.
"Mau ngapain kek, pacar-pacar gue, kenapa lo yang ribet? Hah?!" Rey menunjuk-nunjuk wajah David.
David berjalan untuk berdiri di hadapan Rey saat ini, "Pacar? Apa lo bilang? Pacar?" David tertawa mengucilkan. "Dengerin baik-baik ya, Nessie sudah jadi isteri sah, gue! Jadi lebih baik lo pergi, sekarang!" Tegas David.
Rey menoleh cepat ke arahku dengan wajah sangat terkejut, aku tidak berani menatapnya sama sekali, aku sangat yakin ini akan menyakitkan baginya. Semenjak ibunya tiada, dia hanya mendapatkan kasih sayang dariku.
Rey langsung menghampiriku dan menggenggam pergelangan tanganku, "Ness, bilang bohong, Ness, aku mohon!" Dia meneteskan air matanya.
Aku meneteskan air mata dan mencoba memberanikan diri menatapnya, "Nggak, Rey, itu nggak bohong. David jujur, itu kenyataan yang ada. Aku minta maaf, Rey," aku mencoba tersenyum dalam linangan air mata.
"Kamu nggak bisa sama David, Ness, kamu mengandung anakku, Ness," dia masih berusaha keras akan pendiriannya.
"Apa? Anak? Bukannya lo suruh gugurin juga, sadar, anjing! Lo abuse, lo udah nggak menghargai, Nessie, sebagai manusia! Sikap lo, melebihi setan!" David mendorong kuat Rey yang tanpa perlawanan sedikit pun. "Mending lo pergi, sekarang!" Tegas David kembali.
"Please, Ness, jangan tinggalin, aku!" Dia menatapku dengan penuh kesedihan dan penyesalan. Rey memegang kedua pipiku, "Please ya, Ness, tetap sama aku ya, Ness, aku nggak bisa jalaninnya, Ness," ujarnya meneteskan air mata.
Aku menelepas kedua tangannya perlahan, "Goodbye, Rey, I'm sorry!" Aku meraih pergelangan tangan David untuk segera pergi dari sini. "Terima kasih, Rey, udah memberi warna dalam hidupku. Semuanya telah berubah karena sikap dan sifatmu sendiri. David pilihan dan kebahagiaan aku sekarang, kamu hanya masa lalu, Rey. Aku udah maafin kamu dengan sepenuh hati," ujarku dalam hati.
Aku memegang erat tangan David sambil menahan isak tangis. Aku tidak berani menoleh ke belakang, walaupun dia sangat jahat kepadaku, tetapi dia pernah singgah di hati dan pikiran ini.
Aku menghapus air mata yang telah mengalir dengan sendirinya. Saat berjalan di lorong Gedung C, aku mencoba membuka pembicaraan dengan David, "Sorry ya, Dev, soal Rey tadi," jelasku ragu.
"Nggak apa-apa, Ness," dia mengusap-usap kepalaku dengan senyuman.
***********************************************************************************************
Sorry nggak se-hot bab 20 ya xoxo..
Tapi gimana cerita kali ini? Seru kan, pasti? :p
Jangan lupa untuk follow aku ya, biar kalian dapat notifikasi ketika aku update cerita hehe..
Jangan lupa buat vote & berikan komentar setelah membaca ya , Bestie! See you :))))
Warm Regards,
WINGS OF ALEXANDRA
KAMU SEDANG MEMBACA
NESSIE (18+) [END]
RomanceCERITA KHUSUS (18+) Banyak kata-kata Vulgar dan Kasar. #1 HubunganToxic (20.01.23) #1 AnakKuliah (20.09.23) Sipnosis: Hidup penuh kebebasan, siapa yang tidak menginginkannya? Layaknya manusia biasa, kesepian pasti datang menyelimuti kehidupan. Nessi...