Malam ini aku tidak bisa tertidur karena memikirkan kejadian tadi, aku tersenyum sendiri di depan kaca saat memperhatikan bibirku. Aku mencoba menghubunginya melalui telepon, namun ia tidak mengangkat panggilanku. Jantungku berdegub kencang saat menunggu suaranya muncul dari panggilan teleponku. Menurutku, ini rasa yang salah, aku sudah memiliki kekasih, David juga sahabatku, rasanya benar-benar kacau bisa memiliki kenyamanan yang berlebih seperti ini.
"Apa karena dia memiliki perasaan cinta sama, gue? Jadi sampai saat ini dia nggak punya pacar?" Aku terdiam sejenak. "Ah, nggak mungkin! Lo kenapa sih, Ness? GR banget, deh!" Aku menggelengkan kepala. "Ness, Ness! Lo itu udah nggak perawan lagi!" Aku menunjuk-nujuk pantulan diriku yang ada di cermin. "Udah nggak ada harganya, lo! Masih aja ngarepin orang lain!" Aku melipat kedua tanganku.
Aku merebahkan diri di atas kasur sambil menunggu balasan dari David, aku masih berharap ia mengirimkan pesan untukku karena telepon yang tidak diangkat olehnya tadi. Aku bangkit dan duduk bersila di atas kasur sambil menopang dagu.
"Kalau memang benar, David nggak punya pacar karena punya rasa sama, gue, gila banget, sih! Kita udah kenal dari SMP, sekarang udah kuliah, itu lama banget!" Aku bergumam sendiri dengan raut wajah kebingungan. "Please, Nessie!" Aku mengusap-usap kepalaku. "Buang jauh-jauh perasaan lo sama, David! Nggak, nggak boleh!" Lanjutku.
****
Jam menunjukkan pukul 23:00 WIB, aku yang sedang terlelap menjadi terbangun karena ada yang mengetuk pintu kamarku dengan cukup keras.
"Siapa, ya?" Teriakku dari dalam kamar.
Tidak ada sedikit pun suara yang menjawab pertanyaanku. Aku bangkit dari tidurku, Jantungku berdebar begitu kencang, aku mulai mengeluarkan keringat karena terlalu takut untuk mencoba membuka pintu kamarku. Aku menghampiri perlahan pintu kamarku, ketika aku sudah membuka pintu, ternyata Rey sudah berada di depan kamarku dalam keadaan mabuk berat.
"Rey, kok kamu bisa di sini?" Tanyaku heran.
"Sayang, kepalaku pusing banget! Aku tidur di sini ya, aku udah nggak kuat jalan lagi, Sayang," dengan begitu lemas Rey mengatakannya.
"Kamu mabuk, lagi? Ya Tuhan! Kamu susah banget ya, dibilanginnya sih, Rey!" Aku membantunya berjalan hingga sampai di kasur.
"Diajak teman," jawabnya singkat.
Aku sangat marah kepadanya, aku memakinya tiada hentinya. Aku sudah memegang janji kalau dia tidak akan mabuk lagi dengan teman-temannya. Rasa kecewa, marah, sedih, dan khawatir menjadi satu saat ini. Rey terlihat sangat kesal mendengar semua perkataan yang keluar dari mulutku. Rey berdiri, lalu aku di tarik untuk mendekat. Dia menamparku sangat keras tepat di pipi kiriku. Dia menjatuhkan tubuhku ke kasur dengan sangat kuat. Aku menangis histeris karena tamparan yang ia berikan sangat kuat. Rey melepas bajuku paksa, bahkan ia tidak segan untuk merobek kaos yang aku kenakan saat ini.
"Rey, kamu udah gila, ya! Aku nggak mau! Kamu lagi mabuk!" Aku berusaha berontak menolak sentuhannya.
Ia menamparku kembali, kali ini benar-benar sangat sakit yang aku rasakan. Aku menangis sambil memegang pipiku. Ia tetap menjamah tubuhku yang sudah tidak mengenakan pakaian sehelai pun. Ia mencium bibirku begitu kasar, ia menggigit bibir bawahku, aku berhasil mendorongnya untuk menjauh.
Ia mencekikku, "Kalau kamu cinta sama aku, seharusnya kamu senang aku hadir, bukan penolakan gini!" Ia mendorongku kembali ke atas kasur.
Rey membuka baju dan juga celananya setelah itu. Ia menarik tubuhku untuk telungkup, ia menarik kedua tanganku setelah itu untuk ke belakang. Ia mulai memasukkan kelaminnya ke vaginaku.
"Ahhh, Sayang!" Ujarnya menikmati tubuhku.
Ia semakin mempercepat gerakannya, penisnya sangat terasa hingga lubang rahimku. Bagaimana bisa aku masih merasakan kenikmatan dari sensasi yang diberikan oleh, Rey? Aku mulai mendesah karena sedikit demi sedikit merasakan kenikmatan dari senggama ini. Ia membalikkan tubuhku untuk telentang dan mulai kembali memasukkan kelaminnya ke vaginaku. Ia mulai mengerakan dengan gerakan cepat kembali, aku menggigit jari dan mengeluarkan desahan kecil.
"Rey!" Panggilku didampingi desahan.
"Munafik! Aku tahu kamu inginkan ini juga!" Ia memutar-mutar ibu jarinya di klistorisku yang membuat desahanku semakin kuat.
Ia menggendong tubuhku dengan kelamin masih menyatu satu sama lain. Ia mulai menggoyangkan tubuhku ke atas dan ke bawah, aku meremas lehernya, dan merintih menatapnya.
Ia melempar tubuhku ke atas kasur, ia mencekikku kuat sampai aku sangat sulit untuk bernapas. Ia mencoba kembali memasukan kelaminnya dan bergerak sangat cepat hingga klimaks yang ia dapatkan. Aku berusaha keras melepaskan cengkramannya yang sangat kuat dan aku juga mencegah agar ia tidak mengeluarkan spermanya didalam tubuhku. Namun, sangat disayangkan usahaku tidak membuahkan hasil sama sekali. Aku hanya bisa pasrah dengan kehidupanku ke depannya.
Ia memberhentikan atas apa yang dilakukan karena terlihat tubuhnya oleng sudah tidak mampu untuk berdiri kembali. Ia tergeletak di atas kasurku, aku langsung pergi ke kamar mandi yang berada di kamarku, dan mengunci pintu rapat-rapat.
Aku berjalan masuk ke dalam sambil menatap tubuhku di depan cermin yang berada di kamar mandi. Aku tidak menyangka akan terlalu bebas kehidupanku sampai melangkah keluar jalur yang tidak seharusnya. Aku berdiri di bawah pancuran air, aku menyalahkan air perlahan, dan aku memejamkan mata sambil mendekap tubuhku erat. Aku kembali menangis mengingat perlakuan kekasihku tadi.
"Apakah Rey hanya membutuhkan tubuhku saja? Apakah dia tidak mencintaiku? Bagaimana aku bisa terbuai akan rayuannya?" Aku semakin menyesali keputusan dalam hidupku.
Semakin banyak pertanyaan yang muncul di dalam pikiran, sepertinya aku mulai frustasi karena tidak rela diperlakuan seperti itu oleh Rey. Aku duduk di bawah pancuran air dan mendekap kedua kakiku. Rasanya benar-benar seperti kehilangan segalanya.
Cukup lama aku berada di dalam kamar mandi, aku mencoba bangkit untuk keluar, dan mempersiapkan diri untuk melihat Rey yang masih terkapar di atas kasurku. Aku menutupi tubuhnya dengan selimut, aku tidak habis pikir mengapa aku masih bersikap baik dengan orang yang benar-benar sudah menghancurkan hidupku. Aku kembali berpakaian dan mencoba membaringkan tubuhku di atas kasur. Atas perlakuannya kepadaku, aku tidak bisa terlelap dan sepanjang malam aku menangis. Aku menangis tidak kunjung berhenti hingga pagi. Melihatnya terkapar di sampingku, membuat aku semakin kecewa. Hidupku sudah benar-benar hancur dibuatnya.
***********************************************************************************************
Bagaimana cerita kali ini?
Sudah lebih mantap dan seru dari sebelumnya bukan?
Jangan lupa tinggalkan jejaknya dengan vote dan komentarnya Bestie!
Warm Regards
Wings Of Alexandra

KAMU SEDANG MEMBACA
NESSIE (18+) [END]
RomanceCERITA KHUSUS (18+) Banyak kata-kata Vulgar dan Kasar. #1 HubunganToxic (20.01.23) #1 AnakKuliah (20.09.23) Sipnosis: Hidup penuh kebebasan, siapa yang tidak menginginkannya? Layaknya manusia biasa, kesepian pasti datang menyelimuti kehidupan. Nessi...