Matahari sudah menerangi bumi. Hari ini adalah akhir pekan, sepertinya akan aku nikmati kebersamaan dengan David kali ini. Aku harap setelah kejadian semalam, David mengerti apa yang sedang aku butuhkan saat ini. David menghampiri dan memelukku dari belakang yang sedang berada di dapur. "Mama Nessie, lagi masak apa?" tanyanya penuh manja.
"Lagi masak tumis kacang panjang sama goreng tempe. Kamu doyan, nggak?" tanyaku, mengaduk masakan yang ada di hadapanku saat ini.
"Apa pun yang kamu masak, aku pasti doyan kok." Dia mencium pipi kananku setelah itu. "Aku mandi dulu ya."
"Iya, sana mandi."
"Love you!" Dia beranjak ke kamar mandi yang tidak jauh dari dapur. David keluar kembali dengan wajah kesal. "Kok nggak dibalas sih, Ness!" katanya jengkel.
"Apanya yang nggak dibalas?" Aku tersenyum dalam kebingungan.
"Tadi kan, aku bilang 'love you' gitu," rajuknya.
Aku tertawa terbahak-bahak mendengar rajukannya. "Love you more, Sayang!"
"Nah, gitu dong. Jadi semangat buat mandi kan." Dia tersenyum semringah. Dia melanjutkan langkah memasuki kamar mandi setelah itu. Aku hanya bisa berharap sikap manis dan manjanya ini akan kekal. Aku suka akan senyumnya yang penuh kehangatan itu.
Segala kenangan bersamanya seperti terulas dengan sendirinya ketika aku sedang terdiam. Aku teringat ketika dia menutupiku dari matahari saat sedang jiarah ke makam ibu. Kenangan itu yang dapat membuatku tersipu malu hingga saat ini. Ketika dia ijab kobul untuk menikahiku, jika diingat kembali, jantungku selalu berdebar kencang. Akhir-akhir ini, mungkin dia menjengkelkan. Tetapi, rasa sayangku kepadanya tidak pernah berubah sedikit pun.
Masakan sudah matang, aku menyajikannya di meja makan untuk disantap bersama. David juga baru saja selesai membersihkan dirinya. Dia memberikan senyuman hangat saat menghampiriku.
"Mau aku ambilin makannya?" tanyaku saat dia baru saja duduk di depanku.
"Boleh, Ness." Dia memberikan senyuman. "Sepertinya aku lihat-lihat, kamu dari tadi senyum-senyum gitu. Ada apa, Ness?"
Aku tertawa kecil mendengar perkataannya. Aku mengambilkan dia makanan, aku mengambilkan suatu kejutan untuknya yang sudah disiapkan dari beberapa hari lalu. Aku harap dia senang dengan berita ini. Aku memeluknya dari belakang dan memberikan hasil USG kepadanya. "Anak kita perempuan."
"Serius?" Dia sangat bersemangat. "Kapan kamu periksanya? Sini duduk, Ness." Dia menarik pergelangan tanganku untuk duduk di kursi sampingnya.
"Tiga hari lalu, kamunya jarang nemenin aku, ya gimana kamu bisa tahu," ejekku.
Dia langsung memelukku. "Maaf, Sayang. Kamu bulan ini dapat kunjungan dokter kapan lagi? Aku mau temenin, mau jadi Papa siaga," guraunya dalam dekapan.
"Dua minggu lagi, Dev, janji temenin, ya?" Aku memastikan.
"Iya janji." Dia melepaskan dekapan. "Oh iya, bulan depan usia kandungan kamu masuk tujuh bulan. Kamu mau ngadain acara nggak, Ness?"
"Boleh, Dev."
Ada yang menelepon David saat kami sedang berbincang di meja makan. Dia terlihat ragu untuk menjawabnya. Aku menjadi curiga karena keraguan yang dia tampilkan saat ini. Sebenarnya apa yang sedang terjadi, aku lelah memikirkan yang belum tentu terjadi.
"Dari siapa? Kok ragu gitu, mau ngangkatnya?"
"Eee, dari Pak Yudi orang Teknisi Kantor, Ness," ujarnya ragu. Telepon masih terus berdering sejak tadi, namun dia sama sekali tidak berani mengangkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NESSIE (18+) [END]
RomansaCERITA KHUSUS (18+) Banyak kata-kata Vulgar dan Kasar. #1 HubunganToxic (20.01.23) #1 AnakKuliah (20.09.23) Sipnosis: Hidup penuh kebebasan, siapa yang tidak menginginkannya? Layaknya manusia biasa, kesepian pasti datang menyelimuti kehidupan. Nessi...