NESSIE - BAB XVIII

290 3 0
                                    

Dua hari kemudian, aku sudah diizinkan untuk pulang dari rumah sakit. Penyanggah leherku sudah bisa dilepas, aku sangat bersyukur memiliki tubuh sekuat baja. David mengantarku ke rumah Tiffany untuk tinggal di sana sementara waktu, sampai acara pernikahan tiba. Tidak terasa menjelang 3 hari dari sekarang, acara pernikahanku dengan David akan diselenggarakan. Di dalam mobil Tiffany yang David pinjam, aku membuka pembicaraan dengannya.

"Nggak usah repot-repot sampai pinjam mobil Tiffany kali, Dev, aku senang juga kok kalau naik Bleki," Gurauku.

"Hadeh, Tuan Puteri ini sangkin kuatnya sampai lupa kalau habis dihajar sama, Bajingan," ejekknya.

Aku tertawa lepas mendengar perkataan David, "Oh iya, aku mau tanya, kamu sama Tiffany, gimana bisa nemuin, aku?" Lanjutku dengan raut wajah penasaran.

"Tiffany nelepon, katanya kamu dibawa paksa sama seseorang. Tiffany saat itu lagi di belakang mobil yang narik kamu paksa. Lalu, Tiffany kasih maps live ke aku, ya aku segera jalan sesuai petunjuk. Dari awal udah ketebak siapa dalangnya pasti akan, Rey. Sebenarnya bisa saja aku hajar sampai mati, Rey, saat itu. Untung ada Tiffany yang manggil untuk nolong kamu. Terus, kamu nggak ada niatan untuk laporin Rey, ke polisi?" Ujar David.

Aku menyandarkan tubuh ke kursi mobil, "Nggak tahu, biar dia dapat karmanya sendiri saja," jelasku ragu.

"Itu udah kriminal lho, Ness! Kamu yakin?" Tanya David meyakinkan.

"Kalau ditanya yakin atau nggak, aku juga bingung harus jawab gimana, cuman kalau harus ketemu lagi dengan dia untuk membuat pernyataan sebagai korban, aku udah nggak sanggup. Aku takut melihat wajahnya lagi," aku meneteskan air mata. "Aku mau membuka lembaran baru aja sama kamu dan anakku," lanjutku dengan senyuman.

"Anak kita kok, Ness, anak kamu ya, anakku juga," jelas David dengan senyuman hangat.

Aku tersenyum dengan linangan air mata menatapnya, "Thank you!"

"Udah seharusnya kok, Ness, nggak perlu terima kasih," ujar David mengelus pipiku.

Aku tidak menyangka akan sebahagia ini bersamanya.

Sesampainya di rumah Tiffany, David mengantarku ke dalam. Dia tidak henti menggenggam tanganku erat sejak turun dari mobil tadi. Tiffany membuka pintu rumahnya dan menerimaku di rumahnya dengan sangat bahagia.

"Maaf ya, Fan, beberapa hari ini, gue akan merepotkan, lo," ujarku saat memasuki rumahnya.

"Udah tenang aja, lagi pula gue juga suka kesepian kok, tinggal sama pembantu dan supir aja akhir-akhir ini, bokap sama nyokap lagi ada urusan ke luar negeri," jelas Tiffany dengan senyum semeringah. "Udah, Vid, lo mending pulang sekarang, biar fresh nanti di acara pernikahan, pakai saja dulu mobil, gue!" Lanjut Tiffany menepuk pundak David.

"Aku tinggal sekarang, nggak apa-apa, ya?" Tanyanya mengelus kepalaku.

"Duhilah, aku kamu, niyee! Biasanya juga gue, lo," ejek Tiffany didampingi tawa.

"Ya kan, sekarang udah mau resmi jadi manten, Fan," gurau David dan kami tertawa bersama setelah itu.

"Ya udah, kamu pulang aja, salam buat ibu, ya!" Ujarku.

David melambaikan tangannya, "Bye!" Aku membalas dengan melakukan hal yang sama.

Setelah David pergi, Tiffany langsung mengajakku ke kamarnya yang berada di lantai 2 rumahnya. Rumahnya sangat luas dan juga besar. Nuansa rumah ini juga elegan, membuat aku tabjub saat pertama masuk. Aku baru pertama kali ke rumahnya, dia adalah teman pertamaku di kampus. Tiffany juga sangat humble dan ramah, tipe orang seperti dia membuat orang-orang sangat nyaman berteman dengannya.

"Aduh, beda ya, kalau aura-aura mau nikah, bawaanya daritadi senyum-senyum terus, ya?" Gurau Tiffany.

"Yee, gue tabjub malah sama rumah, lo! Keren design-nya," ujarku duduk di atas kasurnya.

"Sama, gue juga merasa gitu, ini nyokap yang milih-milih waktu itu," jelas Tiffany.

"Nyokap lo, seleranya berarti bagus banget," ujarku.

"Lo lagi pengen apa, sekarang? Biasanya bumil banyak permintaan nih," ujar Tiffany yang membuat aku terkejut dia mengetahui bahwa aku sedang mengandung.

"Jadi lo, udah tahu?" Tanyaku ragu dan memalingkan wajah beberapa kali.

"Tahu, David yang ngasih tahu semuanya ke gue, turut senang akhirnya, lo sama David sih, lo beruntung dapatin dia," dia memberikan senyum hangat kepadaku. "Gue malah lebih nggak nyangka, bisa melihat kejadian kemarin dengan mata kepala gue sendiri, cowok lo psiko banget, sih! Lo nggak ada niatan untuk lapor, ke polisi?" Lanjut Tiffany.

"Fix, pertanyaan lo, sama dengan David tadi. Buat ketemu lagi dengan Rey, gue udah nggak sanggup sebenarnya, Fan. Sepertinya, gue akan menghindar dan berusaha keras untuk nggak ketemu lagi, gue masih takut banget!" Jelasku.

"Lo kuat banget sih, Ness, bisa melewati semua ini. Kalau gue di posisi lo, aduh, gue udah depresi berat kali!" Ujar Tiffany.

"Kalau David nggak ada di hidup gue, mungkin gue akan depresi berat, Fan. Semenjak nyokap gue, udah nggak ada. David yang benar-benar sebagai pengganti sosok yang hilang dalam hidup gue. Bodoh banget sih, gue! Bisa-bisanya nggak peka sama perhatian dan cinta yang diberikan, David!" Aku menggelengkan kepala sambil menghela napas panjang. "Mungkin gue mabuk cinta sama, Reyhan, saat itu. Namanya remaja labil, belum bisa menentukan mana yang dibutuhkan sebenarnya oleh diri sendiri," lanjutku.

"Semoga lo dapat kebahagiaan yang belum didapat selama ini ya, Ness," ujar Tiffany.

"Amin, thank you, Fan!" Ujarku.

"Eh iya, nanti MUA-nya, gimana? Udah dapat?" Tanya Tiffany semangat.

"Hmm, sepertinya gue dandan sendiri saja nanti, ini kekeluargaan aja kok, Fan," jelasku ragu.

"Nggak bisa, lo harus tampil cantik nanti. Gila, ini sekali seumur hidup, masa lo mau dandan sendiri! Udah tenang, sebagai hadiah pernikahan lo, gue yang sumbang MUA salon nyokap gue, gimana? Senang nggak, lo?" Jelasnya semangat.

"Dih, serius?" Aku tercengang dan langsung menggelengkan kepala, "Nggak, Ih! Nanti ngerepotin lo, sumpah!"

"Udah sih, terima aja hadiah dari, gue! Mau, ya?" Rayunya.

"Hmm, ya udah deh, by the way, terima kasih banyak ya, Fan, lo baik banget!" Aku tersenyum haru dan meneteskan air mata bahagia.

Dia menghampiri dan memelukku, "Udah jangan nangis, you deserve all of this!"

"Thank you, thank you!" Aku memeluknya erat.

**********************************************************************************

Lanjoottt nih, Bestie. Gimana ceritanya? Makin seru kan pasti?

Jangan lupa follow aku ya, lalu vote dan berikan komentarnya setelah membaca ya, Bestie <3

See you on the next part!


Warm Regards,

WINGS OF ALEXANDRA


NESSIE (18+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang