NESSIE - BAB XXXXIV

98 2 0
                                    

40 hari kemudian..

Masa nifasku sudah berakhir. Dari awal kejadian lalu hingga saat ini, aku belum sanggup untuk mengunjungi makam anakku. Aku juga belum berani menanyakan apa jenis kelaminnya kepada David. Rasa ingin tahu mengetahui segalanya datang hari ini. Aku rasa, aku sudah siap untuk mendengar semuanya.

Malam hari, selesainya aku melaksanakan ibadah solat isya. David baru saja sampai di rumah, seharusnya dia sudah pulang dari pukul 18:00 WIB tadi, tetapi ada pekerjaan yang harus diselesaikan terlebih dulu jadi dia menyelesaikannya terlebih dulu.

"Ness, aku pulang," teriaknya saat memasuki rumah.

Aku bergegas berjalan menghampirinya yang masih berbalut mukena. Aku langsung menyalami tangannya dan dia memberikan kecupan di keningku dengan senyum hangat.

"Cantik," pujinya.

Aku tersipu malu. "Udah selesai kerjaannya?" tanyaku.

"Yang urgent aku udah kerjakan, yang lain aku kerjakan besok saja, soalnya udah kangen sama isteri," godanya.

"Dev!" Aku menepuk dadanya. Rasanya masih sama seperti pertama kali dia memuji dan menggodaku. Rasa cintaku kepadanya tidak berkurang sama sekali. Hubunganku bersamanya sangat berbeda dengan hubunganku bersama Reyhan. Kemungkinan karena ini aku selalu menganggumi sosok David. Semua yang aku butuhkan ada di sosok David, suamiku.

"Mau langsung aku siapin makan?" lanjutku.

"Boleh, kamu siapin saja, aku mandi dulu ya." Dia mencubit daguku.

"Okay." Aku langsung menyiapkan makanan untuknya.

Setelah semua siap, aku menunggunya di meja makan. Tidak lama aku harus menunggu, dia tiba di meja makan dengan memberikan senyuman hangat.

"Kamu tumben masak banyak, Ness," ujarnya.

"Buat ngisi waktu, biar nggak kebanyakan diam," jelasku.

"Kamu kenapa nggak ikut makan?" tanyanya sambil mengambil lauk untuk dimakan.

"Udah kenyang masaknya, Dev," ujarku ragu.

"Lho, kok gitu? Kalau ambil sedikit saja buat temani aku makan, mau nggak?" tanyanya.

Aku mengangguk ragu. "Iya, Dev," sahutku singkat.

Aku mengambil nasi hanya setengah centong nasi dan mengambil sayur capcay sebagai lauknya. Aku juga bingung akan diriku, aku tidak nafsu makan semenjak pikiran berlalu lalang tanpa arah.

"Bagaimana hari ini, Ness?" Tanya David sambil menyantap makanan.

"Apanya yang bagaimana?" Tanyaku heran.

"Perasaan dan keadaanmu hari ini, everything's good?" tanyanya.

"Ya, I'm fine, I feel better," jawabku.

"Syukur kalau begitu. By the way, kamu belajar masak dari mana? Kok bisa se-enak ini?" tanyanya yang masih menyantap makanan sejak tadi.

"Emang sebelum-sebelumnya nggak enak?" Ejekku.

"Eh, nggak gitu, maksudnya kenapa hari ini enak banget-banget gitu," terlihat cemas sekali wajah David yang membuat aku menjadi tertawa melihatnya.

"Ya ampun, Dev, aku bercanda, panik banget gitu," ujarku didampingi tawa.

"Tapi masakan kamu emang benar enak kok, aku nggak bohong." Dia menggenggam jemariku.

NESSIE (18+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang