NESSIE - BAB XIV

366 6 0
                                    

Di depan hotel ini terdapat tukang topi, aku merogoh saku celanaku, aku berusaha keras mencari serpihan uang sisa. Aku tidak mengambil uang yang dilempar oleh Rey tadi. Aku mengharamkan uang itu.

"Alhamdulilah, ada 100.000! Nggak sia-sia gue teledor!" Ujarku. Aku menghampiri tukang penjual topi yang berada di seberang jalan ini. "Bang, berapaan topi?" Tanyaku.

"20.000, Neng. Kenapa, Neng, mulutnya itu?" Tanya Tukang Topi.

"Biasa, Bang, jagoan," sahutku.

"Keren juga, Neng, bisa berantem. Mau warna apa, topinya?" Tanya Tukang Topi kembali.

"Hitam saja, Bang," sahutku kembali.

"Nih, Neng," dia melihat ke arah uangku. "Waduh, Neng, gede bener duitnye," ujarnya.

"Yah, cari tukeran deh, Bang, duit saya sisah ini doang."

Tukang Topi ini berjalan ke arah Tukang Batagor yang berada di sebelah kanannya. Akhirnya, dia dapat menukarkan uang itu untuk kembalian. "Makasih ya, Bang," Aku menerima uang kembalian.

"Iya, sama-sama, Neng, jangan berantem lagi ye, cakep-cakep, sayang kalau tukang tawuran," nasehat Tukang Topi.

Aku tertawa mendengar ucapannya, "Iya, Bang," aku berjalan kembali ke depan hotel sambil memakai topi dan mengatur rambutku agar dapat menutupi lukaku.

Aku memesan ojek online menuju rumah sakit. Aku sangat bersyukur, ternyata tidak terlalu jauh dari hotel sini, hanya menghabiskan waktu 15 menit, dan memakan uang hanya 20.000 saja.

Sesampainya di rumah sakit, aku berinisiatif membelikan buah apel dan juga bubur untuk David sarapan pagi ini. Kebetulan ada yang menjualnya di pelataran rumah sakit, jadi aku menghabiskan sisa uangku saja.

Aku kembali berjalan memasuki rumah sakit setelah membeli semua itu, aku berjalan melewati koridor dengan rasa cemas karena takut David melihat bekas lukaku. Aku meminta masker salah satu suster di rumah sakit ini untuk menutupi bekas lukaku, semoga saja David tidak menanyakan mengapa aku memakai semua atribut ini. Aku sudah berada di depan ruang rawat David. Aku menghela napas sejenak, lalu membuka pintu, dan dia langsung melihat ke arahku. David meminta izin kepada ibunya agar diberikan waktu untuk berdua saja denganku.

"Kamu abis dari mana, Ness?" Tanyanya saat ibunya sudah keluar dari ruangan.

"Ini bubur sama buah apel buat kamu, dimakan ya," aku hanya bisa berpaling tidak menatapnya dan menutupi bekas lukaku dengan masker ini.

"Kok kamu tumben, pakai masker?" Tanyanya heran.

"Ah, dia menerka semua ini lagi!" Ujarku dalam hati. "Nggak apa-apa kok, Dev," aku gemetar menjawabnya dan memalingkan wajahku tidak berani menatapnya.

David mencoba membuka topi dan juga maskerku perlahan. Akhirnya, dia dapat melihat luka robek yang aku tutupi sejak tadi. Aku menyematkan rambutku ke belakang telinga dan menunduk tidak berani menatap David.

"Kamu ketemu Rey, Ness?" Tanya David yang mencoba bangkit dari tempat tidurnya.

Aku mengangguk pelan, menahan isak tangis, memalingkan penglihatan, dan mencoba tersenyum di hadapannya.

"Bangsat, Rey!" Dia mencopot semua atribut pernapasannya.

Aku langsung berdiri dan memeluknya yang ingin turun dari ranjangnya, "Please, Dev, udah ya, di sini aja, aku mohon sama kamu," tangisanku pecah di pelukannya.

Dia membalas dekapanku, "Mau sampai kapan, Ness? Dia dengan seenaknya nyakitin kamu, aku nggak bisa diam aja, kamu diperlakukan seperti ini," jelas David.

"Nanti ada saatnya, nggak sekarang. Aku hanya butuh kamu tetap di sini ya, Dev, aku mohon!" Aku mencoba mengatur napasku.

Dia melepaskan dekapan ini, "Jujur sama aku, apa yang dia lakukan dan katakan sama, kamu?" Tanyanya menatapku tajam.

Aku mengantur napas dan tidak berani menatap David sedikit pun, "Dia ngancem kalau bakal sebar foto bugil aku ke kampus kalau nggak nurutin perkataannya," aku meneteskan air mata dan langsung menghapusnya. "Aku diajak ke mobil, lalu aku dibius, pas bangun aku udah di Hotel," aku menutup mulutku sambil menggenggam erat pergelangan tangan David. "I'm sorry, kalau kamu harus dengar ini semua, aku disetubuhi secara paksa, habis itu dia lempar uang ke arahku untuk menggugurkan kandungan ini, aku menolak permintaannya, dia menamparku lagi dengan sangat kuat sampai aku terjatuh ke lantai, habis itu aku—" aku tidak bisa melanjutkan cerita ini.

David langsung memelukku erat, "Ssshhh, ssshhh, ada aku di sini," ujarnya di dekapan ini.

"Aku bersumpah, aku sangat terpaksa melakukannya, Dev, aku minta maaf ini terjadi lagi, hidup aku hancur banget, Dev," aku semakin erat memeluknya dan tangisanku semakin histeris di dekapannya.

Ibu David memasuki ruangan, sepertinya dia mendengar suara tangisanku dari luar kamar rawat. "Kamu kenapa, Nak? Kenapa, Nessie? Kalian bertengkar? Kok wajahmu ada lebam? Ibu dengar Nessie menangis dari luar ruangan terdengar tadi," Ibu David terlihat kebingungan.

David mencoba berdiri dengan keadaan yang masih rentan, "Maafin aku, Bu, aku harus bertanggung jawab atas, Nessie, Bu. Nessie hamil anakku, Bu, aku mau bertanggung jawab, Bu," David berlutut di hadapan Ibunya dengan meneteskan air mata.

"Nggak, Tante, nggak!" Aku menghampiri Ibu David dan menggenggam pergelangan tangannya. "Dia bohong, Tante, tolong percaya sama aku, Tante, aku mohon!" Aku mencoba mencegah David masuk ke dalam masalahku ini.

"David, nggak mau jadi laki-laki yang nggak bertanggung jawab, Bu. Tolong izinkan David, menikahi Nessie, Bu. Nessie yang sedang berbohong, Bu, dia nggak mau membuat nama David jelek, Bu. Aku yang maksa, Nessie melakukannya, Bu. David harus bertanggung jawab, David mohon sama, Ibu!" Jelas David gemetar.

Ibu David langsung terjatuh tidak sadarkan diri. Aku langsung berlari keluar memanggil petugas medis untuk menolong. Ibu David dibawa ke ruang rawat untuk dapat pertolongan Dokter. Sementara David, menangis histeris di ruangannya melihat ibunya tidak sadarkan diri, aku mencoba menenangkan David saat ibunya sedang dilakukan penanganan. Aku memeluknya, tubuhnya bergetar hebat.

"Ibu nggak akan kenapa-kenapa kan, Ness?" Tanyanya meyakinkan diri.

"Iya, Dev, Ibu pasti akan baik-baik aja," aku melepas dekapan ini dan merapihkan rambut David. "Aku ke ruangan Ibu dulu ya, boleh nggak?" Tanyaku.

Dia mengangguk dan memberikan senyuman kepadaku.

***********************************************************************************************

Semakin seru nggak sih, kisah cintanya, Nessie?? 

Jangan lupa follow aku ya hehe, trus habis baca bisa bantu tinggalkan jejak dengan vote & komentarnya, Bestie <3

Tunggu kelanjutan kisahnya Nessie ya, lagi rajin update nih, bantu supportnya ya, Bestie <3


Warm Regards,

WINGS OF ALEXANDRA

NESSIE (18+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang