NESSIE - BAB XX

359 5 0
                                    

Setelah ijab kobul usai, kami menyalami keluarga dan sanak saudara. Tidak terlupa untuk menghampiri Tiffany, kalau bukan karena dia, kemungkinan acara ini tidak akan seindah ini. Aku langsung memeluknya erat dengan memberikan senyuman bahagia. "Thank you! Thank you! Thank you!" Ujarku di dalam dekapan ini.

"Sama-sama, Ness, senang banget melihat lo, sebahagia ini," ujarnya sambil melepaskan dekapan.

"Makasih ya, Fan, lo baik banget sama, kita!" Ujar David menepuk-nepuk pundak Tiffany.

"Iya, sama-sama, David!" Dia memberikan senyuman kepada kami. "By the way, gue mau pamit jemput nyokap ya, kasihan udah nunggu lama di Bandara," jelasnya.

"Wah, salam ya, buat nyokap lo, Fan!" Ujarku semangat.

"Iya, bye, ya!" Tiffany melambaikan tangan dan bergegas pergi dari acara ini setelah itu.

Acara hari ini berjalan sangat lancar, Rey tidak mengetahui pernikahanku dengan David. Kemungkinan juga, dia masih malu untuk keluar rumah karena luka lebam yang didapat dari hantaman David kala itu. Saat sedang menyantap makanan acara pernikahanku, aku berusaha keras untuk menahan rasa mual yang aku rasakan.

"Dev, aku ke dalam dulu ya," ujarku lemas.

"Aku temenin, ya?" Sahutnya cemas.

"Nggak usah, Dev, kamu di sini aja nemenin para tamu. Aku sebentar kok, nanti kalau udah enakkan, aku ke kamu lagi," aku berjalan meninggalkannya setelah itu.

Aku mempercepat jalanku untuk masuk ke dalam kamar mandi, rasa mualku tidak melihat waktu, situasi, dan kondisi. Aku membersihkan muntahanku dan duduk di atas kloset setelah usai. Aku melihat tempat sampah, ada sepucuk surat beramplop merah muda berada di dalamnya. Aku coba mengambil surat tersebut karena rasa penasaran yang tinggi atas isi dari surat tersebut. Aku membaca dan sangat terkejut dengan isi surat ini.

"Halo, David! Semoga bahagia ya, sama pilihan, kamu! Aku senang akhirnya kamu menemukan labuhan cinta yang diimpikan sejak lama. Nessie juga lebih membutuhkan kamu ketimbang aku, aku benar-benar iba dengan kehidupannya. Aku senang pernah dekat dan merasakan cinta yang sesaat dari kamu kala itu. Sejak awal aku sudah yakin, kamu nggak akan bisa melupakan, Nessie. Mengubur perasaan ini dalam-dalam sepertinya jalan terbaik. Terima kasih sudah pernah memberikan keindahan dari rasa cinta. Goodbye, David! – Tiffany," isi surat ini.

Aku meneteskan air mata, aku baru mengetahui bahwa David dan Tiffany pernah dekat dan saling cinta, aku tidak menyangka setulus itu perasaan Tiffany kepada David, suamiku sekarang. Aku tidak bisa, tidak menyalahkan diri sendiri sudah merebut kebahagiaan orang lain yang sudah sangat baik kepadaku.

"Maafin gue, Fan!" Aku menangisi keadaan yang serba salah ini.

"Tok, tok, tok," suara pintu terketuk.

"Siapa?" Teriakku dari dalam kamar mandi sambil menghapus air mata yang sudah mengalir dengan sendirinya.

"Aku, Ness, kamu nggak apa-apa?" Tanyanya dari luar kamar mandi. Aku bergegas membuka pintu kamar mandi untuknya.

"Lho, kok kamu nangis? Kenapa, Ness?" Tanyanya cemas memegang kedua pipiku.

Aku memberikan sepucuk surat Tiffany yang aku temukan tadi kepadanya. David mengambil surat ini dan membaca isinya dengan wajah yang sangat cemas, "Ness, aku bisa jelasin, Ness," jelasnya.

"Aku merasa bersalah masuk di kehidupan kalian," aku meneteskan air mata kembali.

David menggenggam pergelangan tanganku, "Tapi aku bahagia sama kamu, Ness! Please, maafin aku yang baru bisa bilang," dia meyakinkanku.

NESSIE (18+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang