NESSIE - BAB XXXXXI

103 3 0
                                    

Di Taman Safari

Kami menggunakan hanya mobilku saja. Tiffany meninggalkan mobilnya di rumah. Aku tidak mengetahui rencana David mengundang Tiffany dan Kinan untuk ikut liburan bersama hari ini. Aku sangat senang orang-orang terdekatku ikut merasakan kebahagiaan yang aku rasakan.

Kami melewati kandang Jerapah. Aku tidak berani memberikan secara langsung wortel untuk Jerapah makan. Aku meminta David untuk memberikannya. Entah bagaimana aku bisa menjelaskan bahwa aku sangat bahagia dan bersemangat sekali. Aku merasa hal ini sangat tidak biasa.

"Aaaa, gemas banget, Jerapahnya!" ujarku penuh semangat.

"Gemas tapi nggak mau kasih makan langsung," ejek David.

Aku menggeleng. "Nggak mau, takut di-hap!"

"Yaelah, Ness. Paling juga diemut, orang nggak punya gigi taring itu Jerapah," ejek Kinan.

"Nggak mau, titik!" rajukku.

"Iya, iya," sahut mereka bersamaan dengan nada bergurau. Aku langsung tertawa mendengar kekompakan mereka untuk menjawab pernyataanku.

Kami melewati kandang Rusa. Aku melihat ada salah satu Rusa yang kurus, aku menjadi kasihan dan sangat sedih. Aku menangis tersedu-sedu melihat Rusa tersebut.

"Lho, kok nangis, Ness?" David mengelus kepalaku.

"Itu kasian Rusanya kurus, udah dikasih makan belum, sih?" tanyaku dalam tangisan.

"Udah pasti, belum nambah saja kayaknya," gurau David, mengelus berkala pundakku.

Aku menoleh ke arah Tiffany dan Kinan yang berada di kursi tengah. "Maaf ya, guys. Gue jadi perasa banget," lirihku, menghapus air mata.

"Iya, Ness, kita paham kok, santai saja," sahut Tiffany.

****

Kami tidak langsung pulang, melainkan bermalam di Villa daerah Puncak, Bogor. Tiffany dan Kinan sedang membersihkan diri dan berias di kamarnya. Sementara aku dan David sedang menikmati udara dingin di saung yang berada di depan Villa. Dia merangkulku yang duduk di sampingnya.

"Dingin nggak, Ness?"

"Nggak terlalu kok."

"Gimana? Udah senang belum ngelihat Jerapahnya?"

Aku mengangguk cepat dan memberikan senyuman kepadanya. "Udah." Aku tersenyum semringah.

Setelah teman-temanku selesai berias, kami semua pergi ke puncak pas untuk menikmati jagung bakar dan udara puncak yang tidak bisa didapat dari Jakarta. Kami benar-benar menikmati waktu selama di sini.

3 Bulan kemudian.

Kandunganku sudah memasuki trisemester kedua. Perutku sudah membentuk, tetapi bentuknya besar dan melebar, tidak seperti pada saat aku mengandung Bara yang membentuk seperti bola. Awalnya aku masih menduga-duga bahwa anakku perempuan karena setiap saat rasanya ingin tampil cantik di hadapan siapa pun. Beberapa hari lalu, akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke dokter kandungan seorang diri. Sepertinya jenis kelamin anakku nanti akan aku jadikan berita bahagia di akhir pekan ketika David sedang libur bekerja.

Hari ini, aku pergi seorang diri untuk menjenguk Bara. Rasanya aku sangat rindu kepadanya. Aku pergi menggunakan transpotasi taksi online karena David sedang sibuk-sibuknya bekerja dari awal kehamilanku hingga saat ini, jadi dia tidak bisa mengantarku ke sana. Sepanjang jalan, aku tersenyum sendiri melihat lalu lalang kendaraan yang ada di jalan karena sangat bahagia untuk mengunjungi Bara.

NESSIE (18+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang