NESSIE - BAB XXXV

122 4 0
                                    

Hari persidangan

Hari ini aku bangun sangat pagi. Aku tidak bisa tidur nyenyak semalam. Aku selalu terbangun dengan sendirinya dan sulit terpejam kembali setelah itu. Aku masih memakai pakaian yang aku kenakan semalam. Aku hanya mencuci muka dan sikat gigi untuk siap datang ke persidangan hari ini. Keputusanku kali ini sudah bulat, aku sudah yakin dengan keputusanku, dan tidak ada yang bisa mengganggu gugat sama sekali.

Aku datang telat ke persidangan, terlihat ramai sekali melihat ke dalam gedung dari arah luar pintu pengadilan.

"Saudari Nessie, apakah sudah datang?" Salah satu laki-laki yang ada di meja hakim bertanya kepada David yang duduk di baris depan.

Aku mengetuk pintu dan semua orang di dalam menyorot atas kehadiranku, "Selamat Siang, maaf saya baru bisa hadir. Saya Nessie yang mulia hakim, apakah saya bisa masuk?" Tanyaku gemetar.

Hakim dan lainnya mengizinkanku masuk untuk melanjutkan persidangan. David terlihat sangat khawatir yang terlihat dari raut wajahnya. Reyhan tidak henti menatapku dengan linangan air mata. Aku melihat Tiffany, Kinan, dan Mba Dinda hadir di persidangan duduk di barisan depan. Rey terlihat sangat panik melihat kehadiranku. Aku duduk di tempat yang sudah disediakan. Aku memainkan jemari sejak tadi, aku benar-benar takut berada di sini.

Hakim dan Jaksa menjelaskan kasus yang akan disidangkan. Mereka bertanya satu persatu tentang kebenaran yang mereka ingin ketahui. Dimulai dengan bertanya kepada Rey, aku tidak berani menatap siapa pun di ruangan ini selain para hakim yang berada di hadapanku. Jemariku gemetar hebat dan aku mengeluarkan keringat dingin sejak memasuki ruangan ini.

"Apa benar Saudara Reyhan Daniswara, kenal dengan, Saudari Nessie Claretta?" Tanya Hakim.

"Saya kenal dengan, Nessie," jawab Reyhan.

"Darimana Saudara kenal dengan Saudari Nessie?" Tanya Hakim kembali.

"Saya kenal dengan Nessie, karena saya adalah mantan kekasih-Nya sejak duduk di bangku SMA," jelas Rey.

"Saudara di sini dilaporkan dengan tuduhan yang pertama atas pasal Pasal 310 KUHP dan Pasal 27 ayat (3) UU ITE yaitu menyebarkan aib melalui media sosial dengan sengaja. Adapun sanksi yang dikenakan kepada pelaku penyebar aib," jelas Pak Hakim.

Aku sempat melirik menatap wajah Rey yang memperhatikan Hakim, dia terlihat sangat cemas mendengar penjelasan Hakim.

"Kedua, yaitu Pasal 368 KUHP ayat 1, melakukan pengancaman terhadap korban. Hal ini dapat dikenakan sanksi penjara paling lama 9 tahun lamanya. Ketiga, Pasal 29 UU ITE, yaitu perbuatan yang sifatnya memaksa, memberikan ancaman, serta menakut-nakuti korban secara sengaja melalui perangkat elektroniK," jelas Hakim kembali.

Wajah Rey sangat panik mendengar penjelasan yang dijelaskan oleh Hakim sejak tadi. Aku bisa merasakan dari tatapannya memandang Hakim saat ini. Melihat kecemasannya, membuat aku semakin khawatir dengan keputusan akhirnya.

"Lalu tuduhan pelecehan seksual memaksa atau dengan penyesatan menggerakkan korban untuk melakukan atau membiarkan dilakukannya persetubuhan atau perbuatan cabul," jelas Hakim kembali.

Hakim memunculkan foto screenshot yang diambil dari percakapan para saksi saat Rey menyebar fotoku tanpa busana. Air mataku berlinang sangat deras saat melihat semua itu kembali dan disaksikan banyak orang di sini. Aku menutup mulutku agar dapat terbantu menahan isak tangis. Aku tidak menyangka di persidangan ini akan dimunculkan segala bukti yang diberikan.

"Apakah benar, Saudara Reyhan Daniswara atas bukti yang diberikan oleh para saksi dari korban?" Tanya Hakim kembali kepada Rey.

"Saya mengangkuinya bahwa itu benar. Saya yang melakukan penyebaran tersebut," suaranya gemetar.

"Atas dasar motif apa, saudara melakukan hal tersebut?" Tanya Hakim.

"Saya melakukannya atas dasar cinta yang mulia hakim," ujarnya terdengar bergetar menahan isak tangis.

"Apakah anda benar sebelum melakukan tindakan tersebut, saudara melakukan pengancaman dan tindakan kekerasan fisik mau pun verbal kepada korban?" Tanya Hakim kembali.

Rey tertunduk dan memejamkan matanya. Lalu, dia kembali menghadap hakim perlahan dan meneteskan air matanya, "Benar, saya mengakuinya," jawab Rey singkat.

"Apa yang saudara lakukan sebelumnya?" Tanya Hakim kembali.

"Saya ruda paksa, saudari Nessie. Saya melakukan kekerasan fisik dengan menampar, mencekik, dan menjatuhkannya ke lantai ketika saya merasa tidak terima dengan keadaan. Saya mengakui bahwa saya tidak bisa mengontrol emosi. Lalu, saya mengancam saudari Nessie, dengan menyebarkan foto tersebut jika permintaan saya tidak terpenuhi. Lalu –" saat Rey sedang menjelaskan semua apa yang dia lakukan kepadaku, aku tidak bisa menahan tekanan mendengar pengakuannya. Pandanganku semakin gelap dan aku terjatuh setelah itu. Aku mendengar suara David menghampiri dan membopongku untuk keluar ruangan ini. Dia memanggilku berkali-kali, namun aku tidak dapat merespon sama sekali. Rasanya lemah tidak berdaya, jantung seperti lemah seketika, aku seperti tidak bisa berbuat apa pun akan tekanan yang aku dapat. Pendengaranku mulai berkurang demi sedikit dan tidak sadarkan diri sepenuhnya setelah itu.

****

Aku tidak tahu sudah berapa lama tidak sadarkan diri. David berada di sampingku dan menggenggam erat jemariku. "Maafin aku, Nessie, maafin aku," kata yang dia keluarkan sambil memejamkan matanya.

"Dev," panggilku lemas.

"Iya, Ness, aku di sini," dia meneteskan air mata saat menatapku.

"Persidangan masih berlanjut?" Tanyaku.

Dia mengangguk dan memberikan senyum ragu.

"Bisa panggilkan Pak Januar, ke sini?" Tanyaku.

"Bisa, dia di depan kok, sebentar ya," ujad David.

Pak Januar adalah pengacara yang ditunjuk oleh Tiffany untuk menangani masalahku. Dia memasuki ruangan dan aku meminta David memberiku waktu untuk kami hanya berdua di dalam sini.

Setelah beberapa menit aku berdiskusi dengan Pak Januar. Pak Januar memberikan waktu untuk aku bicara dengan David setelah itu. David masuk ke dalam ruangan dan aku langsung membuka pembicaraan dengannya.

"Antar aku ke sana lagi," jelasku.

"Kamu yakin masih kuat? Jangan dipaksa, Ness," dia mengelus keningku dengan wajah cemas.

"Aku harus selesaikan semuanya," jelasku.

"Ya sudah, aku bantu ya, pelan-pelan saja ya," David merangkulku dan membantuku berjalan hingga ke ruang persidangan.

***********************************************************************************************

Kira-kira gimana ya, kelanjutan persidangan Nessie? Semakin nggak sabar untuk kelanjutan ceritanya nggak, sih? :p

Follow aku dulu yuk, agar dapat notifikasi cerita barunya. Jangan lupa vote dan berikan komentar setelah membaca ya, biar makin semangat lanjut ceritanya, Bestie! :)))

Tunggu kelanjutan cerita Nessie ya, Bestie! See you and thank you so much! :*


Warm Regards,

WINGS OF ALEXANDRA

NESSIE (18+) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang