Pagi-pagi sekali aku sudah membuka mataku untuk bersiap-siap. Niall sebentar lagi akan datang menjemputku dan dia berkali-kali menelepon dan memastikan bahwa aku harus sudah selesai bersiap sebelum ia datang.
Hari ini kami bukan akan pergi berkencan atau sejenisnya, tapi ini adalah jadwal terapi terakhirku. Aku sangat senang dengan semua perkembangan yang aku alami begitupun dengan Niall. Itu juga yang membuat dia bersemangat untuk mengantarku terapi untuk yang terakhir kalinya, meskipun sebenarnya dia sedang sangat sibuk mempersiapkan single barunya yang akan segera release.
Selesai berkutat dengan celana panjang serta tanktop dan blazerku, aku emastikan riasanku seklai lagi di depan cermin agar tidak berlebihan.
"Aman" ucapku sambil tersenyum tipis, ternyata kemampuan make-up ku tidak payah juga.
Segera aku mengambil sepatu putih yang akan aku pakai hari ini dan berjalan keluar kamar untuk mengambil sarapan.
"Morning, Opa, Oma, Mom and Dad. Dimana yang lain?" Aku menyapa semua keluarga yang aku lihat sedang berada di meja makan.
"Morning, hun. Rezza dan Anna masih di kamarnya. Mungkin sebentar lagi mereka akan keluar."
Aku hanya ber ohh ria mendengar jawaban dari Mommy. Baru saja aku meletakkan tasku di sofa, aku bisa melihat Kak Eza keluar dari kamarnya dengan pakaian kantornya kemudian di susul Anna dengan pakaian santainya.
"Morning, love" sapa kak Eza sambil mengacak pelan rambutku.
"Morning, bro" balasku. "Morning, Ann" Sapaku ramah pada Anna namun hanya dibalas senyuman tipis olehnya.
Sejak perbincangan kami hari itu, Anna seakan menghindariku. Kami tak pernah banyak berinteraksi walaupun orang bilang saudara kembar memiliki ikatan batin yang sangat kuat sehingga mereka pasti akan menjadi sangat akrab. Tapi sepertinya itu tak berlaku bagiku. Buktinya, kami bagaikan orang asing yang saling menjaga jarak. Atau lebih tepatnya, Anna yang menjaga jarak dariku.
"Hari ini terapi terakhirmu, kan? Ley?" Tanya Oma
"Yes, Grandma. I'm so happy for it" Jawabku sambil mengoleskan selai coklat pada rotiku.
"You recovery soon, dear. I'm happy for you too." Ujar Daddy kali ini.
"Jam berapa kau akan ke rumah sakit? Mau sekalian aku antar?" Kali ini Kak Eza yang bertanya padaku.
"Jam 8 pagi ini, and Nah, Niall will drive me. Kak Eza langsung ke kantor aja" Sepintas aku melirik Anna yang sekarang sedang mematung dengan memegang pisau yang berada diatas rotinya. Tidak pernah aku merasa setidak nyaman ini di keluargaku sendiri. Anna yang sepertinya menahan sesuatu. Aku langsung memilih diam dan memakan rotiku.
"Ann, kau ada acara kemana hari ini? Tanya Mommy
"Sepertinya aku akan ke kempus sebentar, Mom. Aku ada kuliah pagi ini"
Tak berapa lama kemudian, terdengar suara mobil di depan rumah kami. Aku bergegas menuju ke arah pintu utama. Kalau firasatku benar, itu adalah Niall. Tepat saat aku membuka pintu, tangan Niall yang sepertinya akan mengetuk pintu malah melayang mengetuk dahiku dengan kerasnya.
"Aawww! Apa yang kau lakukan, Niall! Ini sakit!" Aku meringis, rasanya seperti sebuah bola basket melayang bebas membentur kepalaku.
"Oh my! Baby, I'm so sorry. Aku tak tahu kalau kau akan membuka pintu. Aku benar-benar minta maaf. Apa itu sakit?"
"Jangan tanya lagi, Ni. Lihatlah sendiri" AKu menunjuk pada dahiku yang di 'ketuk'nya tanpa sengaja itu. Aku merasa bagian itu berdenyut panas dan nyeri.
![](https://img.wattpad.com/cover/54731242-288-k266905.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
2. FRIEND or MORE ?!
Storie d'amoreAku dapat berbohong di depan semua orang kalau aku baik-baik saja, tapi sebenarnya hatiku tidak baik-baik saja. Pria yang aku cintai telah pergi. Ini semua yang merubah hidupku. Adakah pasangan hidupku diluar sana? Atau tuhan memang menciptakanku u...