"Mom, ley pergi ya. Bye dad" seseorang yang tadinya berpamitan kepada kedua orang tuanya kini berjalan perlahan sambil menggiring koper di tangan kanannya dan memegang tiket pesawat beserta passport di tangan kirinya menuju ke berangkatan internasional.
Jika kalian menebak seseorang itu adalah Julia Winata, maka tebakan kalian adalah tidak salah lagi. Setelah beberapa minggu kembali dari masa hilangnya bertepatan dengan beberapa minggu menikahnya Niall dan Anna, Julia memutuskan untuk kembali ke Bali. Dia mengaku sudah tidak kuat melihat Niall, lelaki yang dia bersikeras sudah tidak dicintainya lagi tetapi masih bisa menggetarkan hatinya hanya melalui tatapan mata dan menyakitinya hanya dengan berada bersama saudara kembarnya.
Setelah kenyataan yang datang bertubi-tubi menghampiri Julia, peristiwa tersebut telah merubah sedikit banyaknya kepribadian Julia yang dulunya adalah gadis manis yang selalu ceria dan sangat mudah mengumbar senyuman di wajahnya, menjadi seseorang yang lebih banyak menampilkan senyum palsu, serin ke club malam dan kadang tidak pulang ke mansion keluarganya.
Sebenarnya sangat mudah mengetahui alasan mengapa Julia tidak pulang ke mansion keluarganya jika kalian memahami betul isi hati gadis itu. Alasan utamanya adalah karena Niall dan Anna masih sering berada di sana. Anna, anak bungsu keluarga Winata berkeinginan masih sering menginap di rumah kedua orang tuanya meskipun Niall sesungguhnya sudah memiliki rumah sendiri, dia beralasan masih ingin dekat-dekat dengan keluarganya mengingat dia baru mengetahui jati dirinya belum lama setelah dia menikah.
"Fiuuhh!" Helaan napas Julia menjadi perwakilan betapa lelahnya dia dengan hanya memikirkan kembali kejadian-kejadian unik yang datang ke kehidupannya.
Setelah itu, Julia memutuskan untuk tidur sambil menikmati sisa perjalanannya yang masih 10 jam itu. Sungguh lama bukan? Bahlan mungkin dia bisa tertidur dan terbangun dua atau tiga kali sebelum pesawatny mendarat.*******
Suara gong hinggap ke pendengaran Julia saat dirinya berjalan menyusuri bandara internasional I Gusti Ngurah Rai yang menandakan dirinya sudah tiba di tempat tujuan.
Kedua kaki jenjangnya berjalan dengan santai menuju kearah pintu keluar bandara dimana supir sang opa sudah menunggunya. Sedikit celingak celinguk karena kebingungan dengan keberadaan sang supir, Julia memutuskan untuk menelepon opa nya saja dan menanyakan keberadaan supir mereka.
Tak lama setelah itu, seorang pria paruh baya menggunakan setelan jas berlari kecil menuju kearah tempat Jilia berdiri, "sudah lama menunggu nona? Mari saya bawakan kopernya, mobilnya ada disebelah sana" ucap orang tersebut yang Julia kenal dengan nama Pak Komang.
"Terimakasih" ucap Julia. Pak Komang mengernyit kebingungan sambil membawa koper nonanya dan mengikutinya dari belakang. Apa yang terjadi? Kok nonq Julia berbeda? Biasanya dia akan sangat cerewet dan jarang sekali ingin dibawakan barang-barangnya. Ah mungkin sedang jetlag.
"Pak komang, kita mampir ke kuta sebentar ya pak, kira-kira masih keburu kan sunset nya?"
"Bapak usahakan ya, non"
"Terimakasih"
"Gimana hari-harinya di sana non? Non baik-baik saja?"
"Saya baik pak komang, bapak sendiri gimana?"
"Astungkara, saya baik non"
Julia hanya tersenyum membalas jawaban pak komang. Pak komang ini seperti namanya adalah orang bali lokal yang sudah bekerja sangat lama dengan opa nya. Jadi bukan hal tabu lagi untuk pak komang menanyakan keadaan Julia. Bahkan pak komang sudah bekerja sejak Julia baru berumur 5 tahun.
"Sudah sampai non"
"Baik pak, tunggu ya, nanti kalau sudah akan balik, saya hubungi bapak"
"Siap non"
Berjalan beberapa meter dari tempat parkir, kini kaki Julia sudah disapa oleh hamparan pasir putih dan deburan ombak pantai. Rasanya sudah sangat lama dirinya tidak mengunjungi pantai.
Memikih untuk berjalan menyusuri pinggiran pantai sambil membiarkan ombak memercikkan air pada kakinya. Cukup jauh berjalan hingga ke tempat yang sedikit jauh dari keramaian, Julia memilih untuk duduk dan menyaksikan lingkaran berwarna oranye di langit itu turun perlahan meninggalkan dirinya dalam kegelapan malam.
Ddrrrtttttt..... dddddrrrrtttt....
Saku Julia bergetar menandakan seseorang mungkin sedang menghubunginya, saat dia ingin menjawab panggilan itu anehnya dia baru teringat kalau ponselnya mati sejak sejam yang lalu. Lalu bagaimana bisa?
Lambat-lambat, gadis itu mendengar bisikan di telinganya dengan sangat jelas.
"Julia, kembalilah. Tolong"
******************
Seorang lelaki terlihat menggunakan pakaian serba hitam dan kacamata hitam sambil menggenggam bunga mawar memasuki sebuah ruang VVIP. Dia bernapas lega saat penyamarannya tidak diketahui oleh paparazi.
"Selamat siang semuanya" sapa lelaki itu kepada beberapa orang yang sedang duduk mengobrol sambil menunggu dua orang yang terbaring lemah tak sadarkan diri. Mereka tersenyum dan melambai ada juga yang memeluk pria itu.
"Hallo, hazz"
Kemudian pria itu berjalan mendekati kedua orang yang sedang terbaring tak berdaya di tempat tidur dengan selang infus dan berbagai selang lainnya, hanya suara beep yang terdengar menandakan mereka masih berada diambang batas antara hidup dan mati.
Jika kalian bertanya apakah pria itu Harry Styles atau bukan? Jawabannya adalah iya.
Dan siapa yang dijenguk Harry? Mungkin kalian sudah tau, atau bahkan tidak tau sama sekali."Selamat siang princess" ucap Harry setelah meletakkan bunga mawar di vas bunga yang ada di antara tempat tidur kedua orang itu. Kemudian Harry mencium puncak kepala seseorang yang dipanggilnya princess itu.
"Selamat siang another princess" sapa Harry pula pada seseorang lainnya.
Setelah itu yang dilakukan olehnya adalah menunggu, menunggu dan menunggu. Seperti kebiasaannya beberapa bulan kebelakang.

KAMU SEDANG MEMBACA
2. FRIEND or MORE ?!
RomanceAku dapat berbohong di depan semua orang kalau aku baik-baik saja, tapi sebenarnya hatiku tidak baik-baik saja. Pria yang aku cintai telah pergi. Ini semua yang merubah hidupku. Adakah pasangan hidupku diluar sana? Atau tuhan memang menciptakanku u...