Haiii, balik lagi di part selanjutnyaa Friend or More?! ...
Jadi alasan kenapa aku update luama banget? Karenaaa aku baru aja habis Ujian Akhir Semester🙌
Nah jadi sekarang kan aku lagi liburan nih, janji deh bakal sering-sering update partnya. Asaalll, votenya banyaak😉😂So, jangan pelit-pelit ngevote yaaa...
Happy reading guys...******
“entah sudah berapa lama aku berada di dalam mobil ini yang hingga saat aku sadarpun masih berjalan. kepalaku terasa sangat pusing” batin Julia
“kalian akan membawaku kemana?” tanyaku dengan lantang walaupun sebenarnya kepalaku masih sangat pusing. Anenya mereka tidak menjawab sama sekali, mereka diam seakan-akan aku ini tidak ada dan tidak ada suara apapun yang keluar dari mulutku.
“hey kalian jawab aku! Kalian ini tidak tahu ya? Aku ini adalah..” belum selesai aku berbicara, seseorang yang sepertinya memiliki jabatan lebih tinggi dari yang lain langsung memotong perkataanku.
“kau diam saja! pria tua bangka tadi sudah menjualmu untuk melunasi hutang-hutangnya kepada bos kami!”
“apa?!” aku sungguh tidak percaya bahwa orang-orang yang sudah ku anggap sebagai keluarga dengan teganya menjualku demi melunasi hutang-hutang mereka. Aku masih berkutat dengan pikiranku saat aku menyadari bahwa mobil ini mulai memasuki area pekarangan yang lebih mirip seperti mini castle.
Aku terpukau dengan kerapihan pohon-pohon disepanjang jalan. Dari kejauhan aku sudah bisa melihat sebuah bangunan megah yang seakan menyambutku untuk datang mendekat.
“kita sudah sampai, tuan muda akan segera menemuimu. Jangan pernah melawan atau berani macam-macam karena kami tidak akan segan-segan untuk menghabisimu!” ancaman yang sangat panjang untukku yang masih terkagum-kagum dengan rumah ini. mirip seperti rumah keluarga ku, hanya saja halamannya tidak seluas ini.
****
Julia berjalan sambil memutar tubuhnya melihat sekeliling. Tanpa ia sadari sedari tadi seorang pria berpakaian casual sedang memandanginya sambil menyenderkan tubuhnya pada dinding. “ya, aku yakin dia orangnya” batin pria itu. Setelah lama hanya memandangi, ia kemudian maju perlahan mendekati Julia.
“sudah puas menikmati pemandangannya, nona Julia?”
Julia terlonjak. “lelaki ini, siapa dia. Dari yang terlihat sepertinya dia adalah boss dari para pengawal yang membawaku tadi. Kalau aku kira-kira tingginya sama dengan Hazz” batin Julia
“Ah, maafkan ketidaksopanan saya. Tapi anda siapa?” tanya Julia tanpa mengurasi kesopanannya.
“saya Marvel”
“Saya Julia, emm bisakah saya meminta tolong?”
“ya, saya tentu sudah tau kamu Julia. Apa yang bisa saya bantu?”
“anda tahu saya dari mana?”
“kamu tidak perlu tahu itu, jadi apa yang kamu perlukan?”
“bisakah kamu membawa saya pulang kerumah? Saya sudah lama tidak bertemu keluarga saya. Saya mohon” pinta Julia dengan wajah memelasnya.
Senyum yang sedari tadi mengembang di pipi marvel seketika berubah menjadi garis datar.
“ahh, bagaimana kalau kita makan dulu? Kau pasti lelah setelah menempuh perjalanan jauh untuk sampai kesini”
“memangnya dimana kita?” tanya Julia yang saat ini tubuhnya didorong dari belakang oleh Marvel.
“Italia?”
“apaa?!”
****
Sebuah kamar yang luas lengkap di dominasi dengan warna peach dan jendela yang menghadap kearah taman. Disana, tepatnya di balkon kamar, Julia sedang melamunkan bagaimana cara agar ia dapat segera pulang kerumahnya. Rencana yang sudah ia susun dengan baik seketika hancur saat Melanie dan keluarganya mengkhianatinya.
“huh, bagaimana caranya aku untuk bisa keluar dari negara ini. aku tidak membawa passport sama sekali dan jika aku nekat aku bisa saja ditangkap bukan?” Julia berbicara dengan dirinya sendiri ditengah keheningan malam yang tidak sepenuhnya hening.
Para penjaga terlihat sedang berjaga di setiap penjuru rumah. Tapi ada satu hal yang menarik perhatian Julia. Sebuah labirin besar berasa tak jauh dari rumah ini, banyak lampu berkelap-kelip yang ditempatkan disana seakan memancing Julia untuk pergi kesana.
Segera Julia bergegas keluar kamar dan menuruni tangga untuk menuju ke pintu utama.
“mau kemana nona?” tanya seorang pelayan yang melihat Julia hendak keluar rumah.
“ah, kau mengagetkanku saja. Aku hanya ingin pergi ke labirin.”
“untuk apa anda pergi ke labirin malam-malam begini nona? Jika tuan tau, beliau bisa marah” kata pelayang itu.
“Marvel terlihat baik, dia tidak akan marah jika aku pergi ke labirin” bela Julia pada pelayan itu.
“bagaimana jika aku benar-benar marah, Julia?” sebuah suara berat berasal dari lantai atas tiba-tiba menginterupsi percakapan antara Julia dan seorang pelayan tadi. Seperti mengerti dengan situasi yang ada, pelayan tadi pun segera meninggalkan Julia dengan tuannya berdua.
“kau dari mana Marvel?” tanya Julia.
“aku? Aku dari kamar. Tadinya aku ingin keluar jalan-jalan api tiba-tiba aku mellihatmu dan pelayan tadi sedang berbincang. Jadi, kenapa kau ingin pergi ke labirin?” Marvel berdiri di depan Julia sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
“aku hanya penasaran, sejak dulu aku sangat suka bermain labirin dengan kakak-kakakku. Tapi pelayan tadi tidak mengjinkanku keluar. Apa benar kau akan marah?” tanya Julia dengan beraninya.
“tidak jika kau mengajakku pergi bersamamu. Selama kau disini, aku bertanggung jawab penuh terhadapmu Julia.”
Kemudian mereka berjalan bersama menuju kearah labirin. Terlihat para penjaga masih berkeliaran disekitar rumah Marvel ketika mereka berdua berjalan beriringan.
“kapan kau akan menyelesaikan pekerjaanmu disini? Aku sudah tidak sabar untuk pulang kerumah marvel” kata Julia.
“bukankah sudah aku jelaskan padamu Julia? Paling cepat aku akan menyelesaikan pekerjaanku dalam enam bulan kedepan.”
“kenapa kau tidak menyuruh anak buahmu untuk mengantarkanku pulang?”
“karena aku disini butuh teman? Entahlah. Tapi bolehkah aku memintamu menemaniku dulu disini Julia? Bukankah aku sudah menyelamatkan nyawamu? Setidaknya kau aman berada disini”
Julia merasa berat hati mendengarkan permintaan Marvel, tapi apa yang dikatakan Marvel seakan benar adanya. Bukankah dia seharusnya membalas budi? Walaupun secara kasar dia sudah dibeli oleh Marvel, tapi dia berada di tempat yang aman dan nyaman. Setidaknya dia tidak dijual kepada orang-orang jahat. Julia dapat merasakan betul, feelingnya tidak mungkin salah bahwa Marvel bukanlah orang yang jahat.
“baiklah, tapi setelah pekerjaanmu selesai aku mohon antarkan aku pulang”
“baiklah” setelah itu tidak ada yang berbicara. Mereka mulai memasuki labirin dan sebuah ide tercetus dari Julia.
“Marvel? Bagaimana kalau kita bermain labirin? Kita berpencar dan siapa yang dapat keluar terlebih dahulu dia yang jadi pemenangnya. Siapapun yang menang akan mendapat hadiah dari yang kalah. Bagaimana?” tanya Julia dengan senyumnya yang mengembang.
Sejenak Marvel tertegun dengan senyum Julia. Cantik. Tapi sedetik kemudian Marvel kembali teringat dengan tujuannya. “aku harus fokus pada tujuanku. Jangan terpengaruh dengan gadis ini” batin Marvel.
“kau yakin?” tanya Marvel sedikit meremehkan.
“heh! Kau meremehkan ku?” tanya Julia sambil berkacak pinggang.
“tidak tidak. Hanya saja jangan menangis kalau kau kalah ya, hahahahah”
Kali ini Julia yang tertegun dengan tawa Marvel. Bukan karena dia menyukai tawa itu, tapi tawa itu seperti sangat familiar. Tawa itu seperti tawa Hazz.
“Baiklah, ayo kita mulai” kata Marvel membuyarkan lamunan Julia. “goodluck you” kata Marvel sambil mengacak pelan rambut Julia dan meninggalkannya sendiri di pintu masuk labirin.
“hey! Kau mencuri start duluan Marvel!!”
Kemudian Julia berlari memasuki labirin dengan menuju arah yang berbeda dari Marvel. Saat ini Julia seakan-akan melupakan semua kesedihan dan kerinduan yang dia rasakan.
*****

KAMU SEDANG MEMBACA
2. FRIEND or MORE ?!
RomansaAku dapat berbohong di depan semua orang kalau aku baik-baik saja, tapi sebenarnya hatiku tidak baik-baik saja. Pria yang aku cintai telah pergi. Ini semua yang merubah hidupku. Adakah pasangan hidupku diluar sana? Atau tuhan memang menciptakanku u...