Fifty Eight

890 30 11
                                        


"Fiuuhhh"

Keringat mengucur deras didahi seorang pria yang dikenal publik sebagai Niall Horan. Hari ini, dia baru saja selesai mengikuti sebuah pertandingan bola dengan clubnya. Bermain bola adalah salah satu kegiatan yang dilakukan Niall diwaktu senggang sejak hiatusnya One Direction dan sejak kejadian itu.

Sepak bola, golf, dan menulis lagu adalah sebagian kecil kegiatan yang dilakukannya unyuk menghilangkan rasa bersalah yang terus menerus dirasakan. Meskipun demikian, dia juga akan rajin untuk datang ke tumah sakit. Tempat cintanya tertidur lelap.

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, Niall bergegas dari ruang ganti setelah mrmbersihkan diri dan mengganti pakaian. Dengan membawa medali yang diperolehnya setelah memenangkan pertandingan, mobil Range Rover hitam miliknya perlahan melaju membelah jalanan untuk menemui wanitanya.

******

"Holahup"

Kalimat sapaan itulah yang pertama kali keluar dari mulut seorang pria berambut blonde saat ti a di ruangan VVIP bernuansa putih. Bau obat-obatan sudah menusuk-nusuk indera penciumannya sejak memasuki tempat itu.

"Oh hi, Ni. Kau datang" sapa seseorang yang sedang menunggu disana.

"Ya, Za. Aku ingin bercerita banyak dengan gadisku." Jaeabnya sambil menggantu bunga mawar yang sudah layu di meja pasien dengan bunga mawar baru yang dibawanya. "Ini aku bawakan kau makanan, lumayan untuk lapar di jam genting, hehehe" Niall beranjak mendekati Rezza dan meletakkan box sterofoam berisi makanan dan berlalu lagi menuju kursi ri samping ranjang"

"Kau sudah makan?"

"Aku sudah makan tadi, kau makanlah dulu, Za. Aku akan menjaga mereka"

"Oke, kalau begitu aku ke kantin dulu. Jaga adik-adikku ya"

Semenit kemudian Rezza berlalu meninggalkan Niall seorang diri dengan dua putri tidur diantaranya.

"Hai Ana"

"Hai, Lea"

"Apa kabar kalian"

Niall menaruh terlalu banyak jeda diantara kata-katanya. Nafasnya masih selalu berat setiap melihat wajah lemah kekasihnya. Niall selalu terbayang-bayang akan kesalahan yang diperbuatnya tepat 11 bulan yang lalu. Kesalahan yang berakibat fatal untuk seseorang yang dicintainya. Teman hidupnya dulu, kini, dan mungkin nanti.

"Aku baru saja datang dari sebuah pertandingan. Pertandingan bola lebih tepatnya, dan kalian tahu? Teamku menang dan lihatlah, aku memakai medali emas ini. Aku hebat bukan?"

Sebelum melanjutnya kata-katanya, Niall menatap kosong kearah ranjang yang bertuliskan Julia Athena Winata. Sudah terlalu lama gadis itu terbujur kaku disana.

"Julia, my dear. Kau selalu berkata kalau kau ingin melihatku memenangkan sebuah pertandingan bola di depan matamu kan? Hari ini aku memenangkannya ley. Tapi kau tidak ada disana untuk melihatku"

Satu tetes air mata Niall keluar, begitupun dengan Julia yang meneteskan satu air mata di mata kanannya. Niall yang menyadari itu langsung saja mengambil tisu dan mengelapnya. "Kenapa kau hanya meresponku dengan tangisan, ley? Sebegitu mengecewakankah aku untuk mu ley? Cepatlah sadar. Kau berhasil menghukumku atas kesalahanku ley. Kau tidak lagi menghukumku dengan kecerewetanmu, tapi diammu ini sangat menyakitkan"

Niall menundukkan kepalanya menatap tangan Julia yang ia genggam. Sudah sangat sering jika Niall bercerita maka Julia akan merespon dengan air mata. Kata dokter ini adalah perkembangan yang baik sebab Julia sudah bisa merespon orang-orang. Tapi sampai satu bulan lamanya, Julia tidak juga membuka matanya atau bahkan menunjukkam pergerakan kecil.

Tak lama, Rezza kembali ke ruang rawat inap adiknya. Diujung pintu, bisa ia lihat dengan jelas Niall yang sedang menyandarkan kepalanya pada tangan Julia yang digenggam.

"Menyesali hal itu lagi huh?"

Saat pertanyaan itu terlontar dari Rezza, Niall menghela napas beratnya, kemudian beranjak dari ranjang sebelah Julia menuju ke sofa.

"Kalau aku tidak bodoh untuk memenuhi permintaan Selena saat itu. Huh, aku benar-benar menyesal. Permainan truth or dare yang ia mainkan benar-benar menyiksa ku, dan Julia tentunya."

"Aku benar-benar hampir membencimu waktu itu, tapi setelah mendengar penjelasanmu dan ku pikir-pikir, kau tidak sepenuhnya bersalah. Lihatlah sekarang, kedua adikku kembali"

"Ya, raganya"

********

Dua bulan berlalu, tak ada yang berubah. The boys menjalankan kegiatannya masing-masing meski sesekali masih menjenguk Julia dan adiknya, serta keluarga Winata yang masih silih berganti berjaga di rumah sakit untuk menunggu sadarnya anggota keluarga mereka.

Hari ini, Harry Styles sedang berada di sebuah ballroom hotel tempat perayaan pesta ulang tahunnya. Teman-teman dekatnya sengaja membooking tempat itu untuk merayakan ulang tahun Harry.

Tak hanya dari kalangan artis, pengusaha, bahkan orang biasa pun hadir ke pesta itu. Hibgar bingar suara DJ memenuhi setiap sudut ruangan. Harry yang menjadi pusat perhatian mengitari setiap sudut ruangan untuk menyapa teman-temannya yang hadir.

"Ladies and gentlemen. Selamat datang di acara pesta ulang tahun Harry Edward Styles yang ke 24 Tahun" suara seseorang mulai menarik perhatian seluruh orang yang hadir saat itu.

"Ok sebagai sambutan, kita undang saja langsung Harry untuk memberikan beberapa patah kata di hari specialnya. Kita panggil sama-sama, Harry Styles. Harry! Harry! Harry!"

Harry yang merasa terpanggil mulai mendekat ke arah sumber suara. Dengan senyuman khasnya yang menampilkan lesung pipi di sisi kiri dan kanan pipinya dia  hampir mengambil alih mic yang diberikan padanya. Namun, disaat yang bersamaan, getaran di saku celananya yang berasal dari handphone miliknya mengurungkan niat itu.

Awalnya Harry ingin mereject panggilan itu, tapi saat melihat nama Rezza yang muncul, dia kemudian memutuskan untuk mengangkat telepon itu.

"Hall.."

"Dia sadar"

Dua patah kata yang seakan bisa membekukan tubuh seorang Harry Styles. Beberapa detik kemudian tanpa berkata apapun, Harry langsung pergi meninggalkan pestanya dengan dihadiahi tatapan heran dan teriakan beberapa orang yang memanggil namanya.

"Tunggu aku datang" ucap Harry dalam hati saat sudah berhasil masuk ke dalam mobil miliknya. Tanpa menoleh kebelakang, Harry memilih untuk langsung tancap gas menuju rumah sakit.

2. FRIEND or MORE ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang