Thirty Seven

564 23 0
                                        


"Hahaha..."   ...      "I Love You lea"

"Your hands fits in mine" ..... "I'll hug you forever"

"I'll never hurt you.."

"I promise"

Semua bayangan itu terputar secara acak di ingatanku. Tawa Niall, janji Niall, dan ucapan-ucapan manisnya yang menenangkanku.

Semua itu seolah berbanding terbalik dengan apa yang aku saksikan sekarang.

Niall.. dan Selena..

Berciuman?

Kakiku terasa berat untuk melangkah, sekilas aku terhuyung kebelakang tapi badanku tidak jatuh kelantai.
Aku menoleh kebelakang, Harry menangkap badanku yang hampir jatuh. Aku melihat mata hijaunya berubah menunjukan amarah, sementara aku mendengar suara ribut yang datang dari arah berlawanan denganku.

Disana ada louis yang memukul Niall.
Sebenarnya aku tidak tega melihat itu tapi hatiku sudah terlanjur sakit.
Aku memaksakan diriku untuk berlari, pergi menjauh dari tempat ini.

"Lea?! Juliaa?!"

Harry berusaha mengejarku tapi dia terhenti oleh kerumunan penggemarnya. Aku bersyukur karena ada Directioners yang menyelamatkanku. Saat ini yang aku inginkan hanya sendiri. Aku tidak menyangka, seseorang yang aku percayai tega mengkhianatiku.

*****

Aku tidak tahu aku ada dimana. Aku tidak tahu ini jam berapa. Aku tersesat, aku melupakan tas dan barang-barangku. Tapi aku tidak perduli. Mobil yang aku kendarai melaju lebih kencang di tengah hutan ini..

Bayangan seorang perempuan yang berjalan di tengah jalan hutan yang sepi mengagetkanku. Itu hantukah?
Aku membunyikan klakson dengan lantang, wanita itu hanya diam. Tapi sudah terlalu terlambat untuk mengerem, aku memutar setir kemudi untuk menghindarinya. Namun, aku tetap menabraknya. Kini mobilku tak bisa aku kendalikan. Mobil ini melaju dengan kencang menerobos diantara pohon-pohon yang menjulang tinggi ditengah hutan.

Beberapa kali menabrak semak-semak kecil dan masih tetap melaju. Aku menginjak rem dengan kencang tapi ini tidak bekerja.

"Oh My God!!! Kalau aku harus mati sekarang disini. Aku hanya ingin meminta maaf kepada daddy dan mommy, maafkan lea karena sudah menyusahkan hidup kalian. Kak ezza maafkan lea karena terlalu jahil, dan kak Hera, lea masih pingin melihat bayi kakakk. Maafkan akuuu. Niaaalllllllll?!!!!!!"

Tiba-tiba mobilku menabrak sebuah pohon besar, kepalaku terasa nyeri sebab membentur setir kemudi.
Seluruh tubuhku seperti mati rasa dan tak bisa bergerak. Sekilas terlihat mobil ini mengeluarkan asap.

Aku harus keluar. Dengan susah payah aku mencoba menggerakkan tanganku untuk membuka pintu.
Beberapa kali mencoba rasanya sangat susah, tulang-tulangku seperti patah secara keseluruhan.

Kesekian kalinya aku mencoba akhirnya pintu ini terbuka. Aku berusaha keluar. Aku kira aku bisa segera mencari jalan keluar dari tengah hutan ini, tapi ternyata aku salah.
Aetelah aku menginjakkan kakiku keliar mobil, badanku terhuyung dan aku jatuh ke jurang yang ternyata ada disebelah pohon besar yang aku tabrak.

Aku merasa terguling-guling dan sesuatu menusuk kulitku, tak lama kemudian aku mulai tak sadarkan diri.

*******

3 days later..

"Bagaimana kabar Julia, Za?"

Nadine dan Marchel dengan tergesa-gesa menghampiri Reza yang baru saja tiba dari mencari Julia.
Reza sengan wajah lesunya hanya menggelengkan kepala tanda tidak mendapatkan informasi apa-apa.

Nadine terhuyung dan hendak jatuh, tapi Marchel dengan sigap menangkap tubuh istrinya yang lemah.
"Cukup hanya satu kali aku kehilangan anakku, jangan lagi" lirih Nadine.

"Sssttt, kita tidak akan kehilangan Julia"

"Apa maksud mommy dan daddy? Anak yang mana yang hilang?" Reza yang terkejut mendengar ucapan Nadine langsung bertanya. Seketika keningnya berkerut saat mendengar penjelasan Nadine.

"Kalian sebenarnya masih punya satu adik lagi. Julia dulu terlahir kembar, namanya Anastasia. Tapi saat mereka masih bayi, saingan bisnis daddy menculiknya dan sampai saat ini kami tidak bisa menemukan jejak Anastasia. Kami bahkan tidak tahu apakah dia masih hidup atau sudah..." air mata Nadine mengalir deras, nafasnya tercekat tak mampu melanjutkan kata-katanya lagi. Marchel semakin memeluknya erat untuk memberikan kekuatan kepada istrinya itu.

"Tapi kenapa mommy dan daddy tidak pernah memberitahu kami kalau Julia terlahir kembar?" Tanya Reza lagi.

"Karna kami merasa akan lebih baik kalau kalian tidak tahu." Jawab Marchel.

Reza merasa kakinya melemas dan terduduk di sofa ruang tamu sambil mengusap wajahnya kasar. Dia telah kehilangan adik kesayangannya dan adik yang tidak pernah diketahuinya.

Luasnya ruang keluarga menjadikan suasana hening terasa mencekam. Tiga orang yang berada disana sedang beradu dengan pikirannya masing-masing. Hanya terdengar suara isakan Nadine yang meratapi nasibnya yang harus kehilangan dua orang anak sekaligus.

Drrrttt... Drrrttt... Drrrrttt..

Suara dering handphone membuyarkan lamunan Reza. Tanpa melihat siapa yang menelepon dia langsung menekan layar berwarna hijau dan mendekatkan benda kotak berwarna hitam itu ke telinga nya.

"Hallo?"

"Hallo, selamat malam. Dengan tuan?"

"Reza, ini siapa?"

"Baik tuan Reza. Kami dari ....."

2. FRIEND or MORE ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang