Fifty Nine

802 32 5
                                    


Antara rasa senang, kaget, dan tidak sabaran Harry hampir membuatnya berada dalam masalah. Beberapa kali hampir saja ia menerobos lampu lalu lintas. Beruntung saat itu jalanan sedang lenggang jadi dia tidak membuat kesalahan seperti menabrak pengendara lain misalnya.

Tiga puluh menit pas adalah waktu yang ditempuh Harry untuk sampai ke Rumah Sakit. Padahal seharusnya, waktu yang ditempuh itu sekitar 50 menit. Jiwa pembalapnya keluar seketika untuk gadis kecil kesayangannya.

Tak hanya mengebut, Harry juga langsung berlari menuju lift yang akan membawanya ke lantai 9 tempat dimana gadis kecilnya menunggu.

"Harry?"

"Aaaa Harry, wait"

"Oh my God that's Harry!!!"

Panggilan dari beberapa fans di hiraukannya saja, tak seperti Harry biasanya yang akan bersikap ramah kepada fans.

Setelah akan sampai di depan ruangan yang ditujunya, Harry mulai memelankan laju larinya dan mengatur nafas sebelum memutuskan untuk masuk. Rasa takut dan cemas seketika menyelimuti perasaannya. Setelah lama berpacu dalam pikirannya sendiri, akhirnya dengan keberanian yang sudah terkumpul, Harry perlahan mulai memegang handle pintu.

"Hazz"

Merasa dipanggil, Harry akhirnya menoleh ke sumber suara.
"Kau baru tiba?"

"Ya, kau juga?"

"Hmm, seperti yang kau lihat, Niall"

"Ayo cepat kita masuk, aku ingin segera menemui Julia"

Harry hanya membalas ucapan Niall dengan anggukan. Ya, seperti yang kalian ketahui, Niall juga baru saja tiba di rumah sakit beberapa saat setelah Harry.

Ceklekk

Harry yang pertama masuk ke dalam ruangan dan disusul oleh Niall. Semua pasang mata secara otomatis langsung tertuju kearah mereka. Wajah mereka langsung menuju kearah tempat tidur.

"Mereka masih... tidur?" Tanya Niall

"Bukankah Rezza bilang mereka sudah sadar?" Kali ini Harry yang bersuara

Nghh

Suara helaan nafas berhasil menghentikan Rezza yang hendak menjawab pertanyaan Niall dan Harry. Mereka semua yang ada disana langsung mendekat kearah pasien, siapa lagi kalau bukan Julia dan Anna. Hanya saja bedanya, disaat yang lain mengelilingi tempat tidur keduanya, Harry dan Niall berada di samping tempat tidur Julia yang berjauhan dengan tempat tidur Anna. Mungkin mereka masih merasa asing.

"Sebenarnya bukan mereka yang sadar tapi hanya salah satu" jawab Rezza.

"Siapa?" Tanya Niall dan Harry bersamaan.

"Annastasya. Beberapa waktu yang lalu matanya menunjukkan tanda-tanda kesadaran tapi dia belum mau membuka matanya. Sedangkan Julia, dia masih betah berada dalam tidurnya"

Seketika hening menyeruak di ruang VVIP itu. Tak ada yang berkomentar. Semua sibuk larut dalam pikiran mereka masing-masing.

"Satu sudah kembali, ku mohon kembalikan anak kami yang satunya lagi Tuhan. Jangan biarkan dia berlama-lama dalam tidurnya"

"Kapan kau akan kembali adik kecil?"

"Kami semua merindukanmu"

"Kembalilah"

Sshhhhh

Seketika semua orang langsung melihat kearah Anna yang bersuara. Beberapa detik kemudian perlahan-lahan matanya terbuka. Tak ada suara yang terucap, matanya menunjukkan kebingungan melihat orang-orang yang tersenyum sambil mulai menangis. Bahkan saat mencoba untuk berbicarapun, tak ada suara yang terdengar dari mulut manisnya.

"Jangan banyak bergerak dulu sayang, kami semua keluargamu disini" ucap Marchel pada Anna sambil merangkul Nadine yang sudah basah dengan air mata dan memeluk putri bungsunya.

Anna mengernyit tanda bingung, kemudian berkedip beberapa kali untuk memfokuskan pengelihatannya. Dia merasa seperti ada yang salah disini. Dimana dia? Dan, kenapa badannya kaku?

Nadine melangkah perlahan mendekatkan dirinya kearah Anna kemudian mengelus puncak kepalanya sayang. Semua orang yang ada di ruangan itu hanya melihat haru pada Nadine dan Anna. Rasa sayang yang tidak bisa tersalurkan setelah sekian lamanya.

Dilain posisi, Anna yang merasa nyaman dengan elusan tangan Nadine kembali tertidur dengan tenangnya. Kali ini hanya tertidur. Benar-benar tertidur.

"Bagaimana kita menjelaskannya nanti?" Tanya Rezza

"Kita akan menjelaskannya secara perlahan-ahan setelah mereka berdua pulih" putus Marchel.

"Tapi kenapa hanya Anna?" tanya Niall "Kapan Lea juga akan sadar?"

Semua yang mendengar pertanyaan itu hanya terdiam. Mereka tidak ada yang tau jawaban apa yang harus diberikan pada Niall. "Dia masih nyaman dengan alam mimpinya, Niall" kini Rezza yang membuka suara.

*******

Dua gelas kopi mengepulkan asapnya diatas meja bundar pertanda kopi itu masih panas. Saling berhadap-hadapan di antara meja itu, Niall dan Harry, si pemilik kopi hanya terdiam dan larut dalam pikirannya masing-masing. Ya mereka sedang berada di kantin rumah sakit dengan beberapa pernak-pernik penyamarannya yang selalu dibawa.

"Huhhh" Harry menghela napas panjang lalu menyeruput kopi hitam yang ada di depannya.

"Sudah satu minggu"

"Ya, sudah satu minggu dan tidak ada yang berubah"

Keduanya kembali terdiam. Yang mereka bicarakan sebenarnya adalah perkembangan dari Lea yang masih sama seperti sebelumnya. Tertidur dengan cantik dan pulasnya. Bahkan kini keadaan Anna pun sudah semakin membaik dan sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Keluarga Winata setiap hari secara bergantian mengunjungi Anna dan Julia di ruang yang berbeda dengan harapan Julia juga dapat segera pulih menyusul kembarannya.

"Apa dia tidak ingin bertemu denganku? Makanya dia masih betah tertidur selama ini?"

"Sudahlah Ni, jangan berpikiran begitu. Percayalah Julia pasti akan ..."

"Sebentar Haz, Rezza meneleponku. Ya ada apa za?"

"Ok, aku segera kesana. Haz, Julia sadar!"

Yepat setelah mengatakan itu, tanpa ada aba-aba dari siapapun keduanya langsung berlari menuju ke ruang ICU tempat Julia dirawat. Saking cepatnya kedua orang itu berlari bahkan mereka hampir menabrak beberapa orang yang melintas.

Sesampainya di depan pintu, tanpa pikir panjang keduanya langsung masuk ke dalam ruangan dan melihat ada beberapa keluarga Julia disana. Dengan nafas yang masih memburu, keduanya berjalan kearah samping tempat tidur Julia.

"Hai princess" sapa Harry sambil mengelus pelan rambut Julia
Sementara Niall masih mematung di tempatnya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Perlahan, lirikan mata Julia tertuju pada Harry dan Niall. Dengan senyum yang sangat tipis, dibalik alat bantu pernapasan yang menghalangi hidung dan bibir mungilnya dia menggumamkan

"Hai"

2. FRIEND or MORE ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang