Fifty Four

788 45 4
                                    

Hai hai hai para reader setia. Malam ini aku upload part terbaru FoM?! Aku juga sekalian minta maaf nih sama kalian karena updatenya gak nentu (ini aja nyempet-nyempetin buat part terbaru). Jadi alasan kenapa aku jarang banget update adalah aku lagi sibuk-sibuknya di kampus. Doain aja ya semoga cepet bisa nyelesein tugas-tugas kampus dan para bapak/ibu dosen gak banyak-banyak lagi ngasi tugasnya, jadinya kan aku bisa lebih sering update part heuheu. Nah karena kayaknya kalian udah nungguin banget part ini, langsung aja ya di klik votenya sebelum baca.

*** 

"Aku lemah! Aku Bodoh!" sambil menangis di dalam toilet, bibir manis Julia dengan setia selalu memaki-maki pemiliknya. "Untuk apa aku menangis sekarang? Baru menyesal heh? Kau memang bodoh Ley" dirinya tidak bisa memungkiri meskipun dia sudah bertekad untuk tidak menyesali semua yang sudah terjadi, tapi gadis dalam dirinya tidak bisa berbohong, Niall masih berada disana, masih menjadi matahari yang dia butuhkan.

Cukup lama Julia disana, kemudian dia keluar dan memilih untuk memperbaiki sedikit riasan di wajahnya. Hal ini tentunya untuk menutupi kalau dia baru saja habis menangis. "Perfect" satu kata yang terucap dengan senyum yang mulai bermekaran di wajah Julia. Satu kata yang mampu mewakili keadaannya untuk menutupi kehancurannya.

"Kau menangis?"

"Astagah!"

Satu pertanyaan mendadak yang di terima Julia saat baru saja kakinya melangkah keluar dari toilet wanita. Satu detik wajah Julia menegang karena ada seseorang yang menebak kalau dia baru saja habis menangis, tetapi sedetik kemudian, dia mengubah mimik wajahnya menjadi seperti biasa.

"Kenapa kau disini, Lou?"

"Aku juga tamu undangan kalau kau lupa. Sekarang jawab aku, kau menangis?" tanya lelaki itu lagi.

"Tidak sama sekali, untuk apa aku menangis?" 

"Lalu kenapa kau langsung berlari kesini? Kenapa lama sekali di toilet?" pertanyaan telak yang dilemparkan Louis dengan matanya yang nyalang menatap Julia, mencoba mencari sesuatu apakah Julia sedang berbohong.

"Sakit perut" jawab Julia asal.

"Kau bukan tipe orang yang akan sakit perut diacara pesta seperti ini, sister"

"Aishh! terserah kau sajalah. Lalu untuk apa kau berada di depan toilet perempuan begini? Mau mengintip ya? Mana Freddie?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan, Ley. Tadi Eza menyuruhku untuk mengikutimu karena dia tiba-tiba dipanggil Dad."

"Oh, tapi aku serius menanyakan Freddie, dari tadi aku tidak melihatnya"

"Dia bersama Ele, kenapa kau tidak menghubungi kami saat kau menghilang? dan membiarkan Anna mengambil posisimu? Aku mohon maaf tapi aku sungguh tidak percaya dengan apa yang sudah terjadi ini" Louis, salah satu sosok kakak yang dimilik Julia memang terkenal dengan kecerewetannya. Contohnya seperti sekarang ini.

"Sudah ku coba untuk menghubungi kalian semua, tapi tidak ada yang mengangkat teleponku sama sekali. Terakhir aku mencoba menelepon kerumah, ada yang menjawab tapi sedetik kemudian dimatikan."

"Maafkan aku, sister. Aku benar-benar tidak menyadarinya. Ayo kembali kesana, mereka semua pasti sedang mencari kita. Oh iya, Lottie sangat merindukanmu, dia bilang kalau dia ingin menjadikanmu model untuk promo lipstik terbarunya."

"Benarkah?"

"Ya, tanyakan saja padanya nanti."

"Oke,"

Mereka berjalan beriringan menuju ke tempat Eleanour dan Freddie berada. Dari kejauhan Julia sudah bisa melihat seorang wanita dengan rambut brunette nya sedang memangsu anak laki-laki yang terlihat mirip dengan Louis. Wanita itu melambaikan tangan kearah Julia dan Louis yang berjalan mendekat.

"aku sangat merindukanmu, dear. Bagaimana keadaanmu?" tanya Eleanour sambil memeluk Julia saat Freddie sudah beralih ke gendongan Louis.

"Tidak pernah lebih baik dari ini" jawab Julia dengan senyum khasnya. Julia memang sangat-sangat merindukan sosok wanita cantik ini. Sudah cukup lama mereka tidak bertemu sejak Eleanour memilih berpisah dengan Louis.

Mereka memilih untuk bercengkrama membicarakan hal-hal ringan diantara mereka. Semakin malam suasana semakin meriah karena Liam dan Harry mulai bergabung disana. Mereka tertawa bersama hanya karena menertawakan hal-hal konyol  yang mereka pernah lakukan selama tidak bersama. 

Julia sangat-sangat menikmati waktu mereka bersama, hingga akhirnya Zayn bersama Gigii datang menghampiri mereka. Seketika suasana di meja itu sunyi. 

"Julia?"

"Z !!" secara otomatis Julia melompat ke pelukan Zayn.

"Hahaha, calm baby, how a u?"

"Im good Zayn" jawab Liam dengan nada sarkasmenya.

"Oh ada yang jealous ternyata, hahaha" Julia berusaha menggoda Liam.

"tidak, untuk apa aku jealous?" Liam masih dengan wajah sinisnya.

"oke oke, Liam, bagaimana kabarmu?" tanya Zayn kali ini.

"A.." saat Liam akan menjawab, datang dari arah yang berbeda suara yang jauh lebih cepat menjawab pertanyaan Zayn.

"Aku baik Zayn"

"Hey pirang! dia bertanya padaku!" ucap Liam.

"Aku ingin menjawabnya juga" jawab Niall dengan wajah tak bersalah sambil memeletkan lidahnya.

The boys dan Zayn mulai rusuh di meja tersebut memperdebatkan satu sapaan yang sebenarnya sangat tidak penting. Julia merasa dirumah, inilah teman-temannya, kakak-kakaknya yang selalu bisa membuatnya tertawa hanya dengan tingkah konyol  mereka. 

"Sudah diam! kalian ini kenapa selalu saja mempermasalahkan hal konyol.!" Julia yang mulai muak dengan drama para lelaki kardus ini memilih menghentikan perdebatan mereka. Berbeda dengan Gigi dan Eleanour yang hanya tertawa menyaksikan aksi live di depan mata mereka.

"Dia selalu menggodaku, Ley. Aku sangat benci padanya." Niall mulai mengadu pada Julia dan berusaha meminta pertolongan Julia.

"Kalian selalu saja membully Niall" jawab Julia kali ini yang membuat Niall merasa senang lalu memeletkan lidahnya pada empat laki-laki yang ada di meja itu. 

"Biarkan saja, membully Niall adalah pilihan terbaik yang kami lakukan dulu kini dan nanti, hahahaha"

"Tuh kan Ley, aku sangat tidak aman jika berada di dekat mereka berempat. Jangan-jangan kalian merencanakan sesuatu untuk menyingkirkanku ya?" jawab Niall asal yang kini sudah berada di dekat Julia untuk mencari perlindungan. Sementara yang lainnya tertawa terbahak-bahak mendengarkan penuturan Niall yang sangat ajaib itu.

"Wah seru sekali disini, apa aku boleh bergabung?" satu suara penuh makna.

Annastasya datang entah dari arah mana yang kini sudah berada di belakang Julia dan Niall. Kedatangan Annastasya menampar Julia kalau dia baru saja melupakan kenyataan bahwa Niall bukan lagi miliknya. Niall sudah milik Anna. Berbincang dan tertawa bersama the boys membuatnya melupakan kalau keadaan mereka sudah tidak sama seperti sedia kala lagi.

"Oh tentu, duduklah disini. Aku akan pindah ke sebelah Harry." Julia tersenyum pada kembarannya kemudian berlalu menuju ke tempat duduk kosong disebelah Harry. Setelah kedatangan Anna, mereka kembali melanjutkan perbincangan mereka tetapi lebih awkward. Juia sangat menyadari situasi di meja itu saat ini, sebisa mungkin dia berusaha mengikuti setiap candaan yang terlontar dari mulut seorang Louis Tomlinson. Tapi perasaan tidak bisa berbohong, seberapa parahpun dia mencobanya, dia tetap merasakan ke awkwardan itu.

Di lain pihak, situasi awkward tidak hanya dirasakan Julia tetapi juga dirasakan oleh Eleanour, Harry, Zayn, dan Niall. Niall diam-diam mencuri pandang kearah Julia disaat gadis itu sedang tertawa mendengar ocehan Louis. Niall tau tawa itu tidak tulus. Niall tau Julia sedang menutupi sesuatu. 

Harry yang menyadari perubahan emosi pada Julia mencoba untuk menenangkan gadis itu dengan cara merangkulnya. Julia yang secara tiba-tiba dirangkul melemparkan senyum tulus pada Harry.

"Aku tau kau selalu bisa diandalkan, Hazz"


2. FRIEND or MORE ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang