Jauh darimu ku merindu.
Jujur ku tak sanggup.
Tunggu aku pulang sayang, aku akan kembali padamu dan akan ku temukan semua arti mimpiku tentangmu.******
Semalam aku tak bisa tidur dengan nyenyak. Pikiranku memaksaku untuk tetap berjaga. Ia memikirkan dan memperhitungkan segala kemungkinan yang mungkin terjadi tentangku esok hari.
Bahkan hingga kini aku terduduk di dalam pesawat jet pribadi yang menuju entah kemana. Marvel sama sekali tak menyapaku sejak pagi tadi. Bahkan disaat kami berpapasan di ruang tamu.
Terimakasih sebanyak-banyaknya ku ucapkan kepada penemu headphone yang telah menyelamatkanku dari kesunyian yang tercipta saat ini.
Raga marvel memang berada dibangku seberangku tapi dia menjadi bisu. Jangankan untuk menyapa, menolehpun tak mau.
Jujur aku benci dengan keadaan seperti ini. Apa sebenarnya masalah yang dimiliki Marvel sampai dia rela menebusku dan menahanku dalam waktu yang lama, merawatku dengan treatment yang sangat amat baik.Hatiku mulai bertanya-tanya, siapa Marvel sebenarnya? Setelah sekian lama aku tinggal dengannya, hari ini aku merasa asing.
*****
Sekian jam aku berada di atas sini, pemandangan yang aku lihat dibawah sana hanyalah lautan. Sepertinya aku sudah berpindah negara. Kenapa aku bisa mengatakan demikian? Ya sangat jelas karena ini sudah beberapa jam aku berada disini.
"Oh c'mon. Kamu gak mau kasi tau aku kita mau pergi kemana?" Kataku sudah tidak tahan. Aku paling tidak suka dihadapkan dalam keadaan hening seperti ini.
"Yang perlu kamu lakukan hanya duduk, relax, dan persiapkan dirimu karena sebentar lagi kamu akan bertemu dengan calon mertua mu, Julia"
********
Segala cara telah aku coba untuk menyadarkan diriku dari mimpi buruk ini. Apa aku tidak salah dengar? Calon mertua katanya?
Hel to the loooo, Marvel seorang pengusaha yang menebusku dari keluarga yang menggilai uang, pria yang merawatku yang sudah ku anggao sebagai sahabatku, menjebakku dengan sengaja?
Hah! Apa maksudnya ini tuhan. Kenapa secara tiba-tiba hidupku menjadis serumit ini.Dengan headphone yang masih setia berada di kedua telingaku, aku mulai memejamkan mataku dan berpikir.
Yang pertama, kekasihku bermain api di belakangku dengan wanita lain.
Yang kedua, aku menabrak seseorang yang entah aku tidak tau siapa.
Yang ketiga, aku tidak tau keadaan seseorang yang aku tabrak itu, bagaimana kalau dia meninggal? Satu-satunya hal yang akan terjadi kalau dia meninggal adalah aku akan menjadi penjahat dan di tahan.
Yang keempat, aku terjebak berada dengan satu keluarga yang hanya memanfaatkanku.
Yang kelima, aku terjebak dengan srorang pengusaha psikopat yang akan membawaku pada 'calon mertuaku'?"Kita sampai, Julia"
Suara lembut tapi tegas itu mengejutkanku sehingga mataku langsung terbuka. Suara yang begitu dekat dan memang sangat dekat.
Wajah yang terpahat rapi tanpa cela itu sedang memandangku dalam jarak dekat.Tak ada waktu sedikitpun untukku berpaku memandangi wajahnya. Aku langsung mendorongnya untuk menjauh. Heh yang benar saja, berpura-pura bersikap manis di depanku, menculikku sampai sejauh ini.
"Ayo turun" bukannya marah atau mendiamiku, dia malah menggandeng tanganku halus kelyar dari pesawat.
Pramugari dan awak pesawat tersenyum ramah kepadaku saat aku dan marvel melangkahkan kaki keluar.
"Surprisee" teriaknya dengan senyum mengembang di kedua pipi tirus Marvel.
"Egypt?"
"Yeah, welcome to my home Julia" senyum Marvel yang terlihat kala ia menyombongkan dirinya padaku.
"Jadi apa alasanmu membawaku kesini?" Tanya Julia yang sudah tak tahan merasa si permainkan oleh Marvel.
"Nanti aku jelaskan. Ayo" Marvel berlalu meninggalkan Julia yang masih terbengong melihat sekitar.
*******
Satu per satu gedung dilalui oleh mobil hitam yang membawa dua anak manusia di dalamnya. Si gadis yang terlihat sedang kesal sama sekali tidak menghiraukan seorang laki-aki di sebelahnya walauoun laki-laki itu tidak melakukan apa-apa.
"Kau masih ingin tahu mengapa aku membawamu kesini?"
Julia hanya diam dengan kedua matanya yang masih mengawasi kearah luar kaca mobil. Pikirannya yang menerawang sedari tadi memikirkan kapan terakhir kali dia datang kesini, bersama keluarganya.
"Aku ingin mengenalkanmu kepada ibuku. Kau sangat mirip dengan mendiang adikku dulu. Aku meminta tolong padamu, kali ini saja. Aku ingin membuatnya tersenyum. Maksudku tersenyum secara tulus." Kata Marvel menunduk diakhir ucapannya.
"Kenapa dengan adikmu?"
"Dia... Dia meninggal dalam sebuah kecelakaan beruntun." Marvel membelokkan pandangannya kearah luar jendela mobil. Dia enggan untuk memperlihatkan mata berkaca-kacanya.
"Aku turut berduka cita mendengarnya" kata Julia dengan tulus. Tapi tak hanya sampai disitu, rasa penasarannya yang tiba-tiba muncul semakin menjadi-jadi.
"Emmm tapi maafkan aku, apa tugasku sampai-sampai kau mengajakku kesini? Lalu kenapa kau tadi bilang kalau kita akan bertemu calon mertuaku?"
"Seperti yang aku katakan tadi, tolong hiburlah ibuku. Setidaknya aku inhin melihatnya tersenyum lagi. Dan ya, aku hanya bercanda untik membuatmu sedikit cemas, hahaha"
"Hey, kau mengerjaiku Marvel! Eh tapi, bagaimana jika nanti ibumu tidak menyukaiku? Apa misi ini akan gagal? Lalu kapan aku pulang?"
"Aku yakin dia akan menerimamu. Kau bisa mengambil hati orang lain dengan mudah, Julia. Segera setelah ibuku membaik, kau akan pulang"
Setelah percakapan singkat itu, tak ada lagi yang berani untuk memulai pembicaraan. Marvel dan Julia terlarut-larut dalam pikiran mereka masing-masing.
Karma membawa mereka menuju roda kehidupan yang sulit untuk diartikan. Tak ada yang mengerti tentang bagaimana mereka bisa sampai pada titik ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
2. FRIEND or MORE ?!
RomanceAku dapat berbohong di depan semua orang kalau aku baik-baik saja, tapi sebenarnya hatiku tidak baik-baik saja. Pria yang aku cintai telah pergi. Ini semua yang merubah hidupku. Adakah pasangan hidupku diluar sana? Atau tuhan memang menciptakanku u...