Seorang anak berusia sekitar 6 tahun berlari ke arah rumah yang tampak lebih sederhana daripada rumah lainnya. Kaki kecilnya terus melangkah dengan cepat, dengan tangan sibuk mengelap air mata yang menetes di sekitar pipi.
"Bunda, Bunda!" Bibir kecil itu berteriak memanggil sang bunda, hingga kaki kecilnya memasuki pekarangan rumah.
Wanita yang dipanggil bunda itu pun bergegas keluar rumah setelah menaruh sapu yang tadi dipegangnya. Namun, baru sampai melewati pintu, dirinya justru sudah lebih dulu ditabrak oleh sang anak, membuatnya kaget dan refleks memundurkan tubuh. Anak kecil itu adalah anak semata wayangnya, Cakra.
Cakra menangis sambil memeluk tubuh bundanya, sedangkan sang bunda yang mendengar tangisan sang anak hanya mengelus kepalanya dengan penuh kasih sayang. Dia tidak akan menyuruh Cakra diam, biarkan saja Cakra menumpahkan semua emosinya terlebih dahulu. Nanti, ketika anaknya itu sudah tenang baru dia akan menanyakan, apa alasannya menangis.
Setelah dirasa cukup tenang, bunda melepas pelukan Cakra lalu mensejajarkan tubuhnya dengan si anak. Bisa dia lihat mata jernih Cakra yang senantiasa masih meneteskan air mata.
"Kenapa? Mau cerita sama Bunda?" tanya bunda dengan suara lembutnya.
"Teman-teman ga ada yang mau main sama Cakra, Bunda," ucapnya lalu kembali terisak.
"Cakra tau alasannya?" Cakra yang mendapat pertanyaan itu pun menganggukkan kepala dengan cepat.
"Mereka bilang Cakra ga punya ayah, emangnya Cakra beneran ga punya ayah ya, Bunda?" Bunda yang mendengar pertanyaan dari Cakra pun diam sejenak, dia bingung akan menjawab bagaimana, jika dijelaskan sekarang pun Cakra pasti belum bisa mengerti.
"Cakra punya ayah kok, hanya saja ayah lagi kerja."
"Kerja terus ... emangnya ga bisa pulang?" tanya Cakra kembali di sela-sela isakannya.
"Kerjanya jauh, jadi ga bisa pulang sekarang. Emangnya kalo sama Bunda aja Cakra ga mau?" tanya bunda menunjukkan wajah sedihnya.
Cakra yang melihat wajah sedih dari bundanya pun kembali menangis semakin keras.
"Bunda jangan sedih ... Cakra ga mau ayah, Cakra mau Bunda aja, Bunda jangan sedih," ucapnya kembali menumpahkan air mata. Bunda yang mendengar tangisan Cakra semakin keras pun langsung membawanya ke dalam pelukan.
"Bunda jangan sedih, Cakra ga mau ayah lagi!"
"Iya Bunda ga akan sedih, yang penting Cakra sama Bunda terus, kalo Cakra sama Bunda terus Bunda ga akan sedih ..."
"Beneran?" Cakra bertanya di tengah-tengah isakannya.
"Iya."
'maaf sayang, maafin Bunda udah pisahin kamu sama ayah,' ucap bunda di dalam hatinya.
_____________________
Kkeutt
Selamat datang dicerita kedua fullsun
Jangan lupa vote sama komen ya🐻💚
🌱Untuk chapter 1 author up besok
See you besok ya gaes...
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES (Terbit)
Teen FictionTersedia di shopee Penerbit.LovRinzOfficial (Belum di revisi) ___________________ Ini adalah kisah dari Cakra, seorang remaja yang baru saja bertemu dengan ayahnya setelah sekian lama, bukan hanya sang ayah, tetapi dia juga bertemu dengan anak dan i...