50

12.4K 1.2K 49
                                    

Happy reading...


Hari sudah semakin sore dan Devan saat ini sedang berada di kantin rumah sakit untuk membeli minuman.

Menemani Cakra yang masih tertidur dan belum membuka matanya sama sekali setelah sadar membuatnya haus bukan main, karena itulah dia langsung menuju kantin. Bukan kopi seperti biasanya, kali ini Devan membeli segelas jus jeruk. Devan bertekad untuk mengurangi meminum minuman berkafein itu demi Cakra, agar dirinya tetap sehat dan bisa menjaga adiknya.

Devan juga membeli sebuah donat, lalu membawanya ke salah satu meja yang ada di sana. Devan memakan donatnya dengan mata menatap ke arah sekitar, Devan juga sesekali melihat ponsel untuk membalas chat dari Aletta yang menanyakan perihal keadaan Cakra.

Yah, Devan memang sudah memberitahu kepada Aletta, Tyo dan teman-teman Cakra bahwa Cakra sudah sadar dari komanya. Awalnya mereka ingin datang menjenguk hari ini juga, tetapi Devan langsung melarang dan menyuruh mereka datang ketika Cakra sudah benar-benar pulih, beruntung mereka pun langsung menyetujuinya.

Saat sedang membalas pesan dari Aletta, sebuah pesan dari David masuk membuat Devan langsung membukanya.

Suaminya mamah
Cepet kesini, adek udah bangun.

Setelah membaca itu Devan langsung berlari keluar dari area kantin meninggalkan jus jeruknya yang masih tersisa setengah gelas. Dengan napas yang terengah-engah, Devan akhirnya sampai di depan pintu ruang rawat Cakra.

Tanpa basa-basi, Devan langsung membuka pintunya dan terlihatlah Cakra yang sedang diperiksa oleh Antonio. Devan langsung mendekat dan berdiri di ujung ranjang, melihat Cakra yang ntah sedang menatap ke arah mana.

"Cakra?" panggil Antonio, karena sedari bangun tadi Cakra belum mengeluarkan suaranya sama sekali, tatapan matanya pun terlihat kosong membuat Antonio curiga ada yang salah dengan kepala Cakra, walaupun sedari awal kepala Cakra memang sudah bermasalah.

"Kamu denger suara, Om? Kedipkan mata kamu sekali kalau kamu denger suara Om," ucap Antonio.

Cukup lama mereka melihat ke arah Cakra yang hanya diam tak merespon, sampai akhirnya mata itu berkedip satu kali menandakan Cakra bisa mendengar suara Antonio.

Antonio bernapas lega untuk sesaat. "Cakra bisa lihat om? Kalo iya kedip satu kali, kalo tidak kedipkan dua kali. Om tanya sekali lagi ya, Cakra bisa lihat, Om?" tanya Antonio, lalu setelah beberapa lama kemudian Cakra mengedipkan matanya sekali membuat Antonio kembali bernapas lega.

"Cakra ingat kenapa Cakra bisa di sini?"

Lagi dan lagi mereka harus menunggu respon dari Cakra yang cukup lambat, sampai akhirnya mata itu berkedip dua kali, menandakan Cakra tak mengingat alasan mengapa dirinya bisa sampai masuk rumah sakit.

Sofia yang melihat itu mencoba untuk menahan air matanya, David sendiri mengelus tangan anaknya pelan sedangkan Devan sudah mengepalkan kedua tangannya erat, ntah kenapa dadanya kian terasa sesak.

"Cakra ingat sama keluarga Cakra?"

"Bun-da ..." lirih Cakra pelan membuat seluruh keluarganya terdiam mendengar lirihannya.

Setelah mengatakan itu Cakra menutup matanya kembali membuat David langsung mendekat dan berbisik di telinga Cakra. "Cakra ... ini Ayah, sayang," bisik David membuat Cakra kembali membuka matanya pelan.

"A-ayah?"

"Hm ... ini Ayah, Cakra ingat?" tanya David dengan suaranya yang sedikit bergetar. David merasa sakit melihat kondisi Cakra yang tampak linglung sekarang.

Cakra terdiam dengan dahi mengerut menandakan kalau dirinya sedang berpikir, sampai akhirnya Cakra mengedipkan matanya sekali membuat David tersenyum lega.

MEMORIES (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang