51

13K 1.4K 152
                                    

Happy reading...



Senja telah tenggelam sejak 4 jam yang lalu digantikan oleh sang rembulan yang ditemani oleh bintang-bintang.

David dan Devan saat ini sedang duduk di kursi tunggu yang berada di luar ruang rawat Cakra. Keduanya diam memikirkan kondisi Cakra yang sudah tampak linglung sekarang.

Malam ini adalah malam pergantian tahun. Seharusnya, mereka sudah berada di Korea Selatan untuk pengobatan Cakra. Seharusnya Cakra sudah memulai pengobatannya atau jika mengikuti rencana awal, seharusnya mereka sedang bersenang-senang membakar jagung ataupun daging bersama dengan teman-teman di rumah.

Hembusan napas yang kesekian kalinya terdengar dari David. Devan yang mendengar itu hanya diam karena pikirannya sendiri pun sedang kacau. Devan menatap sekumpulan burung bangau yang terbuat dari kertas HVS yang dia minta pada salah satu staff rumah sakit yang berada di sampingnya. Jumlahnya hanya kurang dua puluh lagi jika dijumlahkan dengan burung bangau yang berada di rumah, tetapi rasanya Devan tidak mampu untuk menyelesaikan. Setiap lipatan yang dia buat, yang terbayang hanya wajah Cakra, teriakan kesal Cakra, tawa nyaring Cakra dan suara merdu dari Cakra yang menyanyikan lagu kesukaannya.

Devan berpikir, selama 17 tahun dia hidup tanpa seorang saudara, bukankah tidak masalah jika Cakra pergi? Lagipula, Cakra datang di kehidupannya hanya sebentar, dia pasti akan baik-baik saja. Namun, nyatanya tidak, Cakra memang baru mengisi kehidupannya, tetapi itu mampu membuat kehidupan Devan berubah menjadi lebih berwarna.

Sedangkan itu di dalam ruang rawat, Sofia tengah memandangi wajah Cakra yang sedari tadi menampilkan berbagai macam ekspresi. Terkadang dahinya mengerut membuat Sofia langsung mengelus dahi yang menimbulkan kerutan itu, terkadang juga bibirnya tersenyum tipis membuat Sofia ikut tersenyum juga, ntah apa yang Cakra impikan saat ini sampai dia berekspresi cukup sering.

Pelan-pelan mata itu terbuka membuat Sofia yang melihatnya tersenyum, namun mata itu kembali tertutup karena merasakan silau dari lampu kamar.

"Hey ... Cakra?"

Sofia mencoba memanggil Cakra. Tak lama kemudian mata itu kembali terbuka.

"Mamah?" lirih Cakra saat mendengar suara yang cukup di kenalinya, Sofia yang mendengar lirihan itu tersenyum semakin lebar, Cakra mengingat dirinya, Cakra-nya tidak melupakannya lagi.

"Iya, ini Mamah, sayang ...," balas Sofia dengan mata yang berkaca-kaca.

"Cakra sayang Mamah ...." Ucapan Cakra tiba-tiba membuat Sofia terdiam merasakan sesuatu yang pernah dia rasakan beberapa tahun silam.

"Mamah lebih sayang Cakra." Balasan Sofia berhasil membuat hati Cakra menghangat sampai dia tersenyum, tetapi tidak dengan matanya yang hanya menatap kosong ke langit-langit kamar.

"Cakra butuh sesuatu?"

"Ayah ... A-bang ..."

"Sebentar ya, Mamah panggil dulu." Setelah mengatakan itu Sofia langsung membuka ponselnya untuk menghubungi David.

"Mas, di mana?" tanya Sofia begitu panggilan itu tersambung. Yah, Sofia memang tidak tahu kalau suami dan anaknya itu sedari tadi duduk di kursi yang berada di luar kamar.

"Aku di luar sama Devan, kenapa?"

"Cepet ke sini, Cakra bangun."

Cklek

Sofia menoleh ketika mendengar suara pintu terbuka tepat setelah dia menyelesaikan kalimatnya, itu adalah David dengan tangan yang masih memegang ponsel di telinganya, ada Devan juga yang berada di belakang.

David mematikan panggilan itu lalu berjalan mendekati ranjang Cakra dan berdiri di sampingnya, Devan sendiri sudah berada di samping sang mamah yang masih terduduk di kursi dengan tangan yang masih menggenggam tangan Cakra yang terasa dingin.

MEMORIES (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang