Happy reading...
David menatap gundukan tanah di hadapannya yang masih basah. Yah, Cakra baru saja selesai dimakamkan tepat di samping makam sang bunda, dengan pelan David mengelus papan bertuliskan CAKRA P. MAHARDIKA itu.
Beberapa orang yang ikut dalam prosesi pemakaman sudah kembali untuk pulang. Hanya tersisa David, Sofia, Amel, Jean beserta teman-temannya. Antonio sendiri tetap berada di rumah untuk menjaga Devan yang masih berada dalam pengaruh obat penenang bersama dengan Aletta dan Tyo.
Naufal menghela napas sebelum akhirnya dia mengajak Raka dan Doni untuk pulang. Mungkin, nanti dia akan kembali lagi ke sini. Biar lah David berbicara sepuasnya dengan Cakra hari ini, dia tidak ingin mengganggu mereka.
"Tante," panggil Naufal pada Sofia yang sedang berdiri dengan Amel yang selalu berada di sampingnya, takut-takut jika kakak iparnya itu tak sadarkan diri kembali, karena saat dalam perjalanan tadi Sofia sempat pingsan.
Sofia menoleh mendapati Naufal yang memakai topi, ada Raka dan Doni juga di sampingnya.
"Naufal pamit dulu, ya. Turut berbelasungkawa atas Cakra."
"Makasih udah dateng buat anterin Cakra, ya. Kalo Cakra ada salah tolong dimaafkan, kalo kalian nanti kangen sama Cakra boleh main ke rumah." Sofia mengusap kepala Naufal yang tertutup oleh topi. Ini mengingatkannya pada Cakra yang selalu meminta Sofia untuk mengelus kepalanya. Ah, baru saja dia tidak melihat Cakra, tetapi kenapa rasanya sudah sangat rindu. Sofia kembali meneteskan air matanya kembali saat wajah Cakra kembali terbayang di benaknya.
Naufal sendiri tersenyum tipis membiarkan Sofia terus mengelus kepalanya. Naufal tahu, bahwa Sofia pasti mengingat Cakra karena anak itu pernah bercerita, sejak Cakra bertemu dengan Sofia kebiasaan tidurnya mulai berubah, dia tidak perlu lagi membasahi kakinya, dia hanya perlu usapan tangan Sofia dan ayah di kepalanya. Yah, Naufal mengingat itu semua.
Sofia yang tersadar langsung menarik tangannya kembali. "Ah maaf ..."
"Gapapa, kalo begitu Naufal pamit ya, Tan."
"Iya hati-hati."
Naufal menganggukkan kepalanya singkat lalu mengajak Raka dan Doni untuk pulang.
"Raka juga pamit ya, Tante."
"Doni juga, Tan. Tante sekeluarga yang sabar, ya."
"Iya makasih, ya."
Doni dan Raka sempat melirik pada Jean yang masih sesenggukan di samping David, tidak ingin mengganggu, mereka berdua memutuskan untuk langsung pergi menyusul Naufal yang sudah berjalan menjauhi area pemakaman.
David terus mengelus papan nisan Cakra dan terus menggumamkan kata maaf. "Maafkan aku Karin, sekali lagi aku tidak bisa menjaga anak kita, maaf ...."
"Maafin Ayah ya, sayang ... Ayah belum bisa jadi sosok ayah yang hebat buat kamu, maafin ayah ...."
David kembali terisak mengingat bagaimana wajah Cakra yang begitu damai setelah dia pergi semalam. Tidak pernah terbayangkan oleh David sebelumnya, jika dia harus menguburkan anaknya kembali untuk yang ketiga kalinya dan itu rasanya sangat menyakitkan.
Sofia yang mendengar penuturan David pun kembali terisak begitu juga dengan Jean. Jean sendiri juga tidak pernah membayangkan bahwa dirinya akan melihat bagaimana tubuh sepupu yang baru saja dia temui itu terbujur kaku tanpa nyawa. Baru saja dia senang karena mendapat sepupu yang seumuran dengannya, baru saja dia senang mendapatkan teman baru yang merangkap sebagai keluarganya, tetapi Tuhan sudah mengambilnya kembali. Cakra memang datang sebentar di kehidupannya, namun Jean tidak bisa melupakan semua kenangannya bersama Cakra.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMORIES (Terbit)
Teen FictionTersedia di shopee Penerbit.LovRinzOfficial (Belum di revisi) ___________________ Ini adalah kisah dari Cakra, seorang remaja yang baru saja bertemu dengan ayahnya setelah sekian lama, bukan hanya sang ayah, tetapi dia juga bertemu dengan anak dan i...