Bab 36

229 31 1
                                    

Menjilat adalah sebuah keterampilan hidup

 
Merasa takjub, Du Juan yang berdiri di samping Nyonya tua Jiang, memandang Jiang Ruan dan yang lainnya saat Cai Que berkata dengan tenang “Nyonya Tua, Nona muda tertua telah tiba.”

Matanya tetap tertutup, Nyonya tua Jiang tetap diam tidak bergerak. Lu Zhu sedikit gelisah tapi Jiang Ruan tetap tenang dan tetap berdiri ditempatnya. Dalam gaya yang sama, Cai Que dan Du Juan, keduanya juga menunggu di samping dalam diam. Mereka tidak berbicara ataupun memberikan salam pada Jiang Ruan dan jelas jelas membiarkannya menunggu sambil mengabaikannya.

Pandangan Jiang Ruan jemu dan dalam keheningan dan ketiadaan baik gerakan maupun kata kata, dia sudah mengukur Nyonya tua.  Melihat lebih dekat, ada perbedaan antara ingatannya akan Nyonya tua dengan melihat orangnya secara langsung. Saat pertama kali dia melihatnya, dia telah mengira bahwa Nyonya tua Jiang adalah seorang Zumu yang kaku dan keras. Namun, sekarang setelah dia melihatnya lagi, meskipun dia dibalut kekayaan, kemuliaan dan kemegahan dari ujung kepala sampai ujung kaki, dia memiliki pembawaan yang tenang. Lebih lanjut lagi, alisnya dipenuhi dengan sikap dingin berwibawa dan keras yang terpancar dari  tulangnya. Terbukti bahwa hati Furen  ini, yang telah berdoa pada Budha, tidak terpisah dari keinginan dunia seperti yang dikatakan pada kitab ditangannya. Dan untuk kelihaian dan kecerdikannya, mungkin hanya dia sendiri yang tahu.

Sementara waktu perlahan berlalu, ruangan itu benar benar tetap sunyi. Bahkan sepertinya suara sehelai rambut yang jatuh di lantai akan dapat terdengar dengan jelas. Lalu, setelah beberapa waktu kemudian yang tidak diketahui lamanya, Furen tua di atas sofa perlahan membuka matanya dan dengan satu lirikan, dia memandang Jiang Ruan.

Dengan raut wajah tenang, Jiang Ruan memandangnya kembali sambil berdiri tegak penuh dengan rasa hormat.

Nyonya tua Jiang kemudian menyipitkan matanya dan berkata dengan datar “Mengapa kamu tidak menyapaku ketika kamu masuk? Apa yang sedang kamu lakukan? Berdiri disana seperti batu yang tidak bergerak.”

“Ketika saya pertama kali masuk, saya memperhatikan bahwa Zumu sedang bertasbih dalam diam. Orang harus berdoa dengan penuh niat dan sepenuh hati, kalau tidak, akan dianggap tidak tulus. Jiang Ruan tidak berani mengganggu Zumu.” Jiang Ruan tersenyum  “Tapi, sepertinya saya masih harus menyusahkanmu.”

Nyonya tua Jiang bersandar ke samping sementara Du Juan segera menyajikan secangkir teh panas untuknya. Setelah dia menerima teh dan menyesapnya, Nyonya tua menyapukan pandangannya pada Jiang Ruan. Dia kemudian berkata “Kebalikan dengan apa yang mungkin orang kira, kamu adalah seseorang yang mampu untuk bertahan di tempatmu.”

“Dibandingkan dengan Zumu, saya masih harus banyak belajar.” Jiang Ruan menjawab dengan datar, “Sekembalinya saya dengan tergesa ke fu kemarin, saya belum mengunjungi Zumu, itu adalah kesalahan saya.”

Nyonya tua Jiang dengan acuh tak acuh membalas “Peristiwa kembalinya kamu ke fu telah membuat ibu kota dilanda keributan besar. Tentu saja kemarin, kamu harus menangani keletihan dan kelelahan- merupakan keputusan yang benar kamu tidak datang kesini.”
Ketika mengatakan ini, nada bicaranya sedikit ambigu, oleh sebab itu, tidak ada yang bisa menangkap maksud Furen tua ini.

Jiang Ruan dengan cepat berpikir dan berkata “Bagaimanapun, Zumu adalah nenek dari garis keturunan ayah saya, Nyonya tua dari Jiang fu, dan juga keluarga dekat Jiang Ruan.”

Tidak disangka Jiang Ruan akan berkata seperti itu dan mendengarnya,  Nyonya tua Jiang merasa sedikit takjub. Sedikit menundukkan kepalanya untuk meminum teh, dia berkata “Saya belum melihatmu selama beberapa tahun ini. Maju kedepan dan biarkan saya melihat dengan lebih jelas.”

The Rebirth of An Ill-fated Consort Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang