alice pov
ini sudah jam tidur,tapi entahlah aku ingin keluar untuk menghirup udara malam terlebih dahulu.
sungguh,sudah beberapa hari ini asa sesuatu yg mengganggu perasaan dan juga fikiranku,tapi aku tidak tau apa alasannya.
"eoh,didy?" sapaku melihat didy dipinggir lapangan.
sepertinya aku berjalan sambil melamun,sampai sampai aku tidak menyadari bahwa didy berada dipinggir lapangan.
"a-ahh,k-ken.." ucap didy menggantung.
"gwencana,aku tidak akan memarahinu" ucapku padanya.
ia mematikan rokok yg berada ditangannya,dan membuangnya entah kemana.
"mianhe" ujar didy.
"gwencana dy" jawabku.
kini aku duduk bersampingan dengan didy,dengan kaki dilipat dan bersandar pada jaring jaring.
"didy melanggar janji,kenapa kau tidak marah?" tanya didy.
kami tidak saling bertatapan,hanya saling memandang ke depan,dan sesekali menatap kearah langit yg menampilkan bulan dan bintang yg indah.
"didy berjanji untuk tidak merokok lagi,kecuali jika didy sedang stres" jawabku. "jadi,ada apa denganmu dy? apakah semua baikbaik saja?" sambungku bertanya sambil melirik kearahnya.
didy menarik nafas panjang,dan menghembuskannya perlahan.
"boleh didy menanyakan beberapa hal padamu?" ucap didy balik bertanya sambil menatapku,membuatku meresponnya sambil mengangguk dan sedikit tersenyum.
"apa kau percaya bahwa didy dan mommy menyayangimu?" tanya didy.
"tentu" jawabku.
"apa yg kau percayai itu?" tanyanya.
"rasa sayang dan cinta kalian" jawabku membuat kami kembali bersandar dan menatap kearah langit. "aku tidak berniat untuk terlalu percaya diri dy,tapi entah kenapa aku yakin kau bersedia untuk menukar apapun yg saat ini kau miliki demi kebahagiaanku dan juga jane" sambungku membuat didy kembali menatapku dan tersenyum manis sambil mengangguk.
"bagaimana denganmu?" tanya didy.
"apa?" ucapku balik bertanya.
"apakau juga menyayangi didy dan mommy?" tanyanya.
"kau tau dy,dulu aku selalu merasa beruntung akan 2 hal" ucapku. "aku bersyukur karna ahjumma menemukanku,dan aku bersyukur karna kau menerimaku dikeluarga ini" sambungku tanpa melihat kearah didy,namun ekor mataku dapat menangkap mata didy yg berkaca kaca.
aku mengambil kotak rokok yg bearada diantara aku dan didy,mengambil sebatang rokoknya dan menyodorkannya didepan wajah didy.
"gwencana,hanya untuk kali ini" ucapku membuat didy menerimanya dan tersenyum tanpa menoleh kearahku. aku mengambil kotak korek,membukanya dan menyalakan apinya untuk membakar rokok yg sudah terhimpit dibibir didy.
"apa kau tidak penasaran dengan orangtuamu?" tanya didy setelah menghembuskan asap rokoknya secara perlahan.
aku menarik nafas panjang,menghembuskannya secara perlahan sambil menutup mataku dan mendongakkan kepalaku keatas.
"wae?" tanyaku sambil kembali menunduk dan membuka mataku. "didy akan mencarikannya untukku dan akan menyuruhku untuk ikut dengannya?" sambungku bertanya sambil menoleh kearah didy,membuat didy ikut menoleh untuk menatapku.
aku tidak tau ada apa dengan didy saat ini,apa yg mengganggu fikirannya.
entah kenapa didy membawa kami ke dalam percakapan ini,akan tetapi aku tidak keberatan karna ku rasa cepat atau lambat kami memang harus membicarakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
sejauh mana (jenlisa) s2
Acakafter marriage jenlisa~ apakah kehidupan rumah tangga mereka menyenangkan? atau bahkan sebaliknya?