PART 42. HUJAN & KITA

84.5K 7.7K 4.3K
                                    

HALLO CHI!!

KETIK 1 DULU MENYAMBUT LANKA UPDATE!!

RAJIN UP KAN NANAZ?🙏

TYPO TANDAI, YA!

VOTE + COMMENT DI KENCENGIN BIAR NANAZ MAKIN SEMUNGUT><

YANG NGGAK VOTE SAMA COMMENT SEMOGA HARIMU SENIN TERUS!

2K VOTE + 3K COMMENT!

FOLLOW INSTAGRAM NANAZ & PARA RP LAINNYA!

SEMOGA SUKA

SELAMAT MEMBACA

PART 42. HUJAN & KITA

___________________

Hujan adalah suatu hal yang membuat aku candu dan mengingat kamu, selalu. Queenza Aurora Pramoedya.

Akalanka Kai Maheswara

*

Parkiran SMAYA cukup ramai di padati oleh beberapa gerombolan siswa SMAYA hendak mengambil kendaraan untuk pulang ke rumah. Bel pulang berbunyi sudah lima menit lalu membuat inti ATREO masih setia di parkiran membahas hal random.


Di depan gerbang siswa SMAYA ricuh berdesak-desakan untuk keluar. Beberapa pedagang kaki lima sudah stand by di depan sekolah siap melayani siswa yang membeli dagangan mereka. Sebagian ada yang menyebrang jalan raya bersama. Tertawa, cerita satu sama lain tentang hari ini. Benar-benar indah.

"Berapa, Mang?" tanya Ken merogoh saku bajunya untuk meraih beberapa lembaran uang untuk diberikan kepada pedagang.

Tangan kiri memegang kantong plastik kecil berisi sepuluh telur gulung. Begitu juga Cahyo-lima belas telur gulung masih panas yang baru saja di goreng.

"Bayarin, Ken," ujar Cahyo tak tahu diri sudah melahap satu telur gulung duduk santai di kursi kayu yang telah di sediakan. Melihat tingkah temannya itu membuat Ken menggelengkan kepala. Mungkin jika Cahyo seperti itu bersama El beda cerita. Yang ada mendapat serangan maut atau ... berdebat?

"35 ribu," ujar pedagang telur gulung itu.

Ken meraih satu lembar uang di saku seragamnya senilai 50 ribu rupiah. Lalu memberikan kepada penjual telur gulung itu.

"Kembaliannya ambil aja, Pak," ucap Ken sopan ketika pedagang itu sibuk mencari uang pecahan di tas kecil jualnya.

"Nggak usah, Den. Uangnya bisa buat besok," cegah padagang itu sibuk menghitung uang kembalian Ken.

"Nggak usah, Pak. Ambil aja. Rejeki nggak boleh di tolak," kekeh Ken menatap pedagang itu tersenyum bahagia.

"Makasih ya, Den."

Ken mengangguk. "Pamit, Pak."

"Lancar terus rejekinya, ya, Den," ucap pedagang itu berdo'a.

"Siap. Bapak juga," ucap Ken teguh menepuk bahu pedagang itu memberikan semangat.

Langkah Ken berjalan masuk ke perkarangan SMAYA mencari keberadaan Cahyo ntah tiba-tiba hilang begitu saja. Dari kejauhan terlihat Cahyo begitu nikmat memakan telur gulungnya di atas kursi kayu di dekat parkiran. Ada El dan Ata di sana.

AKALANKA : KUTUB ES [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang