Suara senar gitar memenuhi ruangan serba berwarna putih abu-abu muda. Seorang remaja bernama Zeandre Arayan sedang bermain gitar di dalam kamar. Sesekali ia bersenandung kecil menyanyikan lagu, nada suaranya mulai mengikuti alunan musik.
"Eh? Abang udah pulang. Bunda pikir kamu masih latihan," ucapnya sedikit kaget.
Zeandre tersenyum seraya meletakan gitarnya di tempat tidur. Ia ingin menghampiri wanita yang berada di depan pintu kamarnya, beliau ini sudah berusia lima puluh empat tahun. Akan tetapi rupanya terlihat sangat awet muda.
"Bunda, udah di minum belum obatnya?" tanya Zeandre dengan lembut.
Aline menatap anaknya dengan rasa putus asa. "Nanti Bunda akan minum."
"Jadi, belum di minum?"
"Maaf Aden, saya udah mempersiapkan obat-obatan Ibu tadi. Tapi masalahnya enggak mau di minum." Mbok Yeni yang sudah lama membantu pekerjaan rumah datang dengan tujuan memberi tahu. Ia telah berusaha membujuk Aline agar mau meminum obatnya, namun tetap saja Aline tidak mau.
"Tolong ambil obatnya," perintah Zeandre.
"Baik Aden."
Zeandre berlutut di hadapan Aline, setelah itu ia meraih tangannya. Dengan perlahan Zeandre mengusap-usap penuh kelembutan dan rasa kasih sayang. Melihat Aline duduk di kursi roda membuat hatinya berdenyut sakit.
Anak mana pun juga pasti tidak akan tega, ketika melihat Bundanya merasakan sakit.
"Bunda sampai kapan harus minum obat terus?" Aline melihat kondisi tubuhnya yang tidak ada perubahan sama sekali, membuat dirinya merasa ingin menyerah.
"Tolong jangan putus harapan ya, Bun. Soalnya Abang akan selalu butuh kehadiran Bunda di dalam kehidupan."
Aline merasa bersalah melihat anaknya sedih. "Maaf, bunda enggak bermaksud buat Abang se--"
Zeandre memotong ucapannya. "Kenapa minta maaf? Bunda enggak salah. Abang tau Bunda cape, tapi please bertahan ya buat Zean?"
Aline menerbitkan senyum lesunya. "Iya, sayang. Sebisa Bunda akan bertahan demi Abang."
"Ini Aden obatnya."
"Bunda udah makan Mbok?"
Melihat perhatian tulus Zeandre kepada Aline membuat hati Mbok Yeni tersentuh. Dia seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. "Udah, Ibu tadi makan lumayan banyak."
Hati Zeandre cukup merasa tenang mendengarnya. Tangan kekarnya meraih kotak kayu yang berisi banyak jenis obat-obatan, Zeandre tanpa lama membuka bungkusnya dengan cepat.
Aline menghembuskan napasnya, ia menerima obat dan segelas air putih hangat yang anaknya berikan.
Melihat obatnya sudah di minum, Zeandre berdiri sambil berkata. "Bunda harus istirahat yang cukup, jangan sampai merasa lelah."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEANDRE
Teen FictionKapten futsal SMK Bangsa menyembunyikan keyakinan agamanya dari seorang gadis bernama Raizel Anataqila. Dia melakukan hal ini karna mempunyai alasan tersembunyi. Secara perlahan Zeandre menjebaknya dengan rasa nyaman, sehingga membuat Raizel tak mam...