Mendengar Bu Diah yang terus berbicara panjang lebar kepadanya, lama-kelamaan membuat Zeandre merasa mengantuk. "Udah ya Bu?"
"Saya belum puas untuk menasihati kamu, Zeandre!"
Zeandre yang mendengar hal tersebut pun langsung menghela napas. Yang benar saja belum puas! Ia sudah hampir satu jam berada di sini.
"Siswa berprestasi kayak kamu, tidak pantas bersikap seperti preman yang suka menghajar orang."
"Berita di mading itu sudah mencemarkan nama seseorang. Lagi pula, saya tidak akan bertindak kalau tidak ada sebabnya."
"Iya saya tau kamu gimana, tapi tetap aja cara yang kamu lakukan itu salah Zeandre."
"Langsung kasih tau aja apa hukumannya, saya udah enggak kuat lagi buat dengar Ibu bicara." Zeandre sudah tidak ingin membuang banyak waktu untuk berada di sini.
"Kamu udah melanggar peraturan sekolah tingkat atas, seharusnya akan di skors selama seminggu. Tapi saya tidak berani, memberikan hukuman itu kepada siswa yang cukup berpengaruh pada prestasi sekolah ini."
Hal ini mampu membuat Zeandre tersenyum miring.
"Silakan kamu bersihkan perpustakaan! Dan berjanji lah untuk tidak mengulanginya lagi."
Kepala Zeandre mengangguk, tanpa menolak sedikit pun. Ia bersalaman dengan Bu Diah sebelum keluar dari ruang BK.
Zeandre tidak berjalan menuju perpustakaan, melainkan pergi ke uks untuk melihat apakah Raizel masih berada di sana atau tidak. Di tengah perjalanan, Zeandre bertemu dengan Gerio.
"Gila, baru kelar? Betah banget Zean."
"Ck! Lo kayak enggak tau Bu Diah aja. Mau ke mana Ger?"
"Gue tadi baru aja ketemu Pak Yoga. Oh iya, barang kali lo lupa. Habis istirahat anak futsal di suruh kumpul di lapangan buat pencerahan."
Zeandre mengangguk, lalu menepuk bahu Gerio. "Oke, gue duluan."
"ZEAN, LO ENGGAK MASUK KELAS?" teriaknya.
"Nanti, urusan gue belum beres."
Pada saat telah sampai di depan uks, Zeandre langsung masuk tanpa lama.
"Eh? Ada Zeandre, lo lagi cari Raizel ya?" Siswi yang sedang bertugas menjaga uks lantas langsung tau tujuan datangnya Zeandre.
Zeandre mengangguk, "siapa yang obati si cupu?"
"Tadi sih bukan gue, tapi Raizel."
Melihat seluruh ruangan, Zeandre tidak menemukan Raizel ada di sini. Tangannya mengambil ponsel, mencari nomor Raizel untuk ia hubungi. Setelah terkirim pesannya, Zeandre menekan telepon untuk memastikan. Tidak begitu lama, ia langsung memutuskan sambungannya.
~✮~
Raizel sedang menyalin catatan yang ada di buku Syarla pada bukunya, ia sedikit telat mengikuti pelajaran karna harus mengobati Rendi terlebih dahulu.
Ting!
Ponsel Raizel bunyi serta bergetar di kantong seragam. Ini hal bodoh, ia benar-benar lupa data ponselnya tidak di matikan.
"Bapak sudah bilang berapa kali? Jangan ada yang main ponsel ketika jam pelajaran telah di mulai!"
Aduh, mati gue! Batin Raizel.
"Ponsel siapa itu?"
Raizel mengangkat tangan kanannya. "Maaf Pak, saya salah."
Pak Arno menghampiri tempat duduk Raizel. Guru satu ini selalu saja mengelus kumisnya yang tumbuh sangat lebat. "Kamu ini, tidak menghargai saya sebagai guru."

KAMU SEDANG MEMBACA
ZEANDRE
Teen FictionKapten futsal SMK Bangsa menyembunyikan keyakinan agamanya dari seorang gadis bernama Raizel Anataqila. Dia melakukan hal ini karna mempunyai alasan tersembunyi. Secara perlahan Zeandre menjebaknya dengan rasa nyaman, sehingga membuat Raizel tak mam...