Motor Zeandre berhenti di tempat parkir. Ia tidak sendiri, ada Raizel yang ikut bersamanya. Sesuai dengan rencana kemarin, di pagi hari ini mereka berdua ingin menanyakan siapa orang berhodie merah itu kepada Pak Ujang.
Raizel turun dari motor, tangan mungilnya meraih pengait besi helm antena bunga yang saat ini sedang ia pakai.
"Ck!" Ia menghembuskan napasnya ketika merasa geram. Mengapa sulit sekali untuk di lepaskan sih!
Zeandre yang melihat Raizel kesusahan membuka helm, tangannya bertindak cepat ingin membantu.
"Enggak perlu, gue bisa sendiri!"
Sebelah alis cowok itu terangkat, "hmm, oke."
Setelah melepaskan helmnya, Zeandre turun dari motor. Ia langsung melangkah ke tempat Pak Ujang tanpa menunggu Raizel.
"Kok lo main pergi aja," protes Raizel yang masih terus berusaha.
"Lo lama."
Rasanya tangan Raizel mulai pegal, macam cara dan gaya sudah ia lakukan untuk menarik pengaitnya agar terlepas. Sangat menyebalkan! Masa seperti ini saja Raizel tidak bisa melakukannya.
Di pos gerbang Pak Ujang sedang memutar musik dangdut, lengkap di temani kopi dan pisang goreng. Kedua mata Pak Ujang menutup, tak hanya tangan, pantatnya pun ikut bergoyang ke kanan-kiri menikmati suara musik.
"Pak, saya mau tanya."
Suara Zeandre bagaikan suara semut, tidak terdengar di telinga Pak Ujang.
"JANGAN-JANGAN DULU, JANGAN LAH DI GANGGU, ANJAY!"
"BIARKAN SAJA, BIAR DUDUK DENGAN TENANG!"
"SENYUM--"
Zeandre menekan salah satu tombol radio untuk mematikan musiknya. "Bapak Ujang Samsudin!"
"Eh? Iya saya, hadir." Pak Ujang menggaruk kepalanya yang tidak gatal, hatinya cukup merasa malu. Tubuh Pak Ujang langsung tegak. Ia tidak ingin harga dirinya rusak, masa petugas keamanan seperti ini.
"Saya mau tanya, kemarin Pak Ujang bicara sama siapa?"
Pak Ujang terdiam bisu untuk mengingat-ingat kembali. "Banyak atuh, Bapak bicara sama istri pertama, istri kedua, anak-anak Bapak di rumah, ayam jago, Bu Nia, si Ucup--"
Tidak salah sih, tapi apa yang Zeandre maksud bukan itu. "Saya liat dari cctv gerbang, Pak Ujang bicara sama cewek pakai hodie warna merah pada saat sekolah udah sepi. Enggak hanya itu, Bapak juga kasih dia kunci gerbang."
"Siapa orangnya?" tekan Zeandre.
Ah! Iya, Pak Ujang ingat. Tetapi bukannya ia sudah berjanji? Untuk tidak memberitahu hal ini kepada siapa pun.
Kepalanya menggeleng dengan ragu. "S--saya enggak tau."
Zeandre merasa Pak Ujang sedang berbohong. Tangan Zeandre mengeluarkan empat lembar uang berwarna merah yang ia ambil dari kantong seragamnya. "Dia kasih Pak Ujang cuman satu kan? Nih, saya kasih empat. Tapi ada syaratnya kalau Pak Ujang mau."
Pak Ujang menelan ludahnya saat melihat uang di tangan Zeandre. "Mau, saya mau. Apa syaratnya?"
"Pak Ujang harus jujur."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEANDRE
Teen FictionKapten futsal SMK Bangsa menyembunyikan keyakinan agamanya dari seorang gadis bernama Raizel Anataqila. Dia melakukan hal ini karna mempunyai alasan tersembunyi. Secara perlahan Zeandre menjebaknya dengan rasa nyaman, sehingga membuat Raizel tak mam...