03

1K 205 138
                                    

Perlahan kegelapan langit bergeser menjadi terang. Raizel, gadis itu terbangun dari tidurnya ketika alarm ponsel yang ia jadwalkan berbunyi. Sejujurnya kedua mata Raizel ingin sekali menutup kembali, ia merasa kurang tidur.

Kemarin cukup larut malam Raizel pulang, ia diantar Alfery sampai depan gerbang rumah. Perihal Alfery, cowok itu tetap pada pendiriannya untuk tinggal sendiri.

Raizel mengentakkan tubuhnya untuk bangkit dari tempat ternyaman yang bernama kasur. Ia segera mandi, setelahnya Raizel bersiap-siap untuk pakai seragam sekolah.

Merasa sudah rapi tangannya bergerak membuka pintu kamar. Raizel cukup terkejut di saat melihat Liora berpakaian seragam batik yang sama dengannya.

"Sarapan dulu sini, Rai. Mamah masak nasi goreng hari ini," perintah Ella ketika melihat Raizel keluar dari kamar.

Raizel tersenyum tipis. "Nanti Rai sarapan di jalan aja, Tante."

Mata Ella menatap Raizel dengan tatapan yang sendu. Entah mengapa hatinya keberatan, saat panggilan Raizel kepadanya tetap sama. Tidak ada yang berubah dari dulu.

Kapan Rai, kamu mau panggil Mamah? Ella membatin penuh berharap.

"Raizel." Suara berat memanggil namanya.

"Iya, ada apa Ayah?"

Ardian meneguk air putih ketika ia telah selesai menghabiskan sarapan pagi. "Mulai hari ini Liora akan satu sekolah dengan kamu, bedanya hanya di jurusan."

Raizel tidak bisa berbuat apa-apa, kenyataan ini semakin mempersulit hidupnya untuk bisa tenang.

"Ayah mau kamu jaga Liora, dia gadis yang baik."

Pria tua itu lantas memberikan kecupan singkat di pipi Ella dan juga Liora, setelah mengatakan hal yang membuat hati Raizel merasa sedikit keberatan. Ardian pergi dari penglihatan ketiganya untuk bekerja di salah satu perusahaan ternama di Jakarta.

Ia rasa dunia sedang tidak baik-baik saja. Ketika seorang Adik yang harus menjaga Kakaknya. Sebenarnya bisa saja, tetapi entah kenapa itu komedi kehidupan menurut Raizel.

"HATI-HATI DI JALAN AYAH!" Liora berteriak kencang, di susul bibirnya tersenyum terkesan memiliki arti tersendiri. Ia merasa senang bisa satu sekolah dengan Raizel, sebab Liora jadi mempunyai banyak peluang untuk bisa menyiksa Raizel.

"Jangan berangkat dulu, Mamah mau bikin bekal buat Rai."

Liora menatap Ella dengan aura tidak suka, ia sangat merasa keberatan jika hal itu sampai terjadi. "Mah, stop jadi orang baik!"

Ella seolah-olah tidak mendengar, lihat saja ia tetap mengambil kotak bekal di dalam lemari dan mengisinya dengan nasi goreng. Mengabaikan Liora yang menatap tindakannya dengan rasa marah.

Ketika sudah jadi bekalnya, tangan Ella terulur untuk memberikannya kepada Raizel. "Nih, pulang harus habis ya."

Raizel sama sekali tidak menyentuh, melainkan Liora yang merampas secara paksa. Tanpa terduga Liora melempar bekal ke sembarang arah.

Hal yang Liora lakukan tentu membuat isinya berantakan.

"LIORA! KENAPA DI LEMPAR? KAMU TIDAK MENGHARGAI MASAKAN MAMAH?"

ZEANDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang