10

749 156 112
                                    

Manusia sang juara dalam manipulasi keadaan.

~✮~

Malam hari ini sekitar jam sepuluh Raizel merasa lapar. Tangannya mengambil ponsel di atas meja untuk menghubungi Syarla, ia berniat mengajak gadis itu jajan bersama di pedagang kaki lima.

"Lo lagi sibuk? Kalau enggak temani jajan Sya," ajaknya.

"Sibuk rebahan yang ada! Ayo, gue otw ya."

"Oke, lo hati-hati."

Raizel membawa tubuhnya untuk keluar dari kamar, matanya kini terpaku pada Liora yang sedang tertawa bersama Ardian di ruang keluarga. Tidak bisa membohongi perasaannya sendiri! Raizel sangat ingin berada di posisi Liora. Namun rasanya mustahil bisa sedekat itu dengan sang Ayah.

Ella memperhatikan Raizel yang menatap dalam suaminya, ia menepuk pelan bahu gadis itu agar tidak terkejut. "Ayo Rai, kita nonton film sama-sama."

"Eh? H--hmm enggak Tante, Rai mau keluar sebentar."

"Kamu mau ke mana?"

Liora yang menyadari kehadiran Raizel segera menghentikan tawanya. "Aku mau ikut boleh?"

"Kamu jangan pernah ikut-ikut pergaulannya, anak perempuan yang baik itu kalau sudah malam tidak keluyuran." Bukan Raizel yang menjawab, melainkan Ardian.

"Rai pergi sama Syarla, Ayah."

Ardian melepaskan kaca matanya, setelah itu berkata. "Saya tidak peduli."

Yang bisa Raizel lakukan hanya tersenyum kesedihan. Dirinya terlalu banyak berharap ternyata. Sikap Ardian begitu berubah menjadi dingin, tidak seperti saat bersama Liora yang terlihat bersikap hangat.

"Kamu mau ke mana, Rai?" tanya Ella sekali lagi, karna Raizel belum menjawabnya.

"Rai lapar, mau jajan telur gulung."

"Wah kayaknya enak, Mamah mau juga dong."

Kepalanya mengangguk, lalu menerima uang yang di berikan Ella. Mendengar bunyi telakson motor, Raizel dengan cepat berjalan keluar. Syarla sudah sampai di depan gerbang rumahnya.

"Lo udah makan nasi?"

"Belum sih, tapi gue mau telur gulung."

Syarla menggelengkan kepalanya, Raizel kebiasaan. "Kita cari makanan yang ada nasinya dulu, baru beli telur gulung."

"Oke, gue setuju." Tanpa lama Raizel naik ke jok motor vesmet putih milik Syarla. Keduanya kini berangkat seraya menikmati angin di malam hari yang terasa sejuk.

"Lo di panggil Bu Nia kenapa?" keponya.

"Soal peringkat nilai, gue harus dapat kelas tambahan. Lo pasti akan heboh Sya, kalau tau siapa orang yang bimbing gue."

Dengan rasa penasaran yang tinggi, Syarla langsung bertanya karna ingin tahu. "Siapa? Jangan bilang Pak Rinaldi. Guru jurusan kita yang ganteng itu?"

"Bukan dia, tapi Zeandre!" keluh Raizel.

"HAH? S--SERIUS? TAKDIR LO KENAPA BISA BERUNTUNG BANGET SIH RAI," jerit Syarla merasa kaget.

"Terlihat beruntung di mananya?"

"Lo itu cewek satu-satunya SMK Bangsa yang bisa dekat sama Kak Zeandre, tanpa ada usaha apa pun."

Tapi menurut Raizel, ia tidak beruntung. Cowok itu sangat menyebalkan, sering kali membuatnya merasa kesal.

ZEANDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang