Jam sudah pukul sebelas malam, ini hari terakhir Raizel punya kesempatan belajar untuk mempersiapkan ujian kenaikan kelas, besok waktunya sudah tiba. Dua bulan lamanya ia tidak lagi belajar tambahan dengan Zeandre. Mereka berdua secara perlahan mulai jadi bagian dari kata asing. Selama itu setiap kali di pertemukan dalam keadaan tidak sengaja, Raizel langsung berusaha menghindar karna ingin melindungi perasaannya sendiri.
"Rai? Belum selesai belajarnya?"
Fokus Raizel beralih pada Ayahnya yang ada di depan pintu kamar. Dia sempat menekuk jari-jarinya, merasa pegal. "Lima menit lagi Rai tidur, Ayah."
Ardian menghampiri anak satu-satunya, ia mengusap lembut puncak kepala Raizel. "Udah malam, bukan lagi waktunya belajar, tapi tidur."
Tidak ingin membantah perkataan Ayahnya. Kini Raizel membereskan beberapa buku yang tergeletak terbuka di meja belajar, tak lupa juga mematikan laptop yang Ardian beli untuknya.
"Pelengkapan ulangan besok udah siap?" tanya Ardian.
"Udah dong, Ayah."
Ardian tersenyum, mengikuti pertumbuhan Raizel membuat hatinya senang. "Sekarang istirahat, Ayah antar kamu pagi nanti ke sekolah."
Raizel bangun dari tempat duduknya untuk memeluk Ardian. Setelah berpisah dengan Zeandre, gadis ini fokus mengejar prestasi akademik. Jika di tanya apa rasanya sudah hilang? Tentu saja tidak hilang, Raizel hanya berhenti menunjukkannya saja.
"Semoga usaha Rai kali ini berhasil ya?"
"Ayah tidak lagi melihat berhasil atau gagalnya, perjuangan kamu udah cukup buat bangga."
Pelukan antara anak dan Ayah terlepas, hari semakin malam sebab waktu berjalan tidak terasa. Saat Ardian sudah keluar dari kamarnya, Raizel merebahkan diri di kasur dengan posisi menyamping ke arah kanan. Mulutnya mulai menguap karna rasa mengantuk mulai menyerang mata.
Delapan jam tidur membuat tubuh Raizel jadi lebih segar, tepat pada pukul enam pas matanya terbuka samar-samar. Walau nyawanya belum terkumpul penuh, Raizel bangkit menuju kamar mandi untuk bersiap-siap sekolah.
Tidak terlalu lama untuk merapikan diri, Raizel keluar kamar menemui Ayahnya di ruang tamu. "Selamat pagi," ucap Raizel seraya tersenyum kecil.
"Selamat pagi juga, anak Ayah cantik banget. Mau sarapan bubur dulu di Mas Parjo?"
Semenjak tidak ada Ella, keduanya memang sering makan-makanan dari luar. Tetapi terkadang Raizel masak kalau jadwalnya lagi tidak padat.
"Mau, ayo kita berangkat sekarang!"
~✮~
Ulangan pertama di hari senin berjalan lancar tanpa ada hambatan, Raizel begitu senang karna yang selama ini ia pelajari keluar di soal. Sekarang dirinya sedang jajan di depan sekolah bersama Syarla dan Aina.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEANDRE
Teen FictionKapten futsal SMK Bangsa menyembunyikan keyakinan agamanya dari seorang gadis bernama Raizel Anataqila. Dia melakukan hal ini karna mempunyai alasan tersembunyi. Secara perlahan Zeandre menjebaknya dengan rasa nyaman, sehingga membuat Raizel tak mam...