45

285 14 4
                                    

Mobil Ardian berhenti tepat di depan sekolah Raizel, sudah dua minggu lebih ia selalu mengantar putrinya. "Kalau udah pulang jangan lupa chat, nanti Ayah jemput kamu," katanya.

"Aku hari ini mau nonton Zeandre latihan, pulangnya juga bareng dia."

Ardian tersenyum menggoda, lalu dengan sengaja menurunkan kaca mobil. Ada Zeandre yang menunggu anaknya di depan gerbang. "Kamu tidak salah pilih, ganteng orangnya."

"Hisss, Rai malu Ayah!" Kedua tangannya menutupi seluruh wajah.

"Iya udah sana, semangat belajarnya. Nanti sore Ayah pulang mau di belikan makanan apa?"

"Ayah juga hati-hati. Hmm, mau lumpia beef boleh?"

Ardian mengangkat kedua ibu jarinya. "Boleh dong, mau pedas?"

"Rai enggak bisa makan pedas, takut maag kambuh tiba-tiba."

Serangan penyesalan kembali hadir memenuhi ruang di hati Ardian, anaknya punya penyakit saja ia tidak tau.

Kini Raizel berpamitan pada Ayahnya, gadis itu keluar dari mobil dan menghampiri Zeandre dengan senyum yang mengembang.

"Rai, selain cantik, pagi ini udah sarapan?"

"Aku enggak cantik, Zean. Udah sama Ayah."

"Hmm, jangan meragukan ciptaan Tuhan." Zeandre mencubit gemas kedua pipi Raizel. Perasaannya ikut senang ketika Raizel bercerita lewat call satu minggu yang lalu jika Ayahnya sudah bersikap baik.

"Selamat pagi, Ean!"

"Iya, pagi."

Geby melirik tangan Raizel yang di genggam erat oleh Zeandre. Saat ini banyak sekali pertanyaan tentang gadis itu. Ada hubungan apa sebenarnya mereka berdua, Geby rasa lebih dari apa yang ada di pikirannya. "Kamu baru aja datang?"

Zeandre mengangguk kecil, setelahnya ia merangkul pundak Raizel untuk mengajaknya pergi melangkah menuju kelas. "Gue duluan, Geby."

"EAN! KOK AKU DI TINGGAL?"

Salah satu kaki Geby menendang pagar secara asal, hal ini membuat Pak Ujang terkejut. "Ya Allah Neng, nanti rusak gimana?"

"Maaf, enggak sengaja hehe." Pandangan Geby terpaku pada jam di tangannya. Ia berniat ingin ke warung Mpok Endang untuk bertemu dengan Gerio, ada banyak hal yang mau di tanyakan olehnya. "Pak, bel masuk berapa lama lagi bunyi?"

"Sekitar lima belas menit lagi," katanya.

Geby tersenyum ceria saat dapat kesempatan, lalu kakinya segera berlari kecil ke arah samping sekolah. "Oke, terima kasih, Pak!"

"NENG? ENGGAK JADI SEKOLAH?" Pak Ujang terheran-heran melihat Geby yang tidak jadi masuk ke dalam kawasan SMK Bangsa.

Napasnya sedikit berantakan, Geby duduk di samping Gerio ketika sudah sampai. Tak lupa kepalanya menyender di pundak cowok itu. "Mpok, Geby mau es jeruk satu."

Mpok Endang yang sedang menggoreng pisang tersenyum seraya menganggukkan kepala.

"Pagi-pagi udah pesan es aja, nanti sakit perut," tekan Arfan.

Geby menatap Arfan dengan sinis. "Enggak apa-apa, habisnya aku cape banget lari-lari ke sini!"

"Lo kenapa lari lagian? Kan jalan cantik bisa."

"Idih, bukan aku banget itu!" Penampilan Geby memang tomboy, bahkan seumur hidup ia tidak pernah memakai pakaian layaknya seorang perempuan.

"Ini Neng es jeruknya," ucap Mpok Endang.

Geby tersenyum sopan lalu meminumnya tanpa jeda sampai habis. "Ah, seger banget!"

Melihat sikap mantan kekasih sahabatnya itu, Gerio menghela napas. "Geby, pulang sekolah nanti lo kasih informasi ke tim futsal Rockers cewek untuk latihan bareng kita."

ZEANDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang