Beberapa menit sudah berlalu, suasana hati Raizel jadi jauh lebih baik karna hadirnya Zeandre di kelas ini. Cowok itu selalu bisa membuatnya merasa tenang. Mulutnya terus mengisap sedotan susu yang Zeandre beli tanpa ada jeda.
"Coklat bisa buat mood kamu jadi jauh lebih baik, nih." Zeandre memberikannya kepada Raizel setelah bungkusnya telah di buka.
Raizel tersenyum tipis, lalu menerimanya dengan senang hati. Suara ketua osis SMK Bangsa terdengar jelas dari speaker yang ada di dalam ruangan kelas. "MOHON PERHATIAN UNTUK SISWA-SISWI SMK BANGSA DARI SEMUA JURUSAN! DENGAN INI SAYA MEMBERIKAN PENGUMUMAN BAHWA BEL PULANG AKAN DI PERCEPAT, PARA GURU ADA PERTEMUAN PENTING!"
Kring!
"Aku belum mau pulang ke rumah," kata Raizel dengan suara yang sedikit serak.
"Oke, kamu mau ke mana? Aku temani."
Bola mata Raizel bergerak ke arah atas, ia tampak sedang berpikir. "Tolong antar aku ke Ibu, boleh?"
Kepala Zeandre mengangguk tegas, secepat mungkin tangannya membantu Raizel untuk membereskan alat tulis dan juga buku ke dalam tas. Kini keduanya bangun dari tempat duduk untuk melangkah ke luar kelas. Raizel melirik sekilas saat Zeandre merebut tasnya.
"Tas kamu isinya berat, biar aku yang bawa."
"Ih, kamu enggak malu emang?" Pasalnya di hari ini Raizel menggunakan tas berwarna pink.
Zeandre mengangkat kedua bahunya dengan acuh, rasanya ia tidak peduli sama sekali tentang hal itu. Dari sudut pandang Raizel ini terlihat menggemaskan, ketika badan kekar Zeandre menggendong tasnya yang pink.
Kini keduanya berjalan beriringan, tak lupa pula tangan beda ukuran ini saling menggenggam erat. Sekitar dua puluh menit perjalanan akhirnya telah sampai juga ke tempat tujuan. Zeandre tidak masalah ketika menemani Raizel berdiam diri berjam-jam di pemakaman umum.
"Zean, aku masih belum mau pulang. Kamu duluan aja," jelasnya.
"Sebenarnya kamu ini kenapa?" tanya lembut Zeandre.
Raizel menghela napasnya, tidak mampu untuk menjelaskan sekarang. "A--aku kangen ibu," bohong Raizel.
"Kita pulang sama-sama bocil, kamu masih mau di sini sampai besok juga aku tunggu."
Matahari semakin meredup ingin tenggelam, Raizel jadi merasa tidak enak hati kepada Zeandre. "Ayo, kita pulang."
Sebelah alis Zeandre naik karna heran dengan gadisnya. Bukan tadi Raizel bilang masih kangen? Mengapa sekarang minta untuk pulang. Perasaannya mengatakan ada sesuatu yang Raizel sembunyikan, namun ia tidak bisa menebak pasti karna gadis ini sangat pandai menutupi.
Perjalanan pulang terasa berat bagi Raizel, harapannya jalan raya akan macet agar ia tidak cepat sampai ke rumah. Raizel begitu tidak siap untuk bertemu Ayahnya.
"Sayang," panggil Zeandre.
Raizel sedikit memiringkan kepala, kemudian menunggu Zeandre melanjutkan ucapannya.
"Kamu liat ke atas langit, ada senja."
Bibir Raizel terbuka lebar tanpa sadar. Ini sangat memanjakan mata, benar-benar indah dan tidak bosan saat menatapnya. "Zean, boleh berhenti dulu? Aku mau mengabadikan langit."
Zeandre langsung menepikan motor sport hitamnya di pinggir jalan. Ia tertawa memperhatikan tingkah Raizel yang sedang fokus memfoto senja. Tangannya mengambil ponsel di kantong seragam, suara kamera Zeandre terdengar membuat Raizel menoleh.
"Hissss, kok kamu foto aku sih?!"
"Soalnya senja kalah indah sama kamu."
~✮~
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEANDRE
Teen FictionKapten futsal SMK Bangsa menyembunyikan keyakinan agamanya dari seorang gadis bernama Raizel Anataqila. Dia melakukan hal ini karna mempunyai alasan tersembunyi. Secara perlahan Zeandre menjebaknya dengan rasa nyaman, sehingga membuat Raizel tak mam...