09

776 176 132
                                    

Entakkan rem mendadak membuat kepala Raizel terbentur punggung Zeandre. Kini ia menepikan motornya di pinggir jalan. "Lo bisa bawa motor enggak sih!"

Zeandre menahan senyumnya ketika melihat wajah kesal Raizel dari kaca spion. Gadis itu mencemberutkan bibirnya, ini yang membuat Zeandre jadi merasa gemas. "Diam di sini bentar," tutur Zeandre.

"Mau ke mana? Awas aja lama-lama, ini udah mau hujan soalnya."

Zeandre tidak menjawab pertanyaan dari Raizel, ia langsung saja turun dari motor dan berjalan menghampiri pedagang yang menjual helm.

"Permisi, saya mau beli helm itu Bu."

Wanita tua berkerudung putih itu meraih helm yang telah Zeandre pilih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita tua berkerudung putih itu meraih helm yang telah Zeandre pilih. "Harga pasnya dua ratus ribu, Dek."

Salah satu tangannya mengambil dompet di kantong celana, Zeandre tanpa lama langsung membayarnya. "Oke, ini uangnya."

Si Ibu mengangguk sambil tersenyum ramah. "Makasih Dek, ini pasti buat pacarnya ya?"

Kepala Zeandre mengangguk dengan kaku. "Betul, itu di sana pacar saya." Jarinya menunjuk ke arah Raizel yang sedang menunggu dirinya. Zeandre tidak serius, ia hanya asal bicara saja.

Setelah berpamitan dengannya, kini kedua kaki Zeandre melangkah kembali untuk menemui Raizel. "Nih helmnya." Zeandre memberikannya kepada Raizel, ketika tubuhnya sudah berada di samping gadis itu.

"Lo beli buat siapa?" tanya Raizel penasaran.

"Buat lo, cepat di pakai."

Raizel secara refleks melebarkan mulutnya. "Please lah, lo pikir gue anak kecil."

Menyebalkan sekali rasanya jika Raizel harus memakai helm seperti ini. Mana di atasnya ada antena lagi! Hanya membayangkannya saja sudah terasa malu. Raizel sama sekali tidak menyentuhnya.

Dari pada kelamaan, tangan kekarnya memakaikan Raizel pelindung kepala yang baru saja ia beli. "Mulai besok kita berangkat bareng! Lo harus pakai helmnya setiap kali pergi sama gue."

Raizel menghela napasnya karna ia hanya bisa pasrah. Mau di tolak juga pasti tidak akan bisa, karna ini adalah permintaan pertama yang Zeandre inginkan.

"Mau mengajari gue di mana?"

"Di apartemen."

Kini Zeandre fokus untuk mengendarai motor, sebab ia harus menjaga gadis yang sedang menahan malu ini. Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di depan pintu kamar apartemen, Zeandre segera mengetik pasword agar pintunya bisa terbuka.

"Ayo masuk," ajaknya.

Mata Raizel menatap Zeandre dengan pandangan curiga. "Lo enggak akan macem-macem kan!"

"Enggak banyak macem, cuman satu macem."

Raizel bertanya untuk menyelidiki ucapan Zeandre. "Maksud lo apa satu macem?"

ZEANDRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang