Raizel berlari sekencang mungkin dari kelas menuju gerbang utama, di sana terlihat ada Pak Bejo yang sudah menunggunya menggunakan motor tua, si Bruno. Kedua tangan Raizel keringat dingin, terlebih lagi wajahnya telah pucat. Ia dapat kabar mengejutkan dari Alfery pagi ini jam sembilan, Ayahnya ada di rumah sakit karena mengalami kecelakaan.
"Gimana Ayah bisa kecelakaan, Pak?"
"Dari pengakuan masyarakat yang melihat, katanya mengantuk berat."
Bibir bawahnya sengaja ia gigit sekuat tenaga, Raizel takut. Kini Pak Bejo mengendarai motor menuju rumah sakit tempat Ardian di bawa.
Setibanya, Raizel berlari ke arah Alfery yang sudah menunggu dirinya. "Ayah baik-baik aja kan?"
Alfery sungguh kasihan melihat Raizel begitu panik. Gadis satu ini hatinya benar-benar luar biasa, masih saja peduli kepada Ardian padahal tidak di perlakukan dengan baik olehnya. "Tadi di UGD Dokter belum keluar, mungkin masih penanganan. Ayo, ikut gue."
Suara Liora menangis di pelukan Ella membuat suasana terasa menyedihkan. Lima menit lamanya Raizel menunggu sampai Dokter membuka pintu UGD.
"Suami saya keadaannya seperti apa, Dokter?"
"Kecelakaan ini membuat Pak Ardian butuh dua kantong darah golongan A, apa di sini ada anaknya yang bersedia?"
"Darah aku bukan A, tapi O. Abang? Pasti darahnya A kan?" Dengan cepat Liora bersuara.
Hal ini membuat tubuh Ella terbujur kaku, jantungnya langsung berdetak tidak beraturan. Alfery tersenyum sinis melihat Ella yang sudah mengeluarkan banyak keringat di keningnya. "Enggak, darah gue juga O."
Liora di buat pusing dengan keadaan saat ini, bagaimana mungkin antara dirinya dan Alfery tidak ada yang sama. "Eh? Mamah kenapa nangis?"
"Saya tunggu lima menit lagi, Pak Ardian butuh secepatnya!" Dokter yang bernama Radit kembali masuk ke dalam ruangan.
Raizel diam-diam juga terkejut saat Ella menangis, di tambah lagi wanita itu memeluk dirinya sambil meminta maaf berulang kali. "Tante kenapa?" herannya.
"Ck! Di keadaan seperti ini masih aja mau egois?" sindir Alfery untuk Ella.
"ABANG! JANGAN BUAT MAMAH TAMBAH DERAS AIR MATANYA!"
"Lo yakin masih mau membela dia?"
"Dia Mamah kita, tolong yang sopan!"
"Dia bukan Mamah kita, Dek!"
Liora tidak salah dengar kan? Tubuhnya mendadak lemas tak bertulang. "Bilang kalau Abang bohong! Ini bercanda kan?"
"Sejak kapan gue suka bercanda? Mereka bukan orang tua kita! Anak kandung Ardian hanya Raizel! Mamah yang sering lo jaga perasaannya ini udah membunuh Ibu kandung kita. Selama ini lo hidup dengan penculik!"
Liora menatap Ella dengan mata yang merah, kecewa dan marah menyatu bersamaan saat kebenaran terungkap. "Jangan sentuh gue pembunuh!" Tangannya memberontak keras.
Sebutir air mata berhasil lolos dari sebelah kanan. "T--tante? Apa benar semua ini?"
Rambut yang tadinya rapi kini sudah acak-acakan. Ella menarik napasnya, mungkin memang sudah waktunya terbongkar. "Mamah minta maaf sama kalian, semua yang Alfery bilang itu benar."
"Lo tau Dek? Kenapa gue pergi dari rumah? Gue udah tau hal ini duluan. Tapi lo malah salah paham dan dendam ke Raizel yang sama sekali enggak salah! Gue mau kasih tau saat itu ke lo, tapi yang gue liat lo sayang banget sama pembunuh ini."
Liora menatap Raizel penuh penyesalan. Apa yang telah ia perbuat selama ini? Kenyataan yang ada sangat menghajar dirinya. Kini memori buruk perlakuannya berputar-putar di otak. Raizel jadi korban sampai tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari Ardian. Gadis itu hidup dengan sebuah pukulan dan ucapan yang menusuk.
"Kenapa semua ini bisa terjadi, Tante?" tanya Raizel dengan suara lirih.
"Dulu Mas Ardian pacaran dengan Ibu kamu, Rai. Tapi mereka tidak mendapatkan restu untuk bersama, orang tua Mas Ardian memilih menjodohkan anaknya sama Mamah." Ella menyentuh bagian dadanya karna merasa sesak. "Tapi, Ibu kamu dan Mas Ardian diam-diam menikah. Mamah sakit hati, lalu menjebak Mas Ardian untuk tidur bersama. Waktu tau Mamah hamil Mas Ardian sikapnya jadi baik, mungkin senang akan punya anak kembar dan Mas Ardian menceraikan Ibu kamu."
Tubuh Raizel tergeletak lemah di bangku, perasaannya sungguh campur aduk.
"Tanpa Mas Ardian tau, Ibu kamu sedang hamil kamu, Rai." Air mata Ella kembali deras, rasa bersalah terus menempel lekat sampai saat ini. "Anak kembar Mamah saat di lahirkan tidak selamat, saat hari yang sama ada seorang wanita muda yang juga melahirkan anak kembar. Dengan terpaksa Mamah membunuh dia dan menculik Alfery, Liora."
Alfery, cowok itu mengepalkan tangannya sekuat tenaga. Tak mau kehabisan rasa sabar, ia ingin melangkah pergi entah ke mana membawa Liora. "Udah saatnya gue jemput lo untuk pergi, Dek."
Ella berlutut sambil menahan salah satu kaki Liora. "MAMAH MOHON SAYANG, JANGAN PERGI! SEMUA INI MAMAH LAKUKAN DEMI KAMU TIDAK MEMBENCI MAMAH!"
Permohonan Ella tidak lagi di pedulikan oleh Liora, sebisa mungkin ia memberontak agar tangan Ella lepas dari kakinya.
"LEPAS! JANGAN MENYEBUT DIRI ANDA MAMAH, KARNA ANDA BUKAN MAMAH SAYA! ANDA SEORANG PEMBUNUH!"
Kini Ella menangis seperti orang kesetanan, ini yang membuat Dokter kembali keluar membuka pintu. "Tolong tenang Bu, ini di rumah sakit. Bagaimana apa sudah ada yang bersedia mendonorkan darahnya?"
"Saya, Dokter."
"Kamu yakin? Saya lihat kondisi kamu sedang tidak baik-baik saja."
Kepala Raizel mengangguk mantap. "Yakin, Ayah butuh saya."
"Baik, kalau begitu silakan kamu ikut saya ke ruang lab."
Beberapa jam kemudian Raizel telah selesai mendonorkan darahnya. Tubuh kecil gadis itu terbaring lemah, sudah tidak bertenaga lagi. "Ibu, hiks! Raizel mau peluk!"
Hidup ini terkadang tidak bisa memilih untuk berjalan di takdir beruntung. Tuhan pasti akan mengirimkan kebahagiaan setelah badai bisa terlewatkan. Mungkin berat rasanya, tapi dengan ini Raizel menjadi manusia kuat.
Dadanya terasa sesak karna banyak sekali luka yang menumpuk. Raizel kesulitan untuk bisa menerima, mungkin akan butuh waktu.
Ponsel Raizel tidak bisa berhenti berbunyi, sebab Syarla, Aina dan Zeandre terus-menerus mengirimkan banyak pesan. "Maaf, aku lagi butuh waktu sendiri."
Pintu terbuka lebar, perawat yang bertugas di rumah sakit ini membawa makanan untuk Raizel.
"Ayah saya gimana keadaannya?" tanya Raizel.
"Alhamdulilah, operasi berjalan dengan lancar. Kamu sudah menolong nyawa Pak Ardian."
Raizel bernapas lega, setidaknya ia tidak perlu takut lagi untuk merasakan kehilangan. "Saya mau liat."
"Lebih baik istirahat dulu, kondisi kamu belum sepenuhnya pulih total."
~✮~
HAI, PART SELANJUTNYA UDAH AKU UPDATE!
SUDAH TERBUKA XIXI 💖🍨
JANGAN LUPA TUGAS PEMBACA? VOTE, KOMEN, FOLLOW AND SHARE!
KARYA PERTAMA : ZEANDRE
KARYA KEDUA : KAIVANO
KARYA KETIGA : GLENDRAKAMU UDAH BACA YANG MANA AJA?
IG : she.deswita
NEXT?

KAMU SEDANG MEMBACA
ZEANDRE
Teen FictionKapten futsal SMK Bangsa menyembunyikan keyakinan agamanya dari seorang gadis bernama Raizel Anataqila. Dia melakukan hal ini karna mempunyai alasan tersembunyi. Secara perlahan Zeandre menjebaknya dengan rasa nyaman, sehingga membuat Raizel tak mam...